Setelah menjelajah sedikit Cologne dan Dusseldorf, hari Minggu, 20 September 2015, gue menjelajah Bonn. Berhubung ini hari Minggu, jadilah gue jalan-jalan ditemani Laura.
Hari itu kami makan siang empal gepuk buatannya Laura. Rasanya, beuh, enak! Hahhaa. Udah lama ga makan makanan Indonesia, ketemu lagi rasanya super menyenangkan! Habis itu kita pergi ke Istana Drachenfels yang letaknya ada di Bonn.

Empal gepuk buatan Chef Laura
ISTANA DRACHENFELS
Tempat ini dapat dijangkau dengan kereta dalam kota (entah tram apa subway, bisa di bawah tanah tapi bisa di atas juga hahahha). Di kereta ini kita ketemu sama bapak-bapak Jerman yang bisa Bahasa Indonesia. Denger kita ngomong, dia langsung nyamperin, dan ngajak ngobrol dengan Bahasa Indo seadanya. Ternyata dia pernah tinggal di Bandung beberapa tahun dan anaknya bahkan sekarang masih di sana. Ga berapa lama kemudian, kita berpisah dengan bapak-bapak itu dan turun di stasiun koenigswinter. Dari situ kita jalan dikit ke stasiun kereta Drachenfels. Akses menuju ke istana yang letaknya di atas bukit bisa ditempuh dengan berbagai cara, dari jalan kaki, naik sepeda atau naik kereta. Tentunya gue milih yang terakhir hahaha, naik kereta. Jadilah kita membeli tiket kombo, yang mencakup kereta dan juga tiket masuk istana, harganya 16 Euro. Mahal sih, tapi sekali-kali gapapa (kaya gini mulu nih kalo jalan-jalan, mikirnya selalu kapan lagi ke sini, tapi habis pulang liburan nangis darah liat rekening hahaha).
Kereta Drachenfels ini bentuknya ucuk! Kereta ini memiliki beberapa perhentian, kita bisa turun di istana yang letaknya agak di tengah, atau bisa juga turun di reruntuhan kastil yang letaknya di atas bukit. Pertama gue naik dulu ke reruntuhan kastil. Dari situ kita bisa liat kota Bonn dari atas, yang dibelah oleh sungai Rhein. Pemandangan dari sini cakepp banget, sayang waktu itu lagi berkabut.

Kereta kecil naik ke atas Drachenfels

Reruntuhan kastil Drachenfels. Kalo diliat dari jauh bagus nih, sayang musti naik helikopter dulu 😛

Masih di reruntuhan

Kota Bonn dari atas Drachenfels

Masih cengar cengir. Habis ini manyun kameranya rusak.
O ya, di kastil ini ada peristiwa menyebalkan, yaitu kamera gue rusak kena ujan! Huhuhu. Kamera lumix kesayangan gue rusak. Ga sampe rusak parah sih, tapi tulisannya zoomnya error. KZL. Baru di negara pertama eurotrip aja udah rusak huhu.
Habis dari reruntuhan kastil, kita naik kereta lagi turun ke bawah, tempat istana utuhnya ada. Istana ini juga bagus banget, apalagi ada taman di bagian luar istana, yang bikin warna warni dan juga tambah cantik!

Istana Drachenfels dilihat dari taman

Cakep yak!

❤

Eh, ada Laura!
Dari sini kita turun ke bawah jalan kaki ke museum reptil. Museumnya sih sebenernya biasa aja. Tapi ya lumayan lah, daripada lumanyun hahahha. Habis itu kita pun turun ke bawah untuk pulang.
Habis dari istana, kita sempet jalan-jalan ke pusat kota bentar, lalu makan malam dengan kebab! Hahaha. Makanan anak kosan Eropa banget tuh, Kebab! Kebab di sini beda sama doner kebab di Indo, daging dan sayurnya lebih banyak. Pokoknya makan itu aja udah kenyang deh. Harganya berkisar di 4 Euro.
Usai makan kebab, kita pulang. Pulang-pulang, gue ngerendem kamera di beras, berharap airnya bakal masuk ke beras dan kameranya betul lagi T__T
Hari Senin, 21 September (gue masih libur loh!), gue menjelajah kota Bonn sendirian, karena Laura kerja. Kota Bonn ini disebutnya Kota Beethoven, karena Beethoven lahir dan besar di sini, sebelum dia pergi ke Austria. Bahkan di kota ini juga ada festival of Beethoven, yang spanduknya ada dimana-mana pas gue ke sana.
Tujuan pertama gue hari itu adalah Godesburg. Godesburg ini kastil juga, tapi tinggal menaranya doang, jauh lebih kecil daripada Drachenfels. Gue ke Godesburg dulu karena itu yang paling jauh dari tengah kota, sementara obyek wisata lain ada di tengah kota. Nyari ini kastil susahnya ampun, mana gue ga ada GPS kan, ga mau roaming. Akhirnya ketemu juga jalan menuju kastil ini, yang adalah tangga batu ditengah hutan. Mana sepi. Jalan 10 menit, keliatan kuburan. Kanan gue kuburan ala Eropa gitu, yang cakep, tapi tetep aja serem. Mana sendirian pulak. Akhirnya sampai juga di menara itu. Bagus sih dari luar, tapi gue males naik tangga ke atasnya, cape, mana ga ada orang hahaha.

Godesberg. Entah kenapa ini obyek wisata sepi banget, mungkin karena itu hari senen pagi.
Habis dari Godesburg, gue ke taman gedeeee banget, trus melipir ke pinggir sungai Rhein buat makan siang! Hahaha. Kali ini bawa bekal ayam penyet buatannya Laura! Walaupun sambel terasinya pake terasi ABC tapi tetep aja… Nyammm..

Makan ayam penyet di tepi sungai Rhine. Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan?
Selesai makan, gue kembali menyusuri taman dan menemukan taman kecil bergaya jepang yang bernama Japanische Garten, tamannya terawat banget, dengan daun-daun berbentuk bulat lonjong yang dipotong secara teratur (waktu gue ke sana ada amang-amangnya lagi motong daun). Gue menuju ke pusat kota dengan melalui Post Tower dan Kantor PBB yang tinggi menjulang. Pas lewat situ berasa agak aneh karena semua orang berpakaian rapi sementara gue keliatan banget turisnya hahaha. Jalan terus, gue menyusuri sungai Rhine lagi sambil sekali sekali duduk kecapean sampe ke pusat kota.

Japanischer Garten

Japanischer Garten

Yang kiri Post Tower, yang kanan gedung PBB
Sampe pusat kota, gue ngelewatin Universitas Bonn yang bangunannya kece berat. Terus gue duduk-duduk di taman depannya. Taman tersebut menghadap Akademische Kuntsmuseum. Gue kalo jalan-jalan sendirian kerjaannya melipir duduk duduk mulu. Antara pegel sama pengen menikmati perjalanannya. Hahahha. Habis itu gue ke gereja yang bernama Bonn Minster dan kemudian berlabuh di depan patung Beethoven gede banget di tengah kota. Di depan patung ini ada kantor pos gede yang warnanya ucuk.

Universitat Bonn

Asik ya bisa duduk duduk di taman depan kampus

Bonn Minster yang lagi sedikit direnovasi

Ada benteng-bentengan lucu di tengah kota

Bonn, City of Beethoven
Habis itu gue ke Beethoven Haus alias museum Beethoven. Nyari ini museum susah bener, karena tempatnya kecil dan ga mencolok mata. Di museum ini ada barang-barang peninggalan Beethoven dan juga kisah perjalanan hidupnya beliau. Sayangnya semua keterangan di museum ini berbahasa Jerman (point yang perlu dicatat, museum di Eropa kecuali yang terkenal banget, pake Bahasa negaranya masing-masing dan tidak diterjemahkan dalam Bahasa Inggris). Mereka ada kasih brosur Bahasa Inggris mengenai ruangan-ruangan dan benda-benda koleksinya sih, tapi ga selengkap penjelasan Bahasa Jerman di masing-masing bendanya. Di museum ini juga ada ruangan digital tempat kita bisa mendengarkan karya-karya Beethoven di computer.

Beethoven House

Salah satu piano yang pernah dimainin Beethoven
Puas liat museum dan muter-muter pusat kota, gue ke arah sungai Rhein lagi sambil menunggu Laura pulang kantor. Karena tiba-tiba hujan, gue melipir ke salah satu space taman yang ada atapnya. Dan di situ gue melihat pelangi, tepat di atas sungai Rhine. Cakep bangetttt! Indahnya karya Tuhan yang satu ini.

Rainbow over the Rhein
Pingback: Travelling ke Barat Jerman (1): Cologne-Dusseldorf | see. taste. tell
Pingback: Travelling ke Barat Jerman (3): Bruhl-Cologne | see. taste. tell
Pingback: 40 Hari di Eropa Tengah: Paris dan Bonn | see. taste. tell