Surga Itu Bernama Raja Ampat

Siapa yang tak kenal Raja Ampat? Hampir semua orang tahu kalau tempat itu adalah tempat terindah di Indonesia. Tujuan para traveler ataupun backpacker. Tak pernah terbayang rasanya gue menjejakkan kaki di sini. Pada akhir tahun 2012, nyokap gue mengajak tahun baruan di tempat yang anti mainstream, yaitu Raja Ampat. Hahhaa. Tempat ini memang bukan family destination, malah lebih ke backpacker destination, karena medannya yang cukup berat. Tapi emang keluarga gue keluarga metal, seperti kata mantan bos gue, “Gila lo ya ke Raja Ampat sama keluarga lo. Kalo jaman dulu tuh ya suka ada jargon ‘Pergi aja sana lu sama keluarga lu yang metal-metal!’ itu cocok banget buat lo dan keluarga lo.”

Perjalanan menempuh sebuah surga memang sangat berat *apalagi surga yang beneran yak?*. Gue transit 3 kali naik pesawat sebelum akhirnya sampai di Sorong, Papua. Gue pergi naik Sriwijaya Air, tiket termurah untuk ke sana, waktu itu harganya 4 juta PP. Gue sempet transit di Jogja, Surabaya dan Makassar. Gila dah, kayanya itu transit terbanyak sepanjang hidup gue. Setelah mengalami perjalanan yang sangat melelahkan, sampai juga kita ke Sorong. Bandara Dominus Eduard Osok (DEO) ini super kecil. Bener-bener ga keliatan kaya bandara. Denger-denger sih waktu itu lagi dibangun bandara yang lebih besar, ga tau juga sekarang udah jadi apa belum.

Kota Sorong ini cukup kecil. Gue cukup familiar sama nama kota ini karena kakek gue pernah tinggal dan kerja bertahun-tahun di sini. Sorong ini terkenal dengan tambangnya dan ada Pertamina di sini. Kakek dan nyokap kerja di sana jadi suka bolak balik bahkan tinggal di sini. Sayang ya, dulu Raja Ampat belum terkenal. Coba kalo udah, kakek gue pasti seneng hihi. Pas ke Sorong ini kita juga sempet ke rumah dinas kakek gue. Hahhaa. Dari luar sih besar. Kita juga melihat pemandangan kota Sorong dari atas bukit.

kota sorong dari atas

kota sorong dari atas

Setelah bermalam di kota Sorong, kami pergi ke Pelabuhan Waisai untuk menuju Raja Ampat. Setelah sampai, kami pun menuju ke penginapan yang sudah dipesan nyokap. Waktu itu, kita dapat penginapan yang cukup sederhana dengan view laut. Bahkan penginapannya pun dibangun di atas laut. Kalo malem-malem lagi tidur gitu berasa diombang-ambing. Penginapan ini harganya cukup terjangkau karena fasilitasnya terbatas mungkin juga karena yang punya itu temennya nyokap. Harganya 500 ribu semalam untuk 1 cottage sederhana (2 kamar) sudah termasuk makan 3x sehari. Kita juga bisa nyewa perahu langsung di sini. –> CP Mbak Kiki (Pin BB 512f0c17). Kita melihat beberapa resort mewah sepanjang perjalanan, tapi sayang kita ga nginep di situ. Hahahha.

Sunset di malam pertama di Raja Ampat

Sunset di malam pertama di Raja Ampat

Berikut tempat wisata yang kita kunjungi selama di sana. Karena kita ga ikut tur atau trip, jadilah kita kemana-kemana berempat. Sepi banget. Seneng banget rasanya kalo lagi papasan sama orang di laut, dadah-dadah gitu kita. Hahaha.

Teluk Kabui

Sepanjang jalan kita melihat gundukan pulau karst yang berbentuk setengah lingkaran. Begitu juga ketika sampai di sana. Teluk kabui ini disebutnya versi kecil wayag. Mirip kaya wayag tapi warnanya lebih ke hijau, ga kaya wayag yang punya warna biru gradasinya cantik.

Gundukan pulau karst

Memasuki Teluk Kabui

11

Teluk Kabui

Pulau Urai

Gue ga bisa cerita banyak soal pulau ini, udah lupa soalnya hahahha. Liat gambarnya aja yak!

15

Perjalanan menuju Pulau Urai

Pulau Urai

17

Wayag

Tadinya ikon yang ada di foto-foto ini sempat ga masuk itinerary kita. Cuman karena gue dan adek gue memaksa untuk ke sana jadilah kita pergi. Ya iyalah, udah jauh-jauh ke Raja Ampat masa ga ke Wayag? Gila aja. Dan selama di sini, belum ada tempat yang bisa dibilang wow banget, jadi kita harus pergi ke sini, pokoknya harus. Buat nyewa perahu dari penginapan ke sini, lumayan mahal satu perahu 7 juta. Padahal itu cuma perahu doang, gimana kapal. Hahahah.

Memasuki wilayah wayag, warna air mulai berubah menjadi gradasi biru muda-biru tua, luar biasa deh warnanya. Banyak banget batu karst yang disekelilingnya ada warna laut biru muda. Begitu agak jauh dari karst, barulah biru tua. Pokoknya amazing deh, gue sampai bilang gini waktu liat yang namanya wayag, “Tuhan, ini yang namanya surga ya?”

Pantai Wayag

Pantai Wayag

Ah-mazing!

Gue dan cito memutuskan untuk trekking ke atas, sementara mama dan papa udah ga kuat dan memutuskan menunggu di bawah. Trekkingnya luar biasa berat, apalagi kita cuma pake sandal jepit dan ga ada persiapan apa-apa. Kita trekking 30 menit, di atas batu karst dengan kemiringan 60 derajat. Sangatlah berat buat gue yang jarang olahraga. Akhirnya gue sempet dibantu sama guidenya, bahkan badan gue didorong dari bawah. Hahhaa. Luar biasa dah!

Setelah 30 menit, akhirnya sampai juga kita di atas. Pemandangan paling menakjubkan selama hidup gue. Mungkin emang benar kalo ada yang bilang “Surga itu Bernama Raja Ampat.”

Ini dia tampak atasnya, subhanallah!

Ini dia tampak atasnya, subhanallah!

Sama gue! Hahaha.

Tips dari gue, kalau pulang dari Wayag jangan kemaleman, karena ga ada penerangan sama sekali. Kepulangan gue ke penginapan disambut hujan lebat, mana gelap dan perahu seadanya. Kita cuma tutupan pake jaket doang. Kiri kanan banyak batu karst. Guide gue menyorotkan senternya ke segala arah agar tidak bertabrakan dengan karst-karst tersebut. Luar biasa deh malam itu!

Liburan di Raja Ampat yang cuma 3 hari itu memang sangat singkat, tapi menimbulkan kesan mendalam. Gue agak nyesel kenapa ga lebih lama lagi di sana. Bisa lebih banyak yang dieksplor. Dan gue juga menyayangkan kenapa gue ga bisa diving. Karena katanya di sana itu surganya diving!

Selain di daerah Wayag, dari yang gue baca tujuan turis itu juga ada di Misool. Moga-moga kapan-kapan bisa ke sana! Sekarang sudah banyak trip backpacker yang pergi ke raja ampat. Semakin mudah ke sana. Tinggal nabungnya aja ya.

Total pengeluaran gue selama 5 hari 4 malam dari berangkat sampai pulang kira-kira 10 juta per orang (sudah termasuk tiket). Itu dengan gaya backpacker ya! Pokoknya kalo ada uang, kudu wajib harus ke sana ya, guys!

Advertisement

Trip to Ujung Kulon

Satu bulan satu trip. Itu yang pengen gue lakuin di tahun 2015 ini. Hahaha. Setelah ga kemana-mana (yang berbau alam maksudnya) di bulan Februari, gue pergi ke Ujung Kulon di bulan Maret ini. Gue kali ini pergi bersama temen kampus gue, Dea. Dan lagi lagi ikut Rani Journey! Hahahha. Harga tripnya 675ribu (belum termasuk alat snorkel 50ribu).

Sebelum gue ceritain perjalanan gue, gue mau ceritain kejadian nyeremin yang dialami Dea sebelum berangkat ke Ujung Kulon. Jadi dia pergi dari Depok naik kereta ke Stasiun Sudirman. Dia pun naik 640 dari Stasiun Sudirman menuju Plaza Semanggi, tempat meeting point kita. Di jalan tiba-tiba ada 2 orang laki-laki naik dan memaksa pengemudi membelokkan arah ke tempat gelap. Setelah sudah sepi dan entah ada di mana, metro mini pun dipaksa berhenti dan terlihat 5 preman lain muncul. Totalnya ada 7 orang. Supir dan kenek dipaksa keluar dan pintu pun ditutup dari luar. Beberapa preman terlihat membawa pistol dan samurai kecil. Mereka pun berteriak, “Gue ga mau ngambil duit lo semua, gue cuma ada urusan sama ni supir. Kalian jangan berani-berani telepon, atau gue sayat-sayat muka lo pada”. Kebayang gimana mencekamnya itu kejadian. Sementara gue nelpon-nelpon Dea mulu karena udah telat dan itu handphonenya getar-getar mulu. Di luar si supir dan kenek pun digebukin sampai berdarah-darah. Di dalam total ada 7 penumpang, 4 wanita (termasuk 1 ibu hamil) dan 3 pria. 3 pria ini berinisiatif menahan pintu untuk membiarkan cewek-cewek keluar. Akhirnya para wanita pun berhasil lari kabur lalu kemudian naik taksi. Para preman sempat mengejar tapi untungnya ga kekejar dan mereka ga nembak. Sementara itu, Dea ga tahu nasip 3 pria yang menahan pintu. Semoga mereka selamat. Dea sampai di Semanggi dengan muka pucat. Dia menceritakan semua kejadiannya ke gue dan kita pun melapor polisi (no telp polisi: 112, catet!). Semoga pak polisi bisa menemukan para preman tersebut dan para penumpang yang lain selamat. We pray for them!

Setelah Dea datang, pukul stgh 10 malam kami berangkat ke Ujung Kulon. Kami sempat diliatin para peserta yang lain karena telat. Hahaha. Maap ya guys, ini emergency! Jadi mikir kadang kalo sebel liat orang lain telat, mungkin aja ada alasan di balik telatnya itu. Kami naik bus AC berukuran sedang dengan total peserta 25 orang. Kami duduk di barisan paling belakang karena kami agak big size. Mayan lah, 5 kursi di belakang bisa didudukin sama 4 orang. Hahaha. Perjalanan ini sangatlah dingin. Selepas dari Anyer, jalanan sangatlah buruk. Sepanjang jalan berkelok-kelok dan juga sempat beberapa kali kami loncat dari tempat duduk. Berasa naik wahana di Dufan.

Setelah perjalanan kurang lebih 6 jam, pukul 4 pagi kami tiba di tujuan. Sumur! Di sini kita istirahat sejenak, mandi dan sarapan sebelum berangkat ke Pulau Peucang pada pukul 7 pagi.

Pukul 7 kami sedikit menyeberangi laut untuk naik kapal ke tujuan. Perjalanan dengan kapal memakan waktu 3 jam. Perhentian pertama kami adalah Padang Penggembalaan Banteng Cidaon. Kami berharap melihat banteng bahkan badak bercula satu di sana! Tapi sayang, kami cuma melihat 1 banteng dan tidak melihat yang lain. Di Cidaon ini ada 1 hal yang pasti ditemukan: tai banteng! Jadi kalo kalian ga bisa foto sama bantengnya, foto lah sama tainya aja *LAH?* Hahhahaa. Oya, hati-hati juga tanahnya suka njeblos. Jadi musti pinter2 cari pijakan yang kokoh.

Hello!

Hello!

Rame-rame di Cidaon

Rame-rame di Cidaon (Photo by Fuad)

Sehabis itu kami langsung menuju Pulau Peucang. Mendekati pulau peucang, terlihat air yang berwarna hijau. Gue agak bingung kenapa airnya dari jauh hijau, padahal kalo didekati warnanya adalah biru muda. Seperti pantai-pantai cantik di Indonesia tercinta. Tapi ekspektasi gue terhadap Pulau Peucang lebih tinggi dari itu, sebenernya. Hahaha.

Pulau Peucang

Pulau Peucang

Kami menyusuri garis pantai Pulau Peucang untuk menuju ke sebuah spot foto bagus yaitu sejenis laguna. Untung aja ke sini, karena tempatnya oke banget! Tadinya sempet mau berhenti di tengah jalan karena mikir pasti pantainya sama semua jenisnya.

Laguna di Pulau Peucang

Laguna di Pulau Peucang

Waktu menunjukkan jam makan siang, kami pun makan di kapal. Tadinya kami pengen makan di pulau, tapi takut makanannya digondol monyet. Bener aja, waktu kami ngupi-ngupi di pulau sehabis makan, gula kami digondol monyet. Seplastik gula dibawa kabur ke atas pohon lalu dijatuhin sama dia. Beuh, sia-sia! Di tempat ini banyak hewan berkeliaran, ada juga babi dan rusa selain monyet.

Tadinya kita mau trekking ke karang copong, tapi takut kehabisan waktu, acara trekking pun dibatalkan. Kami lanjut untuk snorkeling di area deket situ. Menurut gue sih tempat snorkelingnya mayan, bisa ketemu nemo. Tapi ga bagus-bagus amat juga. Mungkin karena gue sering ke tempat yang lebih bagus. *ciegitu* *sombongnya* *self-toyor*.

Di tempat snorkeling ini guide kami yang bernama Fuad, seru sendiri gtu snorkelingnya, semua udah naik kapal, kecuali 3 orang. Dia dan 3 orang itu masih asik snorkeling dan membuat kita bengong nungguin dia. *Piss mas!*

Habis dari spot snorkeling ini, kami langsung ke tempat kami menginap di Pulau Handeleum. Sebelumnya, kami melewati Karang Copong. Intinya sih karang gede, tapi agak bolong gtu. Mirip sama Karang Bolong di Anyer tapi ini lebih gede dan banyak.

Karang Copong

Karang Copong

Pukul 5 sore kami sampai di Handeleum. Kami menempati penginapan 2 lantai yang sepertinya bekas kantor di pulau itu. Tadinya kami semua mau disatuin di 1 penginapan, tapi karena 1 dan lain hal, akhirnya yang di gedung itu cuma cewe-cewe plus ada rombongan bapak-bapak dari Mancing Mania. Gerombolan cowo-cowo tidur di penginapan sebelah.

Setelah mandi, kamipun makan malam lalu bercerita-cerita sama teman-teman baru.

Keesokan harinya kami bangun cukup pagi lalu kemudian duduk-duduk di saung kecil yang menghadap arah pantai. Yaampun pemandangannya luar biasa. Ini emang lukisan Tuhan yang paling indah! Ga sia-sia bangun pagi-pagi. Kami pun foto-foto, lalu kemudian sarapan pagi.

image

Pagi di Handeleum (Photo by Dina)

image

Bersama lukisan Tuhan

Sehabis sarapan kami meninggalkan Pulau Handeleum untuk kemudian berkano di Muara Cigenter. Kami berkano dengan 1 kano untuk 5 orang. Berkano di sungai tengah hutan, rasanya kaya lagi di amazon. Keren deh. Ditemani dengan suara-suara alam di sekitar kita. Sayangnya, kano yang kita naikin agak bocor. Jadi musti dikeluarin terus airnya dari perahu. Gue ga tau juga ya, emang semua kano begitu apa kano kita doang. Kami dibekali oleh 2 dayung dan kami mendayung bergantian. Plus abang-abangnya juga ngedayung. Ini serunya ke ujung kulon, pemandangannya bukan cuma pantai tapi bisa berkano juga!

Pulang berkano kami snorkeling lagi di satu tempat yang kalo ga salah namanya Pulau Caring *cmiiw*. Tempatnya kurang lebih sama kaya spot sebelumnya. Di sini ada nemo juga, tapi yang lucu adalah habitatnya warna item bukan bening. Hahaha.

Puas berkano, kamipun makan siang lalu kembali ke Sumur. Dari Sumur kami berangkat ke Jakarta dan sampai pukul setengah 11 malam. See you on next trip!

Museum Nasional Indonesia

Di suatu hari sabtu tanggal 7 Maret, gue iseng jalan-jalan sendirian ke Museum Nasional. Sebenernya gue udah pengen ke sana dari dulu, tapi susah banget ngajakin temen, pada ga bisa atau ga mau. Pas kebetulan kemarin ada kesempatan, gue cus lah ke museum nasional.

Sekitar jam 1 siang setelah gue ketemuan sama temen gue di sarinah, gue pergi ke museum ini. Tadinya gue mau pulang ke gading, tapi berhubung masih siang ntar diketawain sama pager, jadilah gue melancong ke sini. Ada temen gue yang pernah bilang kalo museum ini adalah museum paling bagus yang pernah dia liat. Karena gue penasaran, gue pengen liat ke sini. Lagian, museum nasional adalah salah satu museum terkenal di jakarta.

Turun di halte monas, gue masuk ke sini dengan bayar 5000 rupiah. Pertama gue masuk ke gedung lama, di sana dijelaskan mengenai etnisitas, dari sumatra sampe papua. Dijelasin baju adat, alat-alat penunjang hidup, alat musik dan lain sebagainya. Di gedung ini juga ada ruang keramik, rumah adat, ruang arca dan ruang tekstil.

Setelah muter-muter di gedung lama, gue ke gedung baru. Gedung baru ini bener2 modern. Asli bagus bgt! Bener kata tmn gue yang bilang ini museum paling bgs di jakarta (yang pernah gue liat). Gedung ini terdiri dari 4 lantai dan ada eskalator dan liftnya! Waw. keren deh. Di bangunan ini dijelasin tentang masa prasejarah, komunikasi, organisasi sosial, emas dan keramik.  Bahkan ada prasasti mulawarman atau apa gtu, yang suka ada di buku sejarah sekolah jaman dulu. Ternyata emang banyak benda-benda yang kita kenal dari buku sejarah yang disimpan di museum ini.

Sepulang dari sini gue iseng naik jakarta city tour bus a.k.a mpok siti (beneran ini nicknamenya). Gue sangat menyayangkan sekarang udah ga ada lagi tur guide di bis ini. Pas terakhir gue naik bis itu, tahun lalu, masih ada guidenya. Kan sayang ya, jadi sama aja kaya busway biasa 😦

Doraemon Gadget Expo

Hari minggu tanggal 22 Februari 2015 gue ke Doraemon Gadget Expo bersama 3 orang teman. Udah mau ke sini dari lama tapi ga jadi-jadi, akhirnya ada juga yang bisa digeret ke Ancol. Gue pergi sama Melta dan Yani, dan satu orang temen mereka yang bernama Yunita. Kita naik busway ke arah kota, kemudian naik angkot M15 menuju ke arah Ancol. Sampai depan gerbang Ancol, kita membayar uang masuk Ancol 25 ribu kemudian naik shuttle bis gratis menuju Ancol Beach City Mall. Kita harus menaiki shuttle yang bernama bus wara wiri ini dua kali. Naik yang ke arah timur dulu kemudian berhenti di gondola, baru naik ke arah barat untuk berhenti di Ancol Beach City. Mayan enak juga. Seinget gue beberapa tahun yang lalu belum ada ini bis.

Gue baca di facebooknya kalo buat masuk ke Doraemon Gadget Expo ini bisa buy 1 get 1 dengan flazz atau kartu kredit BCA. Curangnya, di loketnya ga diberitahukan sama sekali tentang hal itu. Gue smpt deg-degan juga takut tiba-tiba ga buy 1 get 1. Taunya bisa. Harga aslinya sendiri 99000 sudah termasuk PPN. Kalo buy 1 get 1 seorang jadi bayar 50ribu. Mayan lah.

Sebelum ke sini, gue udah baca di beberapa blog kalo pamerannya biasa aja. Dibanding yang di hongkong beda jauh. Bener sih, setelah masuk emang biasa aja, tapi mayan lah buat bernostalgia masa kecil bareng sama doraemon dan temannya yang lucu-lucu itu. Worth it lah kalo dengan 50ribu, kalo dengan harga 100ribu agak ga worth it. Nah, ini dia foto-fotonya. Enjoy! (Lucu ya bisa masang kolase foto kaya gini, beda sama waktu di blogspot dulu :P)