Weekend in French Alps: Chamonix-Mont-Blanc

Pengen jalan-jalan ke pegunungan bersalju? Mungkin yang kepikiran di benak kalian adalah Interlaken, Jungfrau atau Mt Titlis di Swiss. Ternyata ada juga tempat lain yang lebih murah dan ga kalah kecenya sama tempat-tempat tersebut di atas. Namanya Chamonix-Mont-Blanc. Kota ini terletak di tenggara Prancis, dekat dengan Lyon, Grenoble dan Annecy dan juga dekat dengan negara Italia dan Swiss. Chamonix-Mont-Blanc ini dikelilingi oleh jajaran pegunungan Alpen, sama seperti Mt Titlis di Swiss. Cuma bedanya yang ini Alpennya di Prancis.

Pertengahan Februari lalu gue mendapat kesempatan untuk pergi ski ke sana sama temen2 Indonesia. Awalnya pergi ke sana ga direncanain, awal mula bisa diajakin ke sana pas gue dan Wulan lagi makan siang di KBRI, lalu kita ketemu si Dhafi yang juga lagi di sana dan ada temennya Wulan yang namanya Reza. Kita berempat duduk satu meja dan cerita-cerita banyak hal (gitu tuh org Indonesia, pertama kali ketemu aja rasanya kaya langsung akrab wkwk) sampe akhirnya si Reza ngajakin kita buat ke Chamonix sama temen-temennya. Akhirnya kita pun cus ke Chamonix tanggal 22 Februari (sayang, Dhafi akhirnya ga jadi ikut karena satu dan lain hal). Di sana gue ketemu dengan geng-nya si Reza yang ngerencanain acara ini. Beberapa gue udah kenal kaya Fathi, Isol dan Andri. Beberapa baru gue ketemu waktu itu kaya Alan, Kevlin, Carina dan Monica. Jadilah kita ber-10 menjelajah Chamonix bareng (ya ga bareng-bareng amat sih, kadang gue suka misah haha).

Perjalanan dimulai pada hari Kamis tanggal 22 Februari dengan menggunakan Flixbus dari Paris. Perjalanan ke Chamonix sekitar 9 jam dan kita bermalam di bus. Untuk tiket, kita menggunakan paket Interflix yang harganya 100 Euro untuk 5 kali perjalanan, jadi sekali perjalanan cuma 20 Euro, sangat ekonomis! Kalo ga pake paket itu, kita harus membayar sekitar 50 Euro sekali perjalanan bis Paris-Chamonix, dan makin mendekati hari H harga semakin mahal. Sejujurnya gue agak takut perjalanan jauh naik bis, karena gue lagi mengidap penyakit yang mbikin gue pipis-pipis terus, tapi untungnya WC-nya berfungsi dengan baik.

Sekitar jam 8 pagi kita tiba di Chamonix. Baru masuk kota-nya aja udah terkagum-kagum karena bener-bener dikelilingi pegunungan Alpen. Kita turun di terminal bis yang bernama Chamonix-Sud, gue dan Wulan naik bis ke hostel yang bernama Gite Chamoniard (22 Euro per malam) sementara yang lain naik bis ke hostel yang bernama Hi Chamonix. Tadinya kita juga mau nginep di sana tapi tempatnya udah penuh, jadi kita baru bisa check in di sana keesokan harinya. Transportasi umum yang beroperasi di kota Chamonix itu cuma bis, jadi kita kemana-mana naik bis, harganya gratis kalo kita bisa nunjukkin kalo kita menginap di sebuah penginapan di Chamonix.

Di Chamonix ini dikelilingi oleh beberapa pegunungan yang merupakan gugusan pegunungan Alpen, ada Le Brévent, Les Houches, Les Grands Montets, Argentière dan lain sebagainya. Nah buat naik ke pegunungan-pegunungan ini kita harus naik cable car dan buat naik cable car kita harus punya Chamonix ski pass. Untuk ski pass sendiri harga aslinya 63.5 Euro per hari, tapi karena kita beli di hostel Hi Chamonix, tempat kita bakal nginep malam setelahnya, kita cuma bayar 25 Euro. Ekonomis kan? Nginep di Hostel Hi Chamonix emang pilihan yang bagus buat budget traveler yang mau bertualang ke Chamonix. Harga hostelnya sendiri 23 Euro per malam, tapi kalo mau nginep ditambah beli ski pass seharian kita cukup bayar 44 Euro . Untuk menjelajahi Chamonix, ada sebuah website lengkap yang menunjukkan keadaan cuaca di setiap puncak gunung, lengkap dengan keterangan apakah tempat tersebut tutup atau tidak. Beberapa tempat kadang tutup hari itu, karena keadaan cuaca yang tidak memungkinkan.

Selesai naruh barang di kamar, Gue dan Wulan membeli ski pass di hostel Hi Chamonix seharga 25 Euro (ini sebenernya agak susah kalo kita ga nginep di hostel ini malam itu, kita dapet ski pass karena yang beliin temen kita yang udah di hostel ini duluan). Setelah itu, kita memulai petualangan pertama di Chamonix, yaitu Paragliding! Yeayy! Gue udah ngebayangin gimana indahnya paragliding di pegunungan bersalju, kaya yang gue pernah liat di poster waktu ke Puncak buat paragliding. Sayang, takdir berkata lain. Bukan Cuni’s Journey namanya kalo ga ketemu sial hahaha. Jadi paragliding kita terpaksa dicancel karena anginnya terlalu kencang dan kita baru tau pas udah di tempatnya. Si orangnya yang ngurusin paragliding telpon gw: “Iya, jadi kita terpaksa cancel karena angin kencang.” Gw: “Yah masa dicancel sih udah sampe sini.” Dia: “Ya, bahaya soalnya, kamu ga mau mati kan?” Gw: “Ga, gw ga mau mati.” Hahhaha. Ada2 aja emang kalo ngomong sama orang Prancis wkwk.

Ga jadi paragliding, kita memutuskan buat sightseeing di tempat yang harusnya buat paragliding, yaitu Le Brévent. Tempatnya kece bgt, jadi buat ke atas kita harus naik cable car dan sepanjang perjalanan yang keliatan gunung salju semua. Di sini juga ada sebuah restoran di tmp paling tinggi dan pemandangannya bagus banget, kita ga makan di situ tapi foto-foto aja.

Webp.net-resizeimage

Chamonix Mont-Blanc ❤

Webp.net-resizeimage-2

View from the restaurant

Webp.net-resizeimage-3

Ga usah jauh2 ke Swiss buat liat pemandangan se-luv ini ❤

Webp.net-resizeimage-6

Exploring Mont-Blanc with Wulan

Puas menjelajahi Le Brévent, kita ke puncak tertinggi selanjutnya yang bernama Les Grands Montets. Sayang, di sini kita ga bisa naik karena buat naik khusus yang punya alat ski. Yaudah kita menikmati pemandangan aja dari bawah.

Webp.net-resizeimage-4

Les Grands Montets

Webp.net-resizeimage-5

Ski station

Di hari kedua, gue dan Wulan pindah ke hostel yang sama kaya anak-anak, yaitu Hi Chamonix. Hostel ini jaraknya lebih jauh dari hostel yang pertama dari tengah kota. Di bis kita ketemu sama Reza dan Kevlin yang baru tiba dari Paris. Kita pun taruh barang-barang di hotel, beli ski forfait alias pass ski biar bisa naik turun ke gunung mana aja yang kita mau, nimbrung sarapan pagi, lalu pake peralatan ski karena bersiap ski. Peralatan ski ini bisa disewa di hostel, dengan membayar sekitar 20 euro. Peralatan ski ini berat banget, apalagi tempat tujuan kita buat main ski jauh dan musti naik bis. Gw sama Wulan udah ngeluh-ngeluh sepanjang jalan, apalagi gue, yang udah tau gimana ga enaknya main ski, pengen gw balikin aja rasanya ke hostel itu alat-alat. Tapi nasi sudah menjadi bubur, yaudahlah sebisa mungkin ikut aja ke tmp ski yang terletak di La Flégère. Setelah perjalanan yang terasa amat lama akhirnya sampai juga. Cowo-cowo itu udah pada jalan duluan, sementara gw dan Wulan di belakang, sama ada si Isol yang bersabar buat nungguin kita haha. Sampai di atas, gw mencoba main ski sedikit, tapi kok rasanya ga kuat. Harusnya gw percaya sama instinct gue, kalo gausah main ski dari awal. Dulu sekitar 2 taun yang lalu gue juga pernah main ski di Toulouse, dan gue ga suka, mana jatuh mulu. Sekarang gw pengen nyoba lagi karena masih penasaran, tapi kayanya udah cukup. Gw ga bakal lagi main ski, kecuali tiba2 ada duit dan ada yang ngajakin kursus dari awal di Ecole du Ski. Atau mungkin suatu hari ada seseorang yang cukup sabar ngajarin gue main ski dari awal haha. Selain itu, ajakan main ski akan gw tolak. Gw cukup bahagia ngeliatin gunung salju tanpa harus bermain ski.

Webp.net-resizeimage-11

Ski squad. From Paris to Chamonix 😀

Webp.net-resizeimage-7

La Flégère

Webp.net-resizeimage-8

Church by the mountain

Akhirnya gue memutuskan untuk makan siang sendiri selagi anak2 main ski, dan habis itu gue balik ke hostel buat balikin alat. Habis itu gw pergi ke puncak tertinggi di Chamonix yang bernama Aiguille du Midi. Sayang, tempatnya ditutup karena angin kencang. Huff. Lagi-lagi belum jodoh. Gw kemudian mencari puncak lain dan jatuhlah pilihan gw ke tempat yang bernama Les Houches. Waktu itu waktu sudah menunjukkan pukul 17.15, sementara tempatnya akan ditutup pukul 17.30. Jadilah gue naik cable car terakhir ke sana, terus foto-foto sebentar di atas gunung, kemudian naik cable car terakhir buat turun. Gw pun pulang ke hostel dan secara ga sengaja di bis ketemu anak-anak yang habis balik main ski. Kita santai sebentar di hostel, lalu pergi lagi jalan ke pusat kota Chamonix untuk makan malam sembari menikmati malam terakhir di kota yang indah ini.

Webp.net-resizeimage-9

Gagal naik ke Aiguille du Midi, foto ini-nya aja wkwk

Webp.net-resizeimage-10

Les Houches, I am the last people who came up

Keesokan harinya hari Minggu, gw dan Wulan melanjutkan perjalanan ke Jenewa, sementara anak-anak lain masih stay di Chamonix sampai malam, ada yang main ski lagi, ada juga yang cuma jalan-jalan santai di Chamonix. So, thank you Chamonix! ❤

 

Advertisement

Itinerary Liburan ke Belgia 5 Hari 4 Malam

Liburan natal lalu gue sempet menjelajah Belgia (dan sedikit Prancis Utara di perbatasan Belgia) selama 5 hari 4 Malam. Waktu itu karena gue kerja pas weekend jadi gue cuma bisa pergi dari Senin sampai Jumat! Ini dia itinerarynya:

Hari ke-1: Sampai di Brussels

Gue naik bus (Eurolines, 18 Euro) dari Paris sampai Brussels-nya udah malam, jadi gue langsung ke rumah host gue. Di Brussels ini gue pake Couchsurfing, jadi urusan menginap, gratis. Host gue ini orang Korea yang agak aneh, tapi ga membahayakan, dia agak geek gitu dan ngomongnya cepet banget. Yang uniknya adalah dia terbiasa ngehost beberapa orang dalam waktu semalam. Pas gue ke sana, gue ber-5 gitu sama tamu-tamunya yang lain.

Hari ke-2: Brussels

Hari ini dihabiskan dengan eksplor Brussels. Pertama gue jalan ke Grand Place, main square-nya Brussels. Lalu muter-muter di pusat kota Brussels. Habis itu ngeliat Manneken Pis yang ternyata kecilllll banget! Hahaha. Zonk dah pas ke sana, bener kata tour guide gue pas di Praha, Mannekin Pis adalah the most overrated attraction in Europe. Haha!  Habis itu gue naik metro ke Atomium, gue cuma liat Atomium dari luar aja, karena kalo masuk harus bayar. Jadi katanya di tiap buletan-buletannya itu ada hall tempat pameran dan juga di puncaknya ada restoran. Malam tiba, gue pun mencoba waffle cokelat khas Brussels dengan cokelat hangat di Mokafe, salah satu cafe kece yang termasuk legendaris dan tua di Brussels. Interiornya kaya berasa di kerajaan, antik deh! Cafe ini terletak di Galeries Royales Saint-Hubert, sebuah shopping centre yang arsitekturnya juga kece berat! Galeries ini letaknya deket sama Grand Place dan mudah ditemuin. Sepulangnya, gue menghabiskan waktu di christmas market, karena waktu itu udah musim natal jadi Christmas Market jangan sampai terlewatkan!

grand place brussels

Grand Place and its Christmas tree

Webp.net-resizeimage (1)

Sisi lain Grand Place

Webp.net-resizeimage (3)

Manneken Piss, the most overrated attraction in Europe

Webp.net-resizeimage (4)

Atomium

Webp.net-resizeimage

waffle cokelat di Mokafe

Ada cerita absurd di malam kedua gue di rumah host gue. Ceritanya tengah malam ada bapak2 ngetokin semua kamar di rumah itu dan mencari-cari si host gue. Diapun kaget melihat banyak tamu di rumahnya. Dia pun kesel dan bilang ke kita semua: “Harusnya ini anak udah ga boleh nge-host lagi. Masih aja terima tamu. Kalian semua besok pagi2 jam 8 udah harus meninggalkan rumah ini ya!” Doenggggg! Untung aja itu malam terakhir kita di situ, kalo besokannya kita masih di Brussels bisa kalang kabut nyari penginapan huff.

Hari ke-3: Brussels-Bruges-Ghent

Hari ini gue pengen liat kota yang namanya Bruges, yang kata orang-orang cantik banget! Buat ke Brugges kita musti naik kereta dari Brussels seharga 14.7 Euro. Sebenernya untuk pilihan yang lebih murah ada juga option lain yaitu Blablacar, kalo bis tidak ada yang rute ini.

Perjalanan ke Bruges memakan waktu sekitar 1 jam. Bruges ini kotanya cukup kecil dan cukup untuk dibuat jalan-jalan seharian. Highlight dari Bruges adalah Main Square-nya yang bernama Markt, di sinilah terdapat bangunan warna-warni yang kaya di instagram hihi. Di sini juga ada Christmas Market, jadi ga bisa terlalu banyak foto bangunan lucu karen kehalang sama stand-stand Christmas Market.

Webp.net-resizeimage (5)

Main Square-nya Bruges yang warna-warni

Webp.net-resizeimage (6)

Lucu ya kotanya, banyak kanal-kanal gitu.

Kalo udah mampir Belgia, jangan lupa juga makan Belgian French Fries dengan mayonaise-nya yang banyak. Gue cukup dengan makan siang itu, lalu duduk di resto kecil di sana sambil liat orang lalu lalang.

Malamnya, gue naik kereta ke Ghent, tempat host couchsurfing gue selanjutnya tinggal. Kereta dari Bruges ke Ghent lebih murah, karena jaraknya lebih dekat sekitar 30 menit. Harganya 7 Euro. Gue pun turun di stasiun Gent St Pieter untuk menunggu temen gue si Agnes, temen UI yang tinggal di kota kecil deket Ghent. Kita bakal dinner bareng di restoran Indonesia yang ada di Ghent. Namanya adalah Gado Gado. Tempatnya bagus dan harganya cukup mahal (menurut gue). Tapi malem itu si Agnes berbaik hati nraktir gue, mayanlah rejeki anak kos. Makasih Nes! Malam itu gue memesan nasi rendang yang rasanya enak banget! Hihi.

Webp.net-resizeimage (7)

Cuni, Agnes dan makanan Indonesia ❤

Habis makan malam sama Agnes gue pulang ke rumah host couchsurfing gue, cowok Belgia. Rumahnya cukup gede dan orangnya baik banget!

Hari ke-4: Ghent

Hari ini dihabiskan dengan eksplor Ghent. Jujur, sebelumnya gue ga tau keberadaan kota ini. Tapi karena temen gue yang rekomendasiin gue ke host couchsurfing ini bilang kalo dia ada temen di Ghent, gue baru kepikiran mau ke sini. Gue liat gambarnya di google ternyata lucu juga dan jaraknya dekat dengan Bruges, jadilah gue ke sini.

Ternyata, kota Ghent ini bagus! Ukurannya lebih besar dari Bruges tapi lebih kecil dari Brussels, sedang lah. Di sini gue jalan-jalan ke pusat kotanya di daerah Torens dimana berjejer gereja dari St Niklaaskerk sampai St Baafskathedraal. Lalu gue juga ke Vrijdaag Market, untuk makan french fries (lagi!), serta menelusuri daerah Graslei dan Gravensteen. Gue waktu itu berjalan mengikuti peta ini, jadi semua tempat bisa dijelajahi!

Webp.net-resizeimage (8)

Bangunan model begini dan kanal lagi ❤

Webp.net-resizeimage (9)

Pusat kota dan Christmas Market Ghent

Di malam harinya, gue berjalan-jalan sama host gue ngeliatin Christmas market dan melihat pemandangan malam kota Ghent. Host gue baik bener karena dia nemenin gue jalan kaki sambil nenteng sepedanya haha. Malam itu diakhiri dengan main board games di rumahnya yang bernama Carcassone. Seru juga ternyata main board games haha!

Hari ke-5: Ghent-Lille-Paris

Hari ini gue meninggalkan Belgia untuk kembali ke Prancis, sebelum pulang gue mampir dulu ke Lille, kota besar yang terletak di perbatasan Belgia dan Prancis. Di sana gue ada temen UI yang namanya Cinta. Gue naik blablacar dari Gent ke Lille seharga 7 Euro. Perjalanan memakan waktu sejam.

Di Lille gue makan siang opor ayam buatannya Cinta hihi, habis itu kita jalan-jalan di pusat kota Lille menelusuri Grand Place dan Christmas Market-nya serta muter-muter di daerah situ selama 2 jam. Sore-nya gue pun pulang ke Paris naik bis (Flixbus, 15 Euro)!

Webp.net-resizeimage (10)

Bangunannya mirip-mirip di Belgia ya.

Webp.net-resizeimage (12)

Sama Cinta (nama sebenarnya) di depan Pohon Natal

Webp.net-resizeimage (11)

Grand Place-nya Lille

Overall, perjalanan ke Belgia ini cukup menyenangkan. Kalo kalian cuma pengen jalan ke satu kota aja di Belgia, saran gue, jalanlah ke Bruges, jangan ke Brussels. Ga ada apa-apa di Brussels. Hehe.

40 Hari di Eropa Tengah: Paris dan Bonn

Kalo dari judulnya agak aneh ya, Paris dan Bonn itu kan letaknya bukan di Eropa Tengah, tapi kenapa gue tulis seperti itu? Karena 2 kota itu masuk dalam rangkaian liburan musim panas gue tahun 2016 ini, yang didominasi dengan negara di Eropa Tengah. Paris dan Bonn hanyalah awal dari perjalanan solo travelling gue selama 40 hari. Sebenernya gue juga udah pernah ke 2 kota ini, jadi gue cukup santai di sini dan cuma main-main sama teman aja, ga ada ambisi ngeliat macem-macem lagi.

Oke, jadi perjalanan gue dimulai di Paris tanggal 19 Agustus 2016, gue di sana menghabiskan 5 hari untuk bertemu dengan teman-teman gue. Kebetulan ada temen kampus gue di UI dulu yang lagi jalan-jalan ke Paris, namanya Rio, jadi gue main sama dia dan sama temen gue satu lagi, Rezzy, yang pernah gue ceritain di post tentang Paris sebelum ini. Dulu kita bertiga pernah mimpi bakal ke Paris bareng2, ngupi2 di deket menara eiffel. Eh kesampean! Hahahha. Selain itu, gue ke Paris jg bertemu teman2 yg lain.

Yuhuuu, we are in Paris!

Tanggal 23 Agustus gue beranjak ke Bonn, Jerman dengan menggunakan Flixbus seharga 25 Euro, transit sekali di Brussels. Ada kejadian aneh dengan bus gue dari Brussels ke Bonn. Jadi gue dan para penumpang lain menunggu si Flixbus yang tak kunjung datang, agak aneh karena Flixbus yang pernah gue naikin selalu on time. Terus tiba2 ada satu orang nanya ke Megabus tujuan Koln, si Flixbus yang ke Bonn itu mana, eh si supir Megabusnya bilang, naik ini aja. Lah? Kok aneh bener, gue tau sih Flixbus sama Megabus udah merger. Dan emang, Koln itu deket banget sama Bonn, tapi masa ujuk ujuk ga ada pemberitahuan apa-apa sebelumnya bisa langsung naik Megabus? Tapi karena supirnya bilang begitu ya kita manut-manut aja, daripada ditelantarkan bis yang tak kunjung datang. Gue pun naik megabus dengan dag dig ser, gimana kalo ini bis kaga berenti di Bonn. Setengah jam setelah menaiki megabus, gue dapet pemberitahuan dari pihak flixbus kalo bisnya telat 5 jam! Tanpa ada embel-embel diganti megabus atau apa. WTF! Makin panik lah gue, apa emang seharusnya gue ga naik bis ini? Beberapa jam kemudian bis ini tiba di Bandara Koln dan Bonn. Ternyata bandara kedua kota itu disatuin. Bis ini berhenti di situ. Gue pun tanya sama si supir apa bis ini berenti di Bonn, dan dia jawab engga! Kalo mau turun musti di sini! What?! Yaudah akhirnya gue dan 5 orang lain yang emang mau turun di Bonn turun dari megabus itu, sambil bertanya2 gimana caranya ke kota Bonn dari airport. Si 5 orang lain ini ternyata turun di Bonn cuma buat transit doang, mereka akan melanjutkan perjalanan ke Barcelona. Gile, makin deg-degan lagi jadi mereka. Mereka cuma bisa transit di Bonn selama 1 jam. Akhirnya dengan dibantu sama orang Jerman, kita menemukan bis buat ke Bonn, dan harus membayar 8 Euro. Tidak! Biaya tak terduga harus dikeluarkan. Tapi yaudahlah, gimana lagi, bagus bisa nyampe Bonn. Sesampainya di rumah Laura gue meng-email flixbus atas kejadian tidak mengenakkan ini. Gue minta ganti pengeluaran gue sebesar 8 Euro, tapi sampe detik ini e-mail gue ga dibalas sama flixbus GRRR.

Keesokan harinya, gue sama Laura berencana nonton Startrek di bioskop. Gue sih sebenernya ga gt doyan, tapi ngikut aja, filmnya pake asli bahasa Inggris juga, ga didubbing ke Bahasa Jerman (oya, fyi, film-film di eropa itu hampir semuanya didubbing ke bahasa negaranya. Misalnya di Prancis didubbing jadi bahasa Prancis. Buat kita yang udah biasa denger pake bahasa aslinya, rasanya aneh banget. Cuma ada sedikit film, yang biasanya terkenal, yang dibiarkan tetap dalam versi aslinya). Habis nonton startrek, kita ke Bierborse. Festival bir dari seluruh penjuru dunia di mana terdapat berbagai bir dari berbagai negara. Gue sendiri ga beli bir, malah beli slushy hahaha. Lebih menarik itu buat gue daripada bir 😛

IMG_3298

Pusat kota Bonn

IMG_3275

Suasana di Festival Bir

IMG_3282

Laura minum bir, saya minum slushy (yang diumpetin :P)

IMG_3283

Salah satu stand bir

5 hari ke depan karena Laura kerja, gue jadi cuma diem aja di kamarnya Laura, kadang-kadang keluar buat jalan-jalan, tapi ga ada ambisi mau kemana mana, karena udah pernah juga ke Bonn. Waktu-waktu ini gue gunakan buat cari couchsurfing selama liburan ke Eropa tengah nanti. Hahah. Jadi intinya gue ke Bonn, cuma numpang hahahaha. Sekalian main sama Laura 😀

Hari Jum’at tanggal 29 Juli malam, gue bersiap pergi ke Berlin dengan menggunakan Polskibus. Gue agak waswas, karena tiketnya itu tiket Polskibus, tapi emang ditulis (ga bener-bener ditulis jadi gue ngira-ngira doang) kalo bakal naik Flixbus, karena dia bekerja sama dengan Flixbus. Bener aja, pas gue nyampe sana yang ada cuma Flixbus, dengan rute dan waktu yang sama dengan yang tercantum di tiket. Gue pun nyamperin supirnya dan jengjeng! Dia bilang nama gw ga ada di daftar penumpang Flixbus. Damn kesialan apaan lagi nih? Langsung panik lah gw. Si supir ini ga gt bisa bahasa Inggris, tapi untung si Laura nganterin gue dan dia ngomong sama Laura pake bahasa Jerman. Si Laura udah jelasin kalo ini polski ada kerjasama sama flixbus dan emang di tiketnya tertera kalo gue bakal naik flixbus. Cuma si supir kekeh gue ga bisa naik karena ga ada nama gue. Bahkan dia ga tau kalo ada kerjasama antara Flixbus dan Polskibus. OMG. Gue coba telp ke customer service Polskibus ga diangkat sama sekali karena itu udah jam 10 malam. Gue panik. Gue ga punya pilihan lain selain beli lagi itu tiket Flixbus on the spot, yang which is sangat mahal, 50 Euro. Sementara gue beli tiket Polskibus cuma 20,35 Euro. Dengan segala ketidakrelaan yang ada, akhirnya gue ngasi lembaran 50 Euro-an sama supir bisnya. Transport termahal sepanjang gue jalan-jalan keliling Eropa satu tahun belakangan :((( Akhirnya gue naik bis, udah mau nangis tuh di dalem bis. Sambil bilang dalam hati, kenapa gue baru mulai trip Eropa tengah udah sial banget ya. Moga2 ini jadi kesialan terakhir gue..

Anyway, besokannya akhirnya gue hubungi customer service Polskibus dan diganti uang gue sebanyak 20.35 Euro. Gue sih ngarepnya 50 Euro yang diganti ya, secara harga pas pertama gue beli bukan segitu. Tapi ya mayanlah daripada lu manyun..

P.S: Yang mengharap isi informatif dari postingan ini, maap banget ya, isinya cuma curhatan kesialan bersama bis-bis ini. Hahaa. Mungkin harusnya judulnya “Drama di Dalam Bus”..

Oiya, kalo mau baca tulisan yang lebih informatif tentang Paris dan Bonn bisa diintip di post ini (untuk Paris) dan ini (untuk Bonn). 

 

40 Hari di Eropa Tengah: Itinerary dan Biaya

Musim panas telah berakhir! Besok sudah masuk kuliah lagi. Masih kebayang-bayang rasanya summer trip gue yang 40 hari kemarin. Berhubung masih segar di ingatan, jadi gue ngepost tentang summer trip dulu ya. Post2 lain yang sebelumnya (kebanyakan jalan2 sih), dipending dan bakal dibuat setelah rangkaian post summer trip. Postingan tentang summer trip akan dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian pertama adalah itinerary secara keseluruhan (beserta rincian biaya) dan bagian kedua ketiga, keempat dan seterusnya adalah tentang cerita di masing-masing kota (ada di hyperlink kota-kota di bawah). Di postingan ini gue cerita tentang itinerary dan biayanya dulu ya.

—-

Musim panas kemarin gue solo travelling selama hampir 40 hari di Eropa Tengah. Jalan-jalannya sendiri cukup santai, satu kota kira-kira 3 malam, jadi ga keburu-buru dan bisa bangun siang untuk menjaga stamina tetep fit dan ga kecapekan. Gue pergi dari 1 kota ke kota lain dengan menggunakan bis. Untuk penginapan, gue menginap di couchsurfing dan juga hostel. Kota-kota yang gue datengin adalah Bonn (Jerman), Berlin (Jerman), Krakow (Polandia), Budapest (Hungaria), Vienna (Austria), Bratislava (Slovakia), Praha (Ceko), Salzburg (Austria), Munchen (Jerman), Frankfurt (Jerman).

Jujur, gue agak takut pas trip ini karena ini pertama kalinya gue pergi selama ini, 40 hari dan sendirian pula ! Untuk penginapan juga gue tidak bisa memastikan dari awal, karena masih menunggu dapat atau tidaknya couchsurfing. Kalo ga dapet baru cari hostel. Jadi deg-degan aja, gimana kalo ntar gue ga dapet tempat tinggal, gimana kalo tiba2 duit gue habis di jalan (secara budget gue terbatas banget), gimana kalo ntar gue sakit di jalan, gimana kalo ntar gue kecapekan dan jadi hilang minat selama travelling, dan berbagai ketakutan lain di dalam otak gue. Ternyata, ketakutan tersebut tidak terbukti sama sekali. Hanya ada beberapa kejadian sial di trip kali ini dan overall itu ga mengganggu trip gue. Setelah travelling pun gue merasa sangat senang, bahkan jadi ketagihan trip selama itu lagi. Sekarang setelah pulang, gue merasa agak hampa, pengen travelling dan pindah-pindah kota lagi tiap harinya. Okedeh, daripada kebanyakan curhat, langsung aja gue share itinerary-nya!

Berikut itinerarynya:

19-23 Juli: Paris dan sekitarnya ketemu sama temen2 gue

23 Juli : Paris-Bonn (Jerman) → 25 Euro, Flixbus

Di Bonn gue menginap di tempat teman selama seminggu. Gue sebenernya pernah ke sini, tapi emang pengen main aja lagi..

29 Juli: BonnBerlin → 20.35 Euro, Polskibus (di sini ada kesialan saat naik bus. Jadi di tiket yang gue beli di Polskibus, ditulis kalo gue akan naik Flixbus karena mereka punya kerjasama. Tapi begitu sampai di TKP gue ditolak sama Flixbus karena nama gue ga ada di daftar penumpangnya dia. Asli panik banget, dan gue ga ada jalan lain selain beli tiket bus lagi on the spot dan itu seharga 50 Euro! Asli kesel banget dan pengen nangis, baru awal trip udah kehilangan duit segitu. Akhirnya gue komplain ke pihak Polskibus dan duit gue yang 20.35 Euro dirembourse. Tapi yang 50 Euro tetep melayang. Mayan lah daripada lu manyun)

Di Berlin gue menginap selama 3 malam di tempat couchsurfing, kebetulan gue nyarinya orang Indonesia biar kemungkinan diterimanya lebih besar.

Berikut tempat-tempat yang gue datengin di Berlin: Brandenburger Tor, Reichstag Building, Check point Charlie, East side Gallery, Berlin Memorial Wall, Holocaust Monument, Berlin Cathedral, Museum Island, Alexanderplatz, Potsdamer Platz.

Di hari terakhir gue ke kota sebelah yang deket banget sama Berlin (bisa naik S Bahn) yaitu Potsdam. Kotanya sendiri bagus, kecil tapi ada istana Sanssouci yang terkenal.

3 Agt: BerlinKrakow → 13.8 Euro, Polskibus (sengaja ambil bis malam biar bisa menginap di bis dan mengurangi biaya penginapan)

Di Krakow gue menginap selama 2 malam di tempat couchsurfing, yang lagi-lagi orang Indonesia, dan ternyata dulu pernah satu fakultas sama gue! Haha. Dunia sempit..

Tempat-tempat yang dikunjungi di Krakow: Main Square, Wawel Castle, St. Mary’s Basilica, Oscar Schlinder Factory (liat dari luar aja), Jewish Quarter (di sini ada food court kecil tempat makanan khas Polandia murah-murah dijual. Zapikanki, sejenis baguette Polandia, ada dari harga 1-3 Euro dan bisa buat dimakan berdua).

5 Agt: KrakowBudapest → 8 Euro, Polskibus

Di Budapest gue menginap di couchsurfing, kali ini orang Hungaria asli yang super baik, selama 3 malam.

Tempat yang gue datengin: Buda castle, Fisherman Bastion, Matthias Church, Parliament Building, St. Stephen’s Basilica, Chain Bridge, Hosok Tere, Citadella (wajib liat night view dari sini, bener2 breathtaking).

8 Agt: BudapestVienna → 9 Euro, Regiojet (baru pertama kali naik regiojet, bus ini kece banget. Harga murah tapi fasilitas kaya pesawat, ada layar kecil di setiap bangku, bisa nonton, dengerin musik, dll; dikasi hot drink, bisa pilih kopi atau cokelat; dipinjami headset dan dipinjami koran)

Di Vienna gue nginep di rumah temennya temen, selama 3 malam.

Tempat yang dikunjungi: Hofburg Palace, Schonbrunn Palace, Belvedere Palace, State Opera, Ring road, Albertina, Museum’s Quarter, Rathaus, Karlskirche, City Centre

11 Agt: ViennaBratislava → 1 Euro, Regiojet (dengan fasilitas pesawat, gue bingung dia dapet untungnya darimana haha)

Di Bratislava gue menginap di host couchsurfing selama 1 malam (host gue pernah dapet beasiswa belajar bahasa Indonesia selama 1 tahun dan dia ngajak temen-temennya org Bratislava yang pernah tinggal di Indonesia juga buat ketemu gue. How cool!). Karena dia cuma bisa ngehost gue selama semalam, maka gue mencari hostel untuk 2 malam selanjutnya. Gue menginap di hostel Possonium: 19 Euro per malam.

Tempat yang dikunjungi: City centre, Michael’s gate, St. Martin’s cathedral, Devin castle (yang ini agak jauh di pinggir kota tapi bagus!), Blue church, Slavin Memorial, Bratislava castle

14 Agt: BratislavaPraha → 10 Euro, Regiojet

Di Praha gue menginap di Hostel Plus selama 3 malam, biaya 7 Euro per malam

Tempat yang dikunjungi: Charles Bridge, Old Town Square, Astronomical Clock, Wenceslas Square, Prague Castle, Jewish Quarter, Dancing House, Lennon Wall, Infant Jesus of Prague (Church)

17 Agt: PrahaSalzburg

Karena biaya bis langsung cukup mahal maka gue memutuskan untuk transit dulu di Munich, dengan rincian sebagai berikut: PrahaMunich → 9 Euro, Eurolines dan MunichSalzburg → 7 Euro, Flixbus

Di Salzburg gue menginap di Hostel Jufa selama 2 malam, harga per malam 26 Euro (biaya penginapan paling mahal selama trip ini, makanya ga mau lama-lama di Salzburg)

Tempat yang dikunjungi: Hohensalzburg castle (dari luar, soalnya masuknya bayar; tapi pemandangannya di atas bukit gitu, bagus), Old Town, Mirabell Garden, Hellburn palace, Nonnberg Abbey, Schloss Leopoldskron.

Kalo punya banyak waktu, gue bakal ke Hallstatt, kota deket sini yang katanya bagus banget dan juga ikut tur mengelilingi danau dan gunung di sekitar Salzburg, yang kece berat. Guengnya ga kesampean, maybe next time!

19 Agt: SalzburgMunich → 9 Euro, flixbus

Di Munich gue menginap selama 4 malam di The Tent Hostel. Hostel ini konsepnya tenda yang sangat unik (akan dibuat postingan sendiri mengenai hostel ini). Gue menginap 2 malam di bunkbed (12 Euro semalam) dan 2 malam di matras (8 Euro semalam).

Tempat yang dikunjungi: Neuchwanstain Castle (tujuan ke Munich emang pengen liat istana ini, jaraknya 3 jam dari kota Munich), City centre, Marienplatz, Rathaus, Englischer Garten, Nymphenburg Palace, Viktualienmarkt, Odeonsplatz.

23 Agt: MunichFrankfurt → 1 Euro, Megabus (gue mendapat sisa-sisa tiket murah Megabus yang terakhir, karena habis ini dia merger sama Flixbus dan harga tiketnya jadi lebih mahal)

Di Frankfurt gue menginap selama 3 malam di tempat teman, sebenernya ke kota ini karena ingin bertemu teman-teman saja.

26 Agt: FrankfurtParis → 19 Euro, Eurolines

Keterangan tambahan:

Gue mencari tiket bus dengan bantuan goeuro.com; di mana kita bisa membandingkan harga 1 bus dengan bus lain, bahkan bisa membandingkan dengan tiket pesawat dan kereta juga. Kalo dilihat dari rutenya agak sedikit muter-muter, karena disesuaikan dengan tiket dengan destinasi termurah.

Untuk makanan, makanan di Eropa Tengah tidak terlalu mahal, contohnya saja di Krakow gue mendapatkan full lunch set dengan harga 3 Euro. Di Budapest dan Praha yang notabene mata uangnya berbeda dari Euro juga tidak terlalu mahal. Sisanya, bila kotanya mahal seperti Salzburg, gue membeli sandwich 2 Euro-an di supermarket.

Dalam perjalanan ini gue banyak mengikuti Free Walking Tour, agar mendapat gambaran sejarah kotanya dengan lebih baik. Tur sejenis ini bisa dicari di google, dengan mengetikkan free walking tour + nama kota tujuan. Turnya sendiri gratis, tapi kita harus memberi tips. Setelah tanya ke beberapa orang tips normalnya, gue cuma ngasih 2 Euro-an aja.

Oya, gue cuma bawa backpack 32 liter (bawa bajunya cuma 7 helai), di sana gue sempat mencuci 2 kali. Satu di tempat teman di Bonn dan satu lagi di Hostel Possonium di Bratislava.

Total biaya transportasi : 132, 15 Euro

Total biaya akomodasi: 151 Euro

Total semua pengeluaran (termasuk transportasi dan akomodasi) selama 40 hari: Sekitar 700 Euro atau Rp 10 juta-an.

IMG_4263

One of the breathtaking view that I’ve seen during my summer trip. Guess where?

 

Haut-Koenigsbourg, Kastil Terbesar di Alsace

Setiap saya melintasi jalan tol dari selatan ke utara Alsace (region di sebelah timur Prancis), di sebelah kiri saya selalu terlihat sebuah kastil besar berwarna kecokelatan yang terletak di atas bukit. Sayapun bertanya pada supir blablacar (moda transportasi murah, macam nebengers, yang membawa saya dari satu kota di kota lain) kastil apakah itu. Ia berkata bahwa itu adalah kastil terbesar di Alsace, Haut-Koenigsbourg namanya. Suatu hari setelah saya selesai main ke Strasbourg, saya ingin menyambangi kastil ini.

Untuk mencapai kastil ini, saya harus menaiki bis dari kota Selestat, sebuah kota yang berada di tengah-tengah Alsace. Mencapai kota Selestat bisa dengan kereta dari Strasbourg/Colmar/Mulhouse atau dengan blablacar tentunya. Dari depan stasiun Selestat, saya menunggu shuttle bis nomer 500 dengan tujuan Haut-Koenigsbourg.

IMG_5295

Stasiun Sélestat

Hari itu, akhir bulan Oktober 2015, di musim gugur, saya hanya berdua saja dengan backpacker asal Kanada dan si bapak supir di dalam bis. Kami bertiga mengobrol dalam Bahasa Prancis, karena si turis ini aslinya dari Quebec, bagian dari Kanada yang berbahasa Prancis. Pemandangan menuju ke atas bukit sangatlah memukau, di kiri kanan, daun berwarna merah dan oranye khas musim gugur. Benar benar saat yang tepat untuk mengeksplor kastil ini.

IMG_5387

Pemandangan sepanjang jalan

Setengah jam berlalu dan kamipun sampai di depan pintu masuk. Ternyata di sini banyak juga turis lain dan mereka membawa mobil. Pantes, yang dateng turis kaya atau penduduk Prancis semua yang bawa mobil, kita doang yang backpacker gembel hahahha. O ya, harga shuttle bis ini 2 Euro sekali jalan. Untuk masuk ke dalam kastil, kita harus merogoh kocek 9 Euro (kalo sudah naik bis ini, kita hanya perlu membayar 7 Euro).

IMG_5300

Pintu masuk ke dalam kastil

IMG_5303

Bentuknya si kastil

IMG_5305

Ayo masuk!

IMG_5310

Dalamnya kira-kira begini..

IMG_5311

Dan begini..

IMG_5317

Kastilnya unik ya.. Beda sama kastil2 Prancis yang lain..

IMG_5320

“Apa lo liat liat?”

IMG_5323

Sampailah kita di bagian atas kastil

IMG_5329

I see the lights..

IMG_5337

Whoaa.. Amazing!

IMG_5343

Such a breathtaking view! Nikmat mana yang kamu dustakan?

IMG_5348

I can look at this all day long!

IMG_5349

Those autumn color!

IMG_5350

Pemandangan yang terbingkai..

IMG_5361

Antoine, si orang Kanada yang nemu di bis..

IMG_5363

Habis dari kastil doi hiking di hutan-hutan, saya sih melipir saja..

IMG_5375

Tampak bawah..

Habis puas menikmati pemandangan dari Kastil Haut-Koenigsbourg yang kece badai! Sayapun kembali ke Selestat, di situ saya sempat eksplor sedikit kota kecil ini..

IMG_5397

Salah satu gereja di Sélestat..

IMG_5401

Kotanya sendiri kecil dan ga gitu banyak yang bisa diliat..

Sampai jumpa di petualangan Cuni selanjutnya!

Colmar, When A Magic Begins

Colmar adalah salah satu kota di Alsace, bagian timur Prancis yang terletak di antara Strasbourg dan Mulhouse. Kota ini sangat terkenal karena rumah-rumah Alsace yang cantik dan warna warni. Bahkan di Malaysia, dibangun sebuah komplek turistik bernama Colmar Tropicale yang bangunannya dibuat menyerupai kota Colmar. Kota ini merupakan salah satu syuting film disney dibuat. Wajar, kotanya magis banget sih!

Kotanya sendiri cukup kecil, cukup ke sini dengan one day trip. Bisa ditempuh dengan naik kereta selama 30 menit dari Strasbourg (kira-kira 10 Euro), atau dengan blablacar yang lebih bersahabat di kantong (bisa dengan 5 Euro saja).

Highlight dari kota ini adalah La Petite Venise atau The Little Venise. Di tempat ini terdapat bangunan Alsace warna warni sepanjang kanal. Lebih cantik lagi kalo ke sininya pas summer atau awal spring, banyak bunga yang dipasang di sepanjang kanal. Sisanya, siap-siap dimanjakan dengan bangunan khas Alsace di seluruh kota.

IMG_5127

Selamat datang di kota Colmar!

IMG_5137

Sebuah taman besar di kota Colmar, yang dinamakan Champ de Mars. Kece berat ya pas musim gugur!

IMG_5148

Biasanya kalo ada tulisannya eau potable, airnya bisa diminum. hihi.

IMG_5165

Ini yang namanya Little Venise. Instagram-able!

IMG_5170IMG_5190

IMG_5199

IMG_5149

IMG_5202

IMG_5212

Nah, kalo beberapa yang di bawah ini diambil pas Natal, makanya ada dekor macem-macem di beberapa rumahnya. Ada jg Christmas Market yang rame bgt! (tentang Christmas Market akan dibuat postingan sendiri).

IMG_7496

IMG_7492

IMG_7487

Makanan khas Alsace: Choucroute aux 5 viandes. Isinya daging babi. Makannya mirip banget sama khas Jerman, karena Alsace pernah menjadi bagian dari Jerman.

IMG_7504

 

So, jangan lupa ke Colmar ya, kalo ada kesempatan main ke timur Prancis, atau barat Jerman! :))

Strasbourg, I’m In Love

Sampai detik ini, gue sudah menyambangi kira-kira 12 kota di Prancis dan kalo ditanya kota apa yang paling gue suka, jawabannya pasti Strasbourg. Kota ini ga gede, ga kecil, tapi sangat menarik. Gw udah 3 kali ke sana dan ga pernah bosen. Gw sih saranin kalo mau ke Strasbourg mending pas bulan Desember sekalian, karena di sana ada Christmas Market paling besar di Prancis, sampai disebut Christmas Capital. Satu kota ada 12 area Christmas Market dan dimana-mana lampu, berasa magis deh. Soal Christmas Market ini bakal gue bahas di postingan lain. Sekarang gue bakal cerita tentang tempat-tempat yang bisa kamu kunjungin di Strasbourg.

Strasbourg adalah ibukota dari region Alsace, region yang berada di sebelah timur Prancis, dekat dengan perbatasan Jerman. Strasbourg pernah beberapa kali menjadi wilayah Jerman, oleh karena itu banyak sekali tradisi yang mirip dengan Jerman, seperti Christmas Market itu. Selain itu, di sini juga nama jalannya ditulis dalam 2 bahasa, Prancis dan Jerman. Strasbourg itu kota yang bener-bener komplit menurut gue, ada bangunan bangunan tua, tepatnya rumah rumah khas Alsace yang cantik banget dan suka dijadiin shooting film Disney; ada bangunan bangunan klasik kaya di kota-kota Prancis yang lain; dan juga ada Parlemen Eropa yang kompleksnya bener-bener keliatan modern.

So, ke mana aja kalo jalan-jalan ke Strasbourg?

  1. Petite France

Ini ada di nomer 1 tempat yang musti kamu datengin di Strasbourg, versi gue. Bahkan menurut gue area ini lebih penting dibandingkan Cathédrale-nya. Di Petite France ini kita bisa liat kanal kecil dikelilingin rumah-rumah khas Alsace. Beda banget rasanya pas nyampe sini, ga kaya di Prancis hihi. Ga heran deh, rumah-rumah Alsace macam gini suka dijadiin tempat syuting disney. Kaya lagi main ke dunia ajaib hihi. Selain di Strasbourg, ada jg area serupa kaya gini tapi lebih bagus dan colorful menurut gue, yaitu di Colmar, sebuah kota kecil dengan jarak setengah jam dari Strasbourg. Si Petite France ini kelihatan lebih cantik kalo summer atau awal musim gugut, karena di sepanjang kanal bakal ditaruh bunga warna warni. Kalo musim dingin, bunganya udah ga ada lagi karena ga kuat sama cuaca dingin.

IMG_4725IMG_4726IMG_4724IMG_4721IMG_4727IMG_4730

IMG_7607

2. Cathédrale Notre Dame de Strasbourg

Katedral paling gede di Strasbourg. Tempatnya bagus, di sekitar notre-dame juga ada berbagai museum, dari museum sejarah, arkeologi dan masih banyak lagi. O ya, di deket sini juga ada Tourism office, bisa minta peta kota Strasbourg di sini. Selain itu, di deket sini juga ada salah bangunan unik bergaya gothic yang bernama Maison Kammerzell.

17

Cathédrale Notre-Dame de Strasbourg tampak depan

19

Bangunan khas Alsace di sekitar Cathédrale

20

Kalo di sini ga ada tukang gorengan, adanya tukang marrons alias chestnut!

18

Maison Kammerzell yang sekarang sudah berubah fungsi jadi restoran

  1. Place Gutenberg

Jalan dikit dari katedral, ada tempat yang namanya Place Gutenberg. Kalo di Prancis, « Place » itu berarti kaya tempat besar, biasanya di pusat kota, di mana orang bisa ngumpul-ngumpul, duduk-duduk, dan lain sebagainya. Di Place Gutenberg ini juga ada Carousel alias komidi putar. Adem rasanya duduk di sini sambil ngeliatin rumah-rumahan Alsace.

21

  1. Place Klèber

Agak ke sana lagi ada yang namanya Place Klèber, ini kaya pusat kotanya Strasbourg gitu. Di sini ada macem-macem, dari McD sampai Galerie Lafayette. Bahkan pas pembukaan Christmas Market di Strasbourg, Anggun C. Sasmi nyanyi di sini, di tempat pohon natal super gede dipasang.

11IMG_4711IMG_4709

  1. Place Broglie

Di tempat ini ada gedung opéra yang di depannya ada patung Leclerc (salah satu tokoh pembebasan Strasbourg); city hall dan berbagai bangunan penting lainnya.

12

Place Broglie

13

Gedung Opéra

  1. Gallia

Selain Katedral, ada juga gereja bagus bernama Eglise St. Paul di daerah yang namanya Gallia. Paling enak ngeliat gereja ini dari stasiun tram. Bisa keliatan, ada kanal di depan gereja ini dan jadinya cakeppp banget. Di sisi seberangnya, juga keliatan pemandangan kanal yang cantik dan cocok buat tempat melihat sunset.

IMG_7637

Pemandangan ini didapat dari stasiun tram Gallia. Gereja St. Paul yang di depannya ada kanal cantik.

IMG_7647

Masih di Gallia, tapi disisi yang satunya lagi. It’s sunset, babe!

  1. Place de la République

Tempat ini adalah salah satu taman gede di Strasbourg, letaknya di pusat kota dan dikelilingi oleh Palais du Rhin, gedung teater, bibliothéque universitaire alias perpus dan gedung prefektur. Di tengah taman ini ada sebuah monumen untuk mengenang para tentara yang meninggal dalam perang dunia 1.

15

IMG_7633

IMG_7625

Gedung Prefektur Bas-Rhin

  1. Palais Universitaire

Kalo punya banyak waktu, bisa coba masuk ke salah satu gedung di universitas Strasbourg di bagian yang deket sama Gallia. Aula-nya keren banget! Ga berasa kaya lagi di kampus. Gedung ini sekarang masih dipakai untuk tempat kuliah fakultas seni dan beberapa ilmu social. O ya, Universitas Strasbourg ini juga salah satu universitas terbaik di Prancis, loh. Buat yang mau kuliah di sini bisa dijadiin pertimbangan.

16

universitas strasbourg

Aula yang kece mampus. Foto diambil dari mbah Google karena foto gue ga tau kemana.

  1. Ponts Couverts

Terletak di ujungnya Petite France, area Ponts Couverts terdiri dari 3 jembatan dan 4 menara. Juga terdapat Barrage Vauban, semacam bendungan. Tempat ini cantik jika dilihat di malam hari ini karena ada pencahayaan yang warnanya silih berganti.

IMG_7570IMG_7572

  1. Parlemen Eropa

Uni Eropa memiliki 3 kota sebagai penyelenggara pemerintahannya, di Strasbourg, Brussel dan Luxembourg. Di Strasbourg, berdiri yang namanya Parlemen Eropa. Bentuk parlemen Eropanya sendiri menurut gue sih ok, ga bagus bagus gimana amat, tapi modern. Berasa beda banget sama di pusat kota Strasbourg. Di deket Parlemen Eropa juga ada Conseil d’Europe dan Palais des Droits de l’Homme (Hak Asasi Manusia).

parlement

Parlemen Eropa (foto diambil dari mbah google karena foto gue ga tau kemana)

Le Parlement Europeen a Strasbourg

Dalemnya Parlemen Eropa (diambil dari mbah Google, punya gue ga tau kemana)

  1. Kehl, Jerman

Strasbourg ini berbatasan dengan kota kecil bernama Kehl yang masuk ke dalam wilayah Jerman. Kalo kalian udah di Strasbourg dan pengen nginjakin kaki ke Jerman tapi ga punya banyak waktu, bisa coba ke Kehl, tinggal naik bus. Kotanya sendiri kecil. Anak anak PPI Alsace biasanya ke sana buat belanja mingguan/bulanan, karena harga barang-barang di Jerman lebih murah dari Prancis.

IMG_4792

Selain tempat-tempat di atas, kita juga bisa jalan kaki random muterin nih kota, pasti ada aja tempat lucu yang fotogenik. So, Enjoy Strasbourg !

IMG_4757

Tempat yang didapat karena random walk, kalo gue disuruh ke sana lagi juga gue ga bisa nemuin ini di mana hahaha.

Info tambahan :

1. Jika ingin berwisata dari Paris, bisa menggunakan kereta ataupun bis. Ada megabus, salah satu bis low budget yang bisa dinaiki dengan merogoh kocek sekitar 10 Euro.

2. Di dalam kota ada moda transportasi tram dengan harga 1,7 Euro untuk sekali perjalanan (bisa transit). Menurut saya pribadi sih, asal sudah sampai pusat kota, kemana mana kita bisa jalan kaki, kotanya tidak terlalu besar kok. Kecuali kalo kita mau ke Parlemen Eropa yang letaknya agak jauh.

3. Kalo sudah sampai Strasbourg, jangan lupa mampir ke Colmar. Kotanya cakep bgt!

 

France, A Dream Comes True

Hola!

Setelah perjalanan sekitar 15 jam, akhirnya tanggal 21 Agustus 2015 sampe juga gue di Prancis, negara impian! Hahahhaha. Dua minggu sebelum ke Prancis, gue banyak farewell-an sama temen-temen di Jakarta. Rasanya sedih banget musti ninggalin comfort zone gue. Tapi kaya temen gue bilang, “The line between your comfort zone and your dream is very thin.”. Emang berat rasanya ninggalin Jakarta, zona nyaman gue senyaman nyamannya. Kalo ditanya gue happy apa ga tinggal di Jakarta, jawabannya pasti happy! Hahahaha. (Kan ada tuh tipe orang yang kerjaannya ngutuk2 Jakarta dan pengen banget keluar dari sini). Kalo gue ga, gue ninggalin Jakarta karena gue punya mimpi, yaitu kuliah di Prancis. Dan setelah melalui perjalanan berat, mimpi itupun tercapai. O ya, satu lagi yang buat gue berat ninggalin Jakarta saat itu adalah eyang gue (gue tinggal sama eyang gue dari kecil) sakit mayan parah, dan sakitnya itu bener-bener 2 minggu sebelum gue berangkat (now she already rest in peace :(( ). Gue sempet pikir apa diundur aja ya gue perginya, tapi kayanya ga ngaruh apa-apa juga gue perginya kapan. Hiks.

Setelah galau ninggalin Jakarta (dan ada satu kegalauan yang lain), akhirnya gue nyampe Bandara Paris Charles de Gaulle kira-kira jam 7 pagi. Gue naik pesawat bareng Olla, temen yang kuliah di Prancis juga tahun ini. Sebelum ngambil bagasi gue sempet ke WC, pas gue balik WC si Olla udah ilang, jadilah gue ga ketemu Olla lagi hari itu. Yak, bagasi pun datang, koper seberat 33 kg harus dibawa sendirian! Plus ransel besar yang kalo ditimbang bisa sampai 7 kg. Si koper ini rodanya agak bermasalah, jadi susah dibawanya dan bikin jadi berat banget. Beraaaaat banget rasanya narik si koper, sampe tiap 2 meter sekali gue berenti. Dari Charles De Gaulle gue naik RER ke kota Paris. Sebelum naik RER (kereta gitu), gue beli sim card Lebara yang dijual di toko depan loket. Lebara ini salah satu dari sedikit SIM Card prabayar di Prancis. Kebanyakan kalo di sini bayarnya abonemen. Waktu itu gue beli 10 Euro (SIM card dan isinya 5 Euro). Yak, perjuangan menarik koper dalam kereta pun dimulai. Sangking gedenya itu koper sampe ngalangin jalan wkwk. Tujuan pertama adalah Gare de Lyon, gue rencana mau taruh koper di sini sampai 5 hari ke depan untuk kemudian bisa langsung dibawa ke kota tempat gue kuliah, Mulhouse (kereta ke Mulhouse berangkat dari Lyon). Naik RER musti transit dulu sekali baru bisa nyampe Gare de Lyon. Beuh perjuangan narik kopernya itu bener-bener dah. Sampe ada adegan gue jatuh dan kaki gue ketimpa koper di eskalator. Parah. Dan yang membuat itu lebih parah adalah ga ada satu orangpun yang berinisiatif bantu gue. Man, orang Prancis bener-bener cuek banget. Dia ga ngebantu sampe dimintain tolong. Gue yakin kalo gue ada di Jakarta pasti banyak yang bantu.

Sesampainya di Gare de Lyon, gue masih nyari tempat lokernya sampai muter muter. Ternyata itu stasiun kereta guede banget, huhu. Gue musti naik 3 tingkat untuk mencapai tempat loker. Di sana ketemu orang Indonesia, hahahha. Tuh orang sempet bantu angkutin itu koper juga di tempat screening hahahah. Koper pun masuk ke loker. Biayanya 10 euro untuk hari pertama dan tambahan 5 euro per harinya. Habis dari Gare de Lyon, gue menuju ke apartemennya Sally, temen UI gue. Nyampe sana sekitar jam 1 dan langsung tepar, rasanya ga kuat kemana mana lagi hari itu. Habis dibuatin ramen, gue pun terlelap! Hahahah. Hari itu cuma dilalui sambil tidur, ngenet, ngobrol sama Sally dan belanja ke supermarket deket situ.

Sabtu, 22 Agustus 2015

Hari ini gue ke Istana Versailles. Hore! Dari dulu pengen banget ke Versailles tp ga kesampaian waktu ke Paris. Sekarang kesampaian hahahhaa. Untuk ke Versailles kita harus naik RER C dengan harga 8 euro pulang pergi. Sesampainya di Versailles gue beli tiket seharga 35 euro (termasuk tiket istana, taman dan rumah Marie Antoinette). Gue pun bertemu dengan Esa, teman UI juga, yang kebetulan tinggalnya dekat situ. Dia nyempetin nemenin ke Versailles di tengah-tengah deadline tesis yang jatuh keesokan harinya hahahaha. Yang bikin gue iri adalah si Esa bisa masuk Versailles gratis (tapi istananya aja), karena dia pelajar di bawah 26 tahun. Damn! Sementara gue yang udah tuir harus bayar segitu mahal. Di Eropa, kalo lo pelajar di bawah 26 banyak diskon yang bakal didapet. Jadi, kalo emang mau kuliah di Eropa mending buruan, sebelum ketuaan kaya gue ahahaha. Ga enak bgt kan, dompet mahasiswa tapi musti bayar layaknya pekerja. Huff.

Versailles sendiri areanya sangat luas. Langsung aja ya kagumi keindahannya dari foto-foto ini!

pertama dan terakhir kali pake tangan buntung di prancis tahun 2015 hahahha sekarang udah dingin

pertama dan terakhir kali pake tangan buntung di prancis tahun 2015 hahahha sekarang udah dingin

IMG_3199

kapel kecil

tamannya dilihat dari istana

tamannya dilihat dari istana

IMG_3253

lukisan cantik di langit-langit

galerie des glaces

galerie des glaces

tempat tidur marie antoinette

tempat tidur marie antoinette

galerie des batailles - isinya lukisan pertempuran di prancis dari masa ke masa

galerie des batailles – isinya lukisan pertempuran di prancis dari masa ke masa

IMG_3307

Francois Premier

Habis dari istana, kitapun makan siang sebentar kemudian pergi ke taman. Sayang, jimatnya Esa (alias kartu pelajar) udah ga berlaku lagi di sini. Katanya sih, kalo ga summer dia bisa masuk gratis juga ke taman. Cuma karena waktu itu summer, mungkin udah terlalu banyak turis dan rugi ngasi gratisan ke mahasiswa. Hahahha. Mungkin.. Yah, berpisah deh kita. Gue melanjutkan masuk taman dan si Esa pulang kembali mengerjakan tesisnya hahaha.

A bientot Esa! Gue ga akan lupa kata2 lo sebelum pergi, "Selamat datang di kegilaan ini!" (maksudnya kuliah-red)

A bientot Esa! Gue ga akan lupa kata2 lo sebelum pergi, “Selamat datang di kegilaan ini!” (maksudnya kuliah-red)

Tamannya sendiri guedeeee banget, dan hampir simetris bentuknya. Luar biasa! Udah gitu ada perahu perahuan yang bisa didayung berdua. Petit Trianon (rumah Marie Antoinette) letaknya masih agak jauh dari taman. Banyak jalan deh hari itu.

IMG_3329

Taman versailles yang kiri kanan hampir simetris. Beneran bisa liat, dulu cuma liat di buku kuliah S1 (dulu gue S1 Sastra Prancis).

IMG_3369

Bahkan pohonnya simetris

Danau di Taman Versailles

Danau di Taman Versailles

IMG_3380

Salah satu ruangan di Petit Trianon-kediaman Marie Antoinette

IMG_3392

Taman di Petit Trianon

Minggu, 22 Agustus 2015

Di minggu pagi gue janjian ketemuan sama temen SMA dan kuliah gue, Gita. Gita udah berkeluarga di sini dan suaminya orang Prancis. Pas hari itu kebetulan dia lagi pindahan ke rumah baru dan nyempetin ketemu gue pagi-pagi. Hahaha. Kita sarapan di Brioche Doree deket Notre-Dame sambil cerita-cerita banyak hal. Banyak kata-katanya yang memotivasi gue memasuki dunia perkuliahan yang kejam. Hahahaha. Habis itu diapun pulang dan gue melanjutkan perjalanan ke Cathedrale Notre-dame de Paris.

IMG_3442

Sama Mme Parisienne di patung St Michel. Gita ini satu-satunya temen SMA yang sejurusan waktu di Sastra Prancis dulu.

IMG_3456

Cathedrale Notre-Dame de Paris

IMG_3457

Tampak dalam

IMG_3499

Ukiran patung di pintu masuk

Habis dari Cathedrale Notre-Dame gue menuju ke Basilica Sacre-Coeur, perjalanan ke sini agak capek karena harus menanjak ke atas. Gue turun di metro Pigalle dan masih agak jauh perjalanan dari sana ke Sacre Coeur. Di tengah perjalanan sempet ngeliat red light districtnya Paris alias Moulin Rouge. Lucu ya, tempat prostitusi ini bersebelahan dengan gereja Sacre Coeur. Setelah jalan agak jauh, sampai juga ke Sacre Coeur. Sebenernya ada 2 opsi buat naik, bisa naik tangga, atau naik semacam lift menuju ke atas. Karena pas jalan dari arah gue ga nemu liftnya, jadilah gue naik tangga. Hahahha. O iya, untuk naik lift (yang mirip kereta gantung) ini harus membayar seharga tiket 1 kali metro (subway).

Paris red light district - Moulin Rouge

Paris red light district – Moulin Rouge

Pas sampe atas ternyata ada pertunjukan (kayanya sih sulap, ga gtu merhatiin). Dari sacre Coeur kelihatan kota Paris dari atas, cakep deh. Asik rasanya merenung sore sore sambil memandangi Paris dari atas. Tadinya mau sampai malam biar bisa liat city light. Tapi kalo di sini gelapnya baru setengah 9 malam, kelamaan nunggunya. Bangunan gereja sacre-coeurnya sendiri dari luar sangat cantik, gue lebih suka arsitektur yang ini daripada Notre-Dame. Tapi bagian dalamnya memang ga seluas Notre-Dame. O iya, pas gue ke sini ada juga pertunjukan orang dribbling bola pake kaki di tiang. Jagoan banget deh, pokoknya. Memang ada ada aja ya cara warga Paris untuk mencari sesuap nasi.

Pertunjukkan dribbling di tiang depan Sacre Coeur

Pertunjukkan dribbling di tiang depan Sacre Coeur

Paris dari atas Montmartre

Paris dari atas Montmartre

Setelah itu, gue pulang dengan menggunakan si lift dan langsung mencari metro terdekat untuk pulang ke rumah Sally.

Senin, 23 Agustus 2015

Di hari ini gue agak malas-malasan, baru bangun jam 10an, terus makan siang di Chinatown. Akhirnya makan nasi juga pake daging. Gue dikasi rekomendasi sama Gita untuk makan di restoran Vietnam terkenal gtu, sayangnya tuh restoran hari itu tutup, jadilah gue makan di resto sebelahnya. Dagingnya enak sih, tapi nasinya agak aneh buat gue. Tapi gapapalah, mengobati rindu akan nasi setelah beberapa hari makan sandwich mulu.

Habis makan siang gue ke KBRI buat lapor diri sama translate akte kelahiran. Di sini gue janjian sama Olla dan Rezzy. Rezzy (Eji) adalah salah satu temen deket di kampus. Hari itu dia baru banget dateng ke Paris untuk berkuliah di La Rochelle. Gue dulu waktu kuliah suka berandai-andai sama dia minum kopi di depan menara Eiffel. Eh, ternyata mimpi kita itu kesampean. Ga janjian ga apa, kita berangkat S2 di Prancis di tahun yang sama! Kadang emang luar biasa kekuatan mimpi itu. Thanks God!

Jadi untuk mewujudkan kata-kata di mimpi itu, sudah jelas dong tujuan pertama kita ke mana? Ke Eiffel! Hahahhaha. Sayangnya hari itu hujan badai yang luar biasa. Jarang jarang di Paris sampai hujan badai gtu. Jadilah kita Cuma foto-foto sekadarnya, lalu berteduh di Metro sambil menunggu Siska (anak Sastra Prancis juga tahun 05). Siskapun datang dan kita main ke rumahnya dia sambil dimasakin makan malam, nasi kuning sama ayam panggang yang endues! Hahahhahah. Gue tadinya berencana pulang (Eji emang nginep di situ), tapi karena di luar udaranya luar biasa dingin dan gue mager, gue akhirnya nginep di tempat Siska.

The dreamers - Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu

The dreamers – Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (abaikan rambut gue yang kaya habis kena topan)

Selasa, 24 Agustus 2015

Saatnya keliling Paris bersama Eji! Hahahha. Rute kita bisa dibilang agak mainstream, tapi emang itu tempat yang wajib dikunjungin kalo di Paris. Perhentian pertama adalah Sorbonne. Siapa sih yang ga tau Sorbonne? Sekolah paling terkenal di Prancis. Jadi kita ceritanya mau daftar ulang.. ahahhaha. Kidding! Kita jalan muter-muter Sorbonne sambil foto-foto pake tongsis dan fish eye hahahhaha.

IMG_3655

Sorbonne- altar pengetahuan

Habis itu kita ke Notre-Dame dan sempet masuk ke toko buku yang lumayan terkenal, Gilbert Jaune. Bareng sama Eji ini gue baru tau kalo Notre-Dame adalah titik 0-nya Paris. Alias tempat pertama saat kota Paris baru dibangun. Jam makan siang tiba! Kita makan Crepes di sebelah Notre-Dame sambil ngeliat orang lalu lalang. Jadi gini rasanya makan ngadep ke jalan 2-2nya. Kaya kata salah satu dosen KBP (Kemahiran Berbahasa Prancis) dulu, orang Prancis sukanya melihat dan dilihat, jadi dia suka ngopi-ngopi sambil ngadep jalan (kalo berdua, dua-duanya ngadep jalan, bukan hadap-hadapan).

IMG_3725

Titik nol – Cathedrale Notre Dame de Paris

IMG_3748

Makan crepes di depan Notre Dame. Makan crepes di bawa sama duduk di restoran harganya beda jauh loh hahahha.

Habis dari Notre-Dame kita berjalan kaki menuju Hotel de Ville, kemudian menyusuri sungai Seine sambil melewati Chatelet. Sempet liat juga jembatan cinta (yang ada kunci-kunci dikasi nama pasangan itu). Tadinya tempatnya bukan di situ, tapi karena jembatan yang asli udah runtuh keberatan gembok, jadilah lokasinya dipindahin.

IMG_3690

Selfie di sungai seine. Bbrp bulan setelah foto ini, salah satu temen gue komentar pas liat foto ini di insta, “Wah ini waktu lo masih bahagia ya, lo belum disiksa” (maksudnya kuliah -red)

IMG_3759

Chatelet

Kita menuju ke Musee du Louvre, di mana kacamata item gue sempet masuk selokan -_-. Habis itu kita duduk duduk di Jardin de Tuileries dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Champs Elysees, tempat di mana brand papan atas Prancis bertengger. Di sini kita juga janjian sama 4 temennya Eji yang diplomat. Jadi Eji dan temen-temennya ini sebenernya dapat beasiswa dari Kemenlu ke Prancis untuk akhirnya menjadi penerjemah negara untuk Bahasa Prancis. Keren yak? Mungkin ada yang tertarik mempersunting Eji? Hahahhaha (Malah jadi biro jodoh). Habis itu kita ke Arc de Triomphe.

P1100039

Musee du Louvre, di dalamnya ada Monalisa karya Leonardo Da Vinci

P1100071

Hiburan murah meriah ala orang Eropa- duduk2 di taman! (Jardin Tuileries)

P1100090

Champs Elysees- Pusat perbelanjaan paling terkenal se-Eropa, di mana ada Channel, Louis Vuitton, dll.

IMG_3779

The gloomy arc de triomphe

Habis itu kita ke Eiffel lagi! Hahahha. Kita cari spot foto bagus yang ada rumput-rumputnya ntuh. Hahahha. Untung hari itu ga ujan kaya kemarin, jadi foto-fotonya cukup puas. Lucunya pas di situ kita ketemu pasangan Korea yang minta fotoin. Karena kamera dia ga gtu bagus hasilnya, dia minta tolong fotoin pake HP gue dan ntar dikirimin ke email dia hahahhaa. Si pasangan ini ceritanya lagi honeymoon. Makanya wajib banget kan foto depan Eiffel hahahha.

IMG_3843

Menara sutet

Habis dari Eiffel kita berpisah jalan sama temen-temennya Eji, gue dan Eji balik lagi ke daerah Sorbonne buat janjian makan malam sama Sally dan Siska. Jadi ceritanya, Sally ini pernah jadi murid les privatnya Eji sebelum dia ke Prancis, makanya kenal. Kita makan di resto Asia, yang sebenernya ga enak-enak amat. Hahahhaa. Milih tempatnya agak ngasal yang ini. Malam pun datang, dan kita pulang ke tempat masing-masing.

IMG_3864

From left to right: Cuni-Eji-Siska-Sally

Keesokan harinya gue harus bangun jam 4 untuk mengejar kereta paling pagi ke kota tujuan gue, Mulhouse. Tentunya perjalanan yang ini juga pake drama. Dari nyasar nyari halte bis, nunggu loker gue buka jam 6.15 (ngambil koper yang gue titipin di Gare de Lyon itu). Sampe geret2 koper segede gajah sambil setengah lari. Gimana ga lari, keretanya berangkat jam 6.30 sementara gue baru bisa ngambil koper 15 menit sebelumnya? Gila dah..

Itu dia petualangan pertama gue di benua Eropa, nantikan petualangan lain di post selanjutnya! :*