What to do in Semarang?

Halo semuanya! Apa kabar? Udah lama banget ga nulis di blog ini ya. Belakangan udah terlalu sibuk sampai blog ini terlupakan hahaha. Well, karena lagi ada waktu luang, gw bakal cerita tentang pengalaman gw ke Semarang selama seminggu di akhir tahun 2022. Sebenernya bukan cerita pengalaman sih, gw bakal merangkum tempat-tempat yang musti dikunjungi selama di Semarang. Enjoy!

1. Kota Lama
Rasanya ke Semarang belum lengkap tanpa ke Kota Lama. Kota Lama ini mirip kaya Kota Tua di Jakarta, tapi lebih kecil. Beberapa spot yang penting di kota lama: Spiegel dan Gereja Blenduk. Kemarin waktu ke sana, gw ikut walking tour dari Bersukaria Walk. Jadi bisa dijelasin sama guide-nya sejarah mengenai bangunan-bangunan plus difotoin foto-foto kece. Rekomendasi resto di Kota lama: Warung Koyor. Jujur waktu itu ga sempet ke sini, tapi guide-nya bilang di sini enak 😀

Salah satu sudut di Kota Lama Semarang

Kita juga diajak jalan-jalan ke depan pabrik rokok Praoe Lajar

Salah satu sudut Kota Lama Semarang

2. Lawang Sewu
Nah ini juga salah satu yang wajib dikunjungi saat ke Semarang. Harga tiket masuk Lawang Sewu adalah Rp 20.000 untuk dewasa. Lawang Sewu ini tadinya adalah Kantor Pusat Perusahaan Kereta Api. Sekarang ia menjadi museum yang menceritakan tentang perkeretaapian dari masa ke masa. Pas ke Lawang Sewu gw juga nyewa guide biar tau cerita di baliknya. Dan biar ada yang motoin juga hahaha. Turned out hasil jepretan si guide ini emang bagus banget. Harga guide-nya suka rela dengan perkiraan 50-100 ribu, cuma karena gw puas banget, jadilah gw kasi 150.000.

3. Simpang Lima
Yang ini khusus buat pecinta kuliner. Di simpang lima ini banyak banget kuliner khas Semarang yang bisa dijajal, dari Pecel, Tahu Petis, Lumpia dan lain-lain. Gw ke sana waktu itu pengen banget nyobain tahu petis terkenal, yang bernama Tahu Petis Prasojo cuma sayang banget lagi tutup. Akhirnya, gw makan tahu gimbal, yang juga merupakan kuliner khas Semarang. Di simpang lima ini kita juga bisa main kendaraan warna-warni gitu ngiterin simpang, tapi waktu itu gw ga sempet main. Hehe.

4. Klenteng Sam Poo Kong
Klenteng ini adalah klenteng terbesar di Indonesia. Didirikan untuk menghormati Laksamana Cheng Ho, penjelajah terkenal asal Cina yang pernah berlabuh di Semarang. Kompleks ini terdiri dari beberapa klenteng dengan tema masing-masing. Di bagian belakang, terdapat ukiran kisah perjalanan hidup Laksamana Cheng Ho. Untuk masuk ke sini kita harus membayar sebesar Rp 10.000 (weekdays) dan ini baru sampe di area luar. Kita dapat juga membeli tiket terusan termasuk untuk masuk ke tiap klenteng, sebesar Rp 30.000 (weekdays). Saat itu, saya juga menyewa tour guide yang standby di area pintu masuk kuil, biar lebih asik dan tahu cerita di balik klenteng ini.

5. Chinatown
Sebenernya daerah Chinatown ini cukup luas, kita bisa ke klenteng Tay Kak Sie, mencicipi lumpia semarang di Gang Lombok dan tentunya wisata kuliner di Pasar Malam Semawis yang hanya buka di malam hari pada saat weekend. Ornamen khas Tiongkok pun banyak bertebaran di daerah ini, menjadikan tempat ini juga asik untuk dibuat foto-foto. Sebenernya banyak klenteng yang bertempat di sini, tapi yang paling rekomen itu klenteng Tay Kak Sie. Cukup gw aja lah, yang cape-cape muterin semua klenteng di Chinatown, kalian yang baca blog ini gw kasi review yang musti dikunjungi aja. Haha.

Klenteng Tay Kak Sie
Suasana di Pasar Semawis

6. Museum Kota Lama
Selama di Semarang, gw mengunjungi sekitar 5 museum dan yang paling rekomen menurut gw itu adalah Museum Kota Lama. Museum Kota Lama menceritakan sejarah kota Semarang dengan modern dan interaktif. Harga tiketnya sendiri gratis, tapi harus mendapatkan slot untuk waktu yang available di aplikasi Lunpia. Selain menceritakan sejarah Kota Semarang, di museum ini kita juga bisa melihat artefak kereta api tua. Secara tidak sengaja, orang-orang yang membangun museum ini menemukan bangkai kereta api di bawah tanahnya.

7. Brown Canyon
Brown Canyon ini bisa dibilang letaknya agak di luar kota Semarang, jaraknya sekitar 40 menit dari kota Semarang. Kita bisa memesan taksi online untuk ke tempat ini. Brown Canyon ini unik karena landscape-nya sendiri tercipta dari proyek galian pertambangan yang sudah ada lebih dari 10 tahun. Bahkan sampai sekarang masih digunakan untuk pertambangan. Di sini banyak debu, jadi rekomen untuk pakai masker. Waktu yang paling pas untuk berkunjung adalah sore hari. 1 tips lagi: kalau menggunakan taksi online, mending supirnya disuruh nunggu kita terus kita bayar lebih untuk kembali ke kota Semarang, karena katanya bakal agak susah kalau mesan dari Brown Canyon, jarang yang mau ambil!

8. Museum Kereta Api Ambarawa
Kalo teman-teman punya banyak waktu di Semarang, gw saranin main ke kota sebelah yaitu Ambarawa, untuk merasakan naik kereta api wisata diesel dari Ambarawa ke Tuntang. Kita bisa naik kereta api ini dari Museum Kereta Api Ambarawa, tapi harus datang pagi agar tidak kehabisan tiket (tiket tidak dijual online). Harganya sendiri adalah Rp 120.000 untuk PP selama kira-kira sejam. Di kereta ini, akan ada pemandu yang menceritakan sejarah kereta api ini (dan kereta api uap yang dulu dipakai) dengan gaya bercerita yang menarik. Kalian juga akan disajikan pemandangan sawah yang sangat cantik selama perjalanan. Bener-bener keren sih!

Selain naik kereta api ini, kalian juga bisa melihat museum kereta api Ambarawa dengan beberapa keunikan mengenai kereta api di dalamnya.

Salah satu koleksi di Museum Kereta Api Ambarawa

Naik kereta Ambarawa-Tuntang

Pemandangan selama perjalanan kereta Ambarawa-Tuntang

Nah, kalo ke Ambarawa, ada 1 lagi tempat yang gw rekomendasiin namanya Eling Bening. Dari sini kalian bisa liat pemandangan alam di sekitar Ambarawa dari ketinggian yang bener-bener cakep. Ada restoran juga di sini. Cocok untuk makan siang atau sekedar ngemil cantik, sambil menikmati pemandangan.

Pemandangan dari Eling Bening

Sebenernya banyak tempat yang gw datengin selain tempat-tempat di atas, tapi dari yang gw datengin ya yang paling rekomen menurut gw yang gw tulis di sini. Jadi ikutin aja tempat-tempat ini ya. Dijamin puas selama berada di Semarang. See you! 😀

Fourth Week in Bali: Menjangan

Haloooo semuanya!
Ketemu lagi dengan cerita gw nomad sebulan di Bali.
Nah, di postingan terakhir ini gw akan menceritakan minggu keempat gw di Bali. Buat yang ketinggalan postingan selama gw di Bali, bisa dicek di sini ya.

Di minggu keempat ini sebenernya gw ga cuma ke Menjangan aja. Gw ke Pulau Menjangan sekitar 4 hari. Sisanya, gw eksplor bagian-bagian Bali yang lain dan juga ada kalanya gw cuma diem aja di hotel buat kerja.

Nah, pertama gw akan cerita dulu perjalanan gw 4 hari di Pulau Menjangan.

Hari 1
Perjalanan dari Seminyak ke Banyuwedang.
Banyuwedang ini terletak di ujung Barat Pulau Bali, sudah dekat dengan Gilimanuk dan tempat penyebrangan kapal ke Pulau Jawa. Nah, Banyuwedang ini letaknya dekat dengan Pulau Menjangan, destinasi gw kali ini. Di sini gw menginap di Yuda Homestay selama 3 hari dengan harga Rp 200.000 per malamnya. Yuda Homestay ini mendapat rating di atas 9 di Booking.com, reviewnya bagus-bagus dan highlightnya adalah sang owner, Bli Yuda dengan servis dan hospitality yang luar biasa.

Gw memesan servis antar jemput di Yuda Homestay, dari Seminyak ke Banyuwedang dengan membayar Rp 600.000. Gw dijemput langsung oleh anak laki-laki Bli Yuda bernama Kadek. Nah, selama perjalanan ke Banyuwedang, kami berhenti di Puncak Wanagiri, untuk melihat pemandangan Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Gw juga makan siang di sini, pemandangannya cakep banget. Setelah itu, kita juga main di Air Terjun Munduk. Total perjalanan dari Seminyak ke Banyuwedang sekalian mampir di Puncak Wanagiri dan Air Terjun Munduk sekitar 7 jam. Gw sampai di Yuda Homestay sekitar jam 16.00. Setelah itu kembali bekerja dari Homestay.

Hari 2
Snorkeling di Pulau Menjangan

Agenda hari ini adalah snorkeling! Gw menghabiskan sepagian dengan snorkeling di 2 tempat di Pulau Menjangan. Karena saat itu sedang low season dan sehabis pandemi belum banyak turis yang datang ke Menjangan, gw jadi ga bisa share kapal sama turis lain. Jadilah gw pesen tuh kapal sendiri, alias private! Hahahhaa. Gile, kapan lagi snorkeling nyewa kapal sendirian. Mahal sih, harganya Rp 900.000 untuk 3 jam. Tapi udah ga ada pilihan lain kalo mau snorkeling saat itu juga. Akhirnya gw snorkeling sendiri dipandu oleh snorkeling leadernya, yang tentu saja jadi kaya private guide, gw kemana-mana pas berenang ngikutin dia hahahaha. Biota bawah laut di Pulau Menjangan ini baguuuuus banget, lebih bagus dibanding 2 tempat yang sebelumnya gw datengin di Nusa Penida dan Amed. Super recommended!

Dan guess what.. saat gw posting di story tentang Pulau Menjangan ada temen gw yang komen: “Eh, kita kan pernah ke Pulau Menjangan juga ya ikut open trip beberapa tahun yang lalu.” Anjir! Gw baru inget! Asli hahahahhaa. Pantesan kok kaya familiar, ternyata emang gw pernah ke sini dan gw bener-bener lupa sama sekali. Setelah gw liat-liat, bahkan jejak digitalnya ada di sini! Hahahhaa. Gw antara nyesel ngapain ke sini lagi, tapi di sisi lain hepi juga sih karena emang tempatnya bener-bener bagus hahaha. Dan waktu itu kan snorkeling doang, ga ke tempat-tempat lain juga.

Sorenya setelah snorkeling dan istirahat tipis-tipis, gw makan di Restoran Pasir Putih sampai malam hari. Restoran ini adalah bagian dari Hotel Dynasty, Menjangan. Hotel bintang lima di kawasan ini. Gw ke sini diantar oleh Putu, anaknya Bli Yuda yang perempuan. Dan dengan baiknya, selama gw makan di sini sekitar 3 jam, Putu mau nungguin gw di pantai, biar gw bisa balik lagi ke Homestay naik motor sama dia. Huhu. Emang bener deh hospitality Bli Yuda dan keluarga ini mantappp.

Restoran ini berada di pantai pasir putih dan menghadap laut. Pemandangannya ciamik tapi harga makanannya lumayan mahal, hahaha. Yah secara ini bagian dari Hotel Dynasty jadi ya sudahlah ya. Uniknya, saat kami sedang makan, ada menjangan (sejenis rusa) lewat depan kami! Hahahhaha. Wowww!

Hari 3
Snorkeling di Pantai Pemuteran dan Mangrove Tour

Di pagi hari, gw ke Pantai Pemuteran yang berjarak sekitar 15 menit dari homestay. Gw ke sini diantar oleh Kadek. Di pantai ini, gw snorkeling sendiri tanpa guide, dan melihat biota laut yang juga cakep. Habis snorkeling, gw nyemil-nyemil di restoran deket situ.

Sorenya, gw ikutan Mangrove Tour yang juga diarrange oleh Yuda Homestay. Jadi kita akan berkeliling Taman Nasional Bali Barat dengan menggunakan perahu untuk melihat hutan mangrove dan burung-burung langka yang ada di sana. Kita juga melihat sunset dari perahu. Harga Mangrove Tour: Rp 500.000. Lagi-lagi gw harus menyewa perahu sendiri, karena tidak ada yang bisa diajak share.

Hari 4
Pemandian Air Panas Banyuwedang dan kembali ke Seminyak

Pagi ini gue ikut Bli Yuda ke Pemandian Air Panas Banyuwedang, yang katanya pemandian air panas terpanas di Bali. Harga tiket masuknya: Rp 10.000. Gila sih, service keluarga ini emang mantap. Kemana-mana dianter anaknya, bisa juga ikut bapaknya ke pemandian air panas hahahah. Di siang hari, gw kembali ke Bali Selatan dan gw pesen Hotel Grandmas Legian di Legian. Dalam perjalanan, sempat mampir ke Subak Bali Agro untuk melihat proses pembuatan kopi luwak.

Setelah dari Menjangan, gw menghabiskan sisa-sisa hari gw di Bali (Legian) dengan bekerja di hotel, dan mengunjungi beberapa destinasi lain, seperti Pantai Suluban, Pantai Thomas dan Pantai Jimbaran.

Nah, seperti biasa, detail dan visualisasi cerita gw barusan bisa diliat di vlog ini ya. Cuss!

Third Week in Bali: Amed

Halo semuanya! Setelah post gw di minggu kedua di Bali di sini, sekarang gw akan menceritakan minggu ketiga di Bali tepatnya di Amed! Ada yang tau ga Amed itu di mana? Amed terletak di sebelah timur Bali, terkenal dengan pasir pantainya yang berwarna hitam dan juga beberapa situs diving terkenal. Gw tau tempat ini dari seorang travel blogger. Karena gw punya sebulan di Bali, gw pikir kenapa ga abisin beberapa hari di Amed aja? Jadilah gw ke Amed dengan pengetahuan yang minim dengan menyewa mobil dari pelabuhan Sanur hingga ke penginapan di daerah Amed.

Sepanjang perjalanan dari pelabuhan Sanur ke Amed, gw mengunjungi beberapa destinasi wisata: Virgin Beach, Taman Tirta Gangga dan Pura Lempuyang. Setelah itu gw langsung menuju hotel gw di Amed: Solaluna Beach Homestay. Harga penginapannya adalah Rp 1.080.000 untuk 3 malam alias Rp 360.000 per malam. Tergolong mahal di antara penginapan lain yang gw gunakan selama di Bali. Tapi gapapa, itu udah termasuk murah dari yang gw temukan di Amed. Pemandangannya juga langsung depan pantai Amed dengan view Gunung Agung. Kereeeen!! Bahkan ada kasur kecil di teras buat leyeh-leyeh sambil menghadap ke pantai.

Gw stay di Amed selama 4 hari. Di Amed ini gw juga rencananya kerja, sambil eksplor Amed. Pas gw ke Amed gw ga booking tur apapun, jadi gw agak panik juga pas sampai sana ga prepare mau ngapain. Mana ternyata di sana kemana-mana juga musti naik motor dan gw ga bisa naik motor. Setelah googling, gw menemukan ada 3 pantai besar di Amed: Pantai Amed, Pantai Jemeluk dan Pantai Lipah. Untuk snorkeling di Amed ada beberapa spot: Pantai Jemeluk, Pantai Lipah dan Japanese Shipwreck (bekas kapal karam Jepang). Selain itu, 1 jam dari Amed, tepatnya di Tulamben, terdapat situs diving terkenal bernama USS Shipwreck (bekas kapal karam Amerika) yang dapat digunakan untuk diving maupun snorkeling. Sebenarnya, kalo mau menjelajah Amed, lebih cocok untuk yang mau diving, karena spotnya memang spot diving. Kalo snorkeling saja, bisa dibilang ga terlalu wah.

Ternyata 4 hari berada di Amed itu terlalu lama kalau ga bisa diving. Gw yang di sana sambil kerja aja masih menemukan banyak waktu luang, sampai mikir ini mau ngapain lagi ya hahhaa.
Berikut kira-kira kegiatan gw selama 4 hari:


Hari 1: Perjalanan menuju ke Amed (melewati Virgin Beach, Taman Tirta Gangga dan Pura Lempuyang)

Hari 2: Jalan kaki dari penginapan menuju ke viewpoint untuk melihat Teluk Jemeluk dari atas. Kita juga bisa ke restoran Blue Earth Village untuk melihat Teluk Jemeluk dari atas. Setelah ini, gw berencana ke Pantai Lipah, tetapi karena jaraknya yang jauh, gw ngide ke 1 restoran dekat situ yang memiliki servis pick up, namanya Gusto Cafe. Setelah snacking, gw diantar oleh bapaknya lihat Pantai Lipah, lalu kemudian diantar pulang naik motor. Keren banget sih servis pick up-nya, mana bapaknya baik mau antar lihat pantai dan pulang. Jaraknya ga jauh memang, tapi tetep aja, baik banget huhu.

Hari 3: Sambil jalan kaki di hari ke-2 gw menemukan tur yang menyewakan mobil/motor untuk menuju ke tempat-tempat snorkeling. Gw tentu saja memilih naik motor agak lebih murah. Pada pagi hari kita ke 3 spot snorkeling di Amed: Japanese Shipwreck, Pantai Lipah dan Pantai Jemeluk. Awalnya kita ke yang paling ujung dulu yaitu Japanese Shipwreck. Snorkeling di Amed ini sangat unik, karena kita tidak perlu menyewa kapal untuk bisa ke spot snorkeling. Spot-nya bisa ditempuh dengan berenang dari pinggir pantai. Pas di Japanese Shipwreck, karena gw masih takut berenang dari pinggir pantai ke dalam, gw menyewa snorkeling leader dengan harga Rp 150.000 untuk 40 menit. Dia yang akan mengarahkan kita ke spot snorkeling. Nah selanjutnya, pas di Pantai Lipah dan Pantai Jemeluk, gw mulai berani berenang sendiri ke spot snorkeling tanpa membutuhkan leader. Haha. Setelah puas snorkeling di Amed, gw kembali ke hotel untuk makan siang. Setelah itu, gw dijemput lagi oleh tur untuk menuju ke Tulamben. Si bapak drivernya kayanya menyerah kepanasan kalo ke Tulamben naik motor, dia berinisiatif membawa gw dengan mobil tanpa ada tambahan biaya. Haha. Perjalanan ke Tulamben sendiri memakan waktu sejam. Di sana gw juga menyewa Snorkeling Leader. Jujur, spot snorkeling USS Shipwreck ini bagus banget, tapi akan lebih bagus lagi kalo bisa diving, karena kita bisa mengeksplor bangkai kapal sampai ke dasar, di mana bangkai tersebut sudah ditutupi dengan coral warna-warni.

Hari 4: Hari ini gw cuma kerja, pijat dan waxing di salon, sama makan di restoran Mexico, La Cocina Mexicana, yang mendapat review bintang 5 di Google. Sisanya leyeh-leyeh, karena udah ga tau mau ngapain hahaha. Tadinya sempet kepikir mau ikut trial diving, cuma kayanya ga keburu.

Selesai sudah perjalanan gw di Amed! Btw kok blog gw yang ini panjang banget ya, hahahaha. Padahal kan harusnya diarahin di vlog. Tapi emang cerita kali ini kaya lebih seru buat ditulis. Nah, setelah dari Amed, gw kembali ke Seminyak dan menginap di The Grandmas Seminyak. Selama beberapa hari, gw lebih banyak diam dan bekerja di kamar. Paling ada beberapa destinasi yang gw sambangi seperti: Pantai Mengiat dan Water Blow di Nusa Dua serta Pantai Padang-Padang.

Nah, untuk melihat visualisasi dari yang gw ceritakan tadi, beserta penjelasan lebih detail, bisa langsung dilihat di sini:

Second Week in Bali: Nusa Penida

Setelah gw cerita minggu pertama gw di Bali di post ini, sekarang saatnya menceritakan minggu kedua gw di Bali. Di post ini formatnya masih sama, gw akan menceritakan garis besar itinerary di blog, lalu lengkapnya bisa dilihat di vlog! Hehe.

So, di minggu kedua di Bali gw berencana ke Nusa Penida selama 5 hari. Temen gw, Niken, yang bareng sama gw di minggu pertama udah pulang ke Austria, jadi gw bakal melanjutkan perjalanan gw dengan solo travelling. Yihaaa!

Nusa Penida ini adalah sebuah pulau kecil di selatan Bali dan untuk ke sananya harus menaiki kapal. Gw ke Nusa Penida hari Rabu, 30 Maret 2022. Sekitar jam 8 pagi, gw ke Pelabuhan Sanur untuk menaiki kapal ke Nusa Penida selama sejam. Harganya sendiri gw ga terlalu tau, karena gw beli paket sewa tour guide (dengan motor) lengkap dengan tiket kapal PP Sanur-Nusa Penida. Sesampainya di pelabuhan Nusa Penida, gw dijemput oleh 2 orang. Yang 1 adalah tour guide yang akan menemani gw selama di Nusa Penida: Bli Wayan dan 1 lagi adalah pihak penginapan yang menawarkan jasa penjemputan dengan mobil. Awalnya, gw udah janji ketemuan sama Bli Wayan di pelabuhan. Kita bakal naik motor buat naruh koper di penginapan. Tapi tiba-tiba pihak penginapan menawarkan penjemputan dengan mobil, ya gw iyain aja, secara lebih enak bawa koper naik mobil. Yaudah, akhirnya mereka berdua yang menjemput gw di pelabuhan hahahha.

Setelah itu, gw check in dan taruh koper di homestay. Homestay gw namanya adalah Pudak Nature. Harganya terjangkau dan reviewnya juga bagus di bookingcom. Harganya sendiri adalah Rp 392.490 untuk 4 malam alias ga sampai Rp 100.000 per malam. Tapi ini kayanya harga pandemi sih, kemungkinan sekarang udah naik. Harga segitu sudah termasuk breakfast dan penjemputan dari pelabuhan.

Selama di Nusa Penida, rencana gw adalah dari pagi sampai siang gw eksplor pulau Nusa Penida, lalu dari siang sampai malam kerja di penginapan atau café. Jadi kalo kalian mau ngikutin itinerary ini tapi cuma punya 3 hari, bisa juga ya. Karena gw 5 hari tapi cuma setengah hari per harinya.

Ini dia itinerary gw selama di Nusa Penida:

Hari 1: Nusa Penida Barat (Angel Billabong, Broken Beach, Kelingking Beach, Paluang Cliff, Crystal Bay)
Hari 2: Nusa Penida Timur (Atuh Beach, Diamond Beach, Pulau Seribu, Rumah Pohon, Bukit Teletubbies)
Hari 3: Snorkeling di Nusa Penida, Nongkrong di Penida Colada Beach Bar
Hari 4: Nusa Lembongan (Dream Beach, Devil Tears, Mahagiri Beach, Hutan Mangrove) dan Ceningan (Blue Lagoon, Le Pirate Beach Club)
Hari 5: Kembali ke Bali dengan naik kapal ke pelabuhan Sanur

Menurut gw, Nusa Penida ini bener-bener cantik banget. Gw bersyukur bisa ngabisin 5 hari di sana, karena kebanyakan orang PP dari Bali one day trip, jadi terburu-buru dan ga bener-bener bisa eksplor. Pokoknya kalo kalian ke Bali, gw sangat rekomen ke Nusa Penida, ya minimal 2-3 hari lah. Tapi kalo bener-bener ga ada waktu, one day trip PP dari Bali masih worth it lah.

Di Nusa Penida (Nuspen) ini gw juga kebantu sama guide yang suka foto. Bli Wayan ini bener-bener foto dan video-in gw terus bahkan tanpa diminta HAHA. Hasil fotonya cakep-cakep dan instagrammable. Kalo ada yang mau ke Nusa Penida dan mau kontak beliau, bisa langsung hubungi gw ya. Kalo kalian ramean, kalian bisa minta supirin mobil sama dia. Kalo solo travelling kaya gw, disetirin motor juga udah cukup. Kalo kalian nekat dan bisa naik motor, bisa juga sih keliling Nuspen sendiri naik motor, tapi gw pribadi sih serem ya, medannya banyak banget tanjakan dan turunan dan masih didominasi oleh hutan haha.

O iya, total harga yang gw bayar ke Bli Wayan untuk 4 hari tur termasuk PP Bali, makan siang, snorkeling trip dan PP Nusa Lembongan + Ceningan adalah Rp 1.600.000.

Nah, buat yang pengen tau video dan keseruan gw di Nuspen, beserta detail setiap itinerary, bisa dilihat di youtube ini ya!

First week in Bali

Halo semuanya!
Akhirnya ngeblog lagi hahahaha!
Tapi kali ini formatnya agak beda, karena gw lagi mau coba bikin youtube, detail informasi yang gw share di post bakal ngelink ke youtube. Haha. Semoga pada mau nonton ya, youtube-nya!

Sebelum itu, gw bakal update kehidupan gw selama 3 tahun terakhir.
Jadi, gw udah balik for good ke Indonesia sejak Desember 2019. Sejak saat itu, gw mulai kembangin bisnis kecil-kecilan. Bisnis travel ini dan juga ada kursus bahasa asing. Gw bisa kerja dari mana aja, ga terikat oleh tempat. Karena udah muak sama pandemi 2 tahun ga kemana-mana, di awal tahun 2022 gw memutuskan untuk liburan ke Bali bareng sama temen gw di Austria yang bernama Niken. Nah, rencananya Niken bakal di Bali selama seminggu. Karena gw bisa kerja dari mana aja, gw bakal di Bali selama sebulan. Tadinya sih gw masih gatau bakal berapa lama di Bali, tapi karena satu dan lain hal akhirnya merasa cukup sebulan di Bali hahahhaa. Itung-itung latihan jadi digital nomad.

Selama sebulan di Bali, gw mencoba membagi waktu untuk bekerja dan berlibur. Gw sampai di Bali tanggal 24 Maret 2022 malam hari dan menginap di Hotel Pullman Legian selama 6 malam. Pas gw sama Niken pesen hotel ini, harganya di Rp 584.000 per malam. Bener-bener banting harga dari harga Pullman yang biasanya di atas 1 juta. Yaudahlah langsung aja kita cus pesen, kapan lagi dapet Pullman dengan harga segitu. Actually ini pertama kali gw mesen hotel bintang 5 dengan duit gw sendiri, seumur idup gw hahahha (Niken juga gitu kayanya). Pandemi ini emang berdampak banget ya buat Bali, sampai-sampai Pullman banting harga. Kalo kalian cek sekarang, pastinya harganya udah kembali ke normal, karena pariwisata mulai bangkit lagi!

Di minggu pertama gw di Bali, gw mostly liburan di hari pertama sampai ketiga. Di hari keempat dan kelima, kebanyakan kerja aja di hotel. Di vlog ini gw bakal ceritain destinasi apa aja yang gw kunjungin di 3 hari pertama di Bali. Itinerary-nya juga cocok buat kalian yang mau ke Bali 3 hari atau seminggu, ga perlu sebulan juga kaya gw. Nah, sebelum kalian liat video lengkapnya di youtube, gw bakal rangkum destinasi apa aja yang gw kunjungi di 3 hari itu:

Hari pertama: Ubud (Sawah Tegallalang) dan Pantai Pandawa — di sini gw bareng Niken dan teman-temannya.
Hari kedua:
Sawah Jatiluwih dan Pura Ulun Danu Beratan — di sini bareng sama Ica.
Hari ketiga:
Kintamani (Restoran Paperhills), Danau Batur (Restoran Lakeview), Desa Panglipuran dan Pantai Greenbowl — di sini bareng sama Niken.

Untuk transportasi selama 3 hari ini gw kebanyakan naik mobil, karena bisa share cost seenggaknya berdua lah. Harga sewa mobil yang gw dapat, untuk sehari dengan driver sekitar Rp 550.000 (include bensin) dan untuk mobil lepas kunci Rp 250.000 (belum termasuk bensin).

Udah sih kayanya segitu aja intro dari gw, untuk lebih lengkapnya tonton di vlog di bawah ini ya! See you! 😀

Stockholm: A Best Friend’s Wedding

Biasanya sebelum gw ngepost gw liat dulu foto-foto di tempat yg bakal gw post, buat liat tanggal berapa gw perginya. Pas gw buka album foto-nya, gw liat video-video gw bareng Vidi, sahabat yg akan gw ceritakan di post ini. Dan asli gw kangen banget sama lu, Vid, sejak gw balik Indo, kt udah jarang telponan, padahal dulu pas masih satu zona waktu hampir tiap hari telpon, ketemu bisa setahun 3-4 kali, kalo ga di Bordeaux, Paris ya Stockholm. Oh good old days. Hahhaa. So this post is dedicated to you, Vidi Ratnafury, satu-satunya orang yg pernah meminta gw jadi bridesmaid-nya hahahaa. Dari dulu gw selalu pengen jadi bridesmaid, tapi temen-temen deket gw emang dikit yg udah nikah, kalo udah nikah, jg mereka ga pake bridesmaid2an, kalo pake jg paling bridesmaid-nya cuma 1 atau 2. So I never get a chance to being one. Until.. Vidi, sahabat yang nikah sama orang Swedia, meminta gw jadi bridesmaid-nya (not just bridesmaid, even maid of honor –ketua bridesmaid haha). Tentu saja gw mau! Perjalanan Paris-Stockholm pasti akan ditempuh demi kesayangan yang satu ini. Hahaha. Sebelumnya gw ga pernah kepikiran ke negara Skandinavia karena pasti mahal, tapi ternyata emang gw ditakdirkan ke sana untuk main ke tempat Vidi, di Stockholm, Swedia. So let’s get the story started…

Hari 1: 16 Juli 2019

Tiket termurah yang gw dapet (not even murah padahal) adalah naik maskapai Air France, langsung dari Paris ke Stockholm. Emang dasar ya, gw, padahal waktu itu duit gw lagi tipis bgt, cuma gw pikir, ah kapan lagi nikahan Vidi, ah kapan lagi ke Stockholm, duit bisa dicari. Akhirnya gw nekat aja hahaha.

Waktu itu gw naik Air France dari Charles de Gaulle, sungguhlah tumben, karena biasanya gw naik pesawat lowcost dari Orly atau Beauvais. Gw hepi sendiri gitu bakal naik Air France, terus terminalnya juga bagus. Di pesawat dikasi makan dong. Terus paket makanannya lucu gitu, dibungkus sama tentengan dari kertas. Sebagai sobat miskin, gw seneng baru kali ini dpt makanan di pesawat, karena baru kali ini ga naik lowcost airline ke negara Eropa lain wkwk.

Lunch Box dari Air France

Perjalanan ke Stockholm kira-kira 2 jam, dan gw dijemput sama Vidi di bandara Arlanda. Pas dia ketemu gw, dia langsung ngasi kertas gitu, tulisannya “Would you be my maid of honor?” beserta dengan crown dari batang plastik. Sumpah, so sweet banget huhuhu. Terharu jadinya. Tentu saja gw mau, kalo ga mau ngapain gw jauh2 ke sana hahaha.

Uwuuu so sweet banget dijemput dengan ini ❤

Gw pun langsung naruh tas di rumah Vidi, lalu kita berkeliling subway station di Stockholm. Jadi salah satu obyek wisata di Stockholm itu adalah stasiun subway-nya, karena banyak stasiun yang digambar warna-warni dan dijadikan karya seni. Cakep bgt! Cocok buat yang ga mau kedinginan di luar, bisa wisata keliling stasiun aja haha. Setelah itu kita berkeliling ke pusat kota Stockholm, dari kota tua (Gamla Stan), menyeberangi jembatan Skeppsholmsbrown yang terdapat replika crown kecil dan naik kapal ferry yang menjadi moda transportasi di Stockholm. Stockholm sendiri terdiri dari 14 pulau kecil yang dilalui oleh danau yang bermuara di Laut Baltik. Nah untuk menyeberangi satu pulau ke pulau lain, bisa menggunakan transportasi umum seperti metro, bis atau bahkan kapal ferry. Menarik bgt ya kota ini.

Kota tua Stockholm yang disebut Gamla Stan.

Jembatan Skeppsholmsbrown dengan replika crown kecil-nya.

Hari 2: 17 Juli 2019

Hari ini masih jalan-jalan seputar Stockholm, dengan highlightnya Gondolen di mana kita bisa melihat kota Stockholm dari atas. Selain itu, gw juga ke pusat kota Stockholm yang terlihat jauh lebih modern dibanding kota tua;  melewati Gedung Opera dan juga jalan-jalan di Royal Palace. Hari ini juga gw bertemu teman-teman Kamar Pelajar yang tinggal di Stockholm.

Tak lupa perjalanan mengelilingi stasiun subway yang super cantik juga terus dilanjutkan. Hari ini juga salah satu bridesmaid lain yang merupakan teman dekat Vidi datang ke Stockholm. Namanya Febry (Ebi). Aslinya dia tinggal di Swiss dan ke Stockholm untuk menjadi bridesmaid, kang foto dan juga saksi di KUA. Ebi ini anaknya asik, plus dia jago masak juga, jadi bisa bantu-bantu Vidi buat masak di nikahannya. Pernikahan kali ini benar-benar luar biasa sih, calon pengantennya yang ngurusin semuanya, dari masak, dekor hingga perintilan-perintilan kecil.

Central station dengan artwork birunya yang memukau.

Stasiun Rinkeby

Stasiun Tensta dengan burung-burungnya.

Hari 3: 18 Juli 2019

Hari ini selain membantu Vidi menyiapkan pernikahannya, gw dan Ebi juga diajak Vidi ke Langholmsbadet, pantai di tengah kota Stockholm di pulau kecil Langholmen. Di sini kita bersantai dan menikmati siang hari. Setelah itu Vidi meninggalkan gw dan Ebi untuk mengurus pernikahannya.

Jembatan menuju pulau Langholmen.

Bersantai di taman sekaligus pantai Langholmsbadet.

Setelah dari Langholmsbadet, gw dan Ebi kembali ke kota tua untuk berjalan-jalan dan foto-foto di berbagai spot. Di sini gw juga mencicipi ikan Herring di salah satu food stall yang bernama Nystekt Stromming. Gw makan di dekat situ, sambil menikmati bangunan Stockholm yang didominasi oleh warna orange.

Sorenya, kita ke City Hall, bertemu kembali dengan si Vidi. Kita duduk-duduk sebentar menikmati laut dan cantiknya kota Stockholm. Tiba-tiba terdengar suara orang-orang Indo dari kejauhan. Ternyata kita bertemu dengan turis Indo yang suaranya medok banget, pas ditengok, oh ini kayanya keluarga tajir dari Surabaya alias Crazy Rich Surabayan haha. Tadinya kita ga mau nyapa, tapi akhirnya ketauan juga kalo kita orang Indo hahaha. Ngobrol lah kita, plus gantian foto-fotoan, mayan kan, kapan lagi bisa foto bertiga dengan pemandangan bagus.

Setelah selesai dari city hall, kita menyusuri danau menuju ke taman besar bernama Ralambshovparken. Di sini kita sudah merencanakan Bachelorette Vidi. Kita duduk-duduk, pake alas piknik, ngebuka champagne dan juga ngobrol ngalor ngidul sampe kedinginan haha. Senang sekali rasanya malam itu, sambil setengah tipsy kita ngoceh-ngoceh, rasanya kaya udah lama sekali kenal mereka, kaya berasa deket banget. Malam itu kita berharap, akan ada next bachelorette (ceritanya buat gw) dan kita bakal kumpul lagi di Amsterdam buat ngerayain itu. Hahahhaa.

Makan Herring sambil menikmati Old Town.

Pemandangan Stockholm dari City Hall.

Difotoin sama keluarga Crazy Rich Surabayans 😀

Bachelorette sambil mimik2 cantik di taman.

Hari 4: 19 Juli 2019

Today is the day! Hari ini akad nikah Vidi dan Jon di Masjid Raya Stockholm. Jujur, ini adalah kali pertama gw dateng ke ijab kabul yang di KUA dan pertama kalinya ini malah di Stockholm. Perjalanan hari ini agak rempong, kita bakal ke masjid dengan naik subway. Si Vidi juga dress up dengan kebaya dan kain dan sukses menarik perhatian orang-orang di sepanjang perjalanan ke mesjid. Hahahah.

Sehabis akad nikah di Masjid Raya Stockholm.

Setelah akad nikah, kita beli makanan di Max Burgers deket masjid untuk dibawa ke Monteliusvagen untuk makan siang. Max Burgers ini adalah chain fastfood yang terkenal di Swedia. Kalo pas ke sini bisa banget nyobain Max Burgers yang ada di mana-mana.

Habis itu kita duduk-duduk di taman di Monteliusvagen dan photoshoot di sana. Vidi dan Jon foto-foto untuk wedding dan gw ngikut aja foto ala-ala mumpung ada si fotografer Ebi. Hahahha. Monteliusvagen ini recommended banget untuk dikunjungi di Stockholm. Ini adalah bukit kecil tempat melihat pemandangan kota Stockholm.

Setelah itu kita ke Monteliusvagen untuk photoshoot. Vidi sama Jon foto untuk pernikahannya, sementara gw foto ala ala aja mumpung ada Ebi si fotografer.

Setelah puas foto-foto, kita pun pulang untuk melanjutkan masak2 dan persiapan lainnya untuk hari H besok.

Hari 5: 20 Juli 2019

Tiba sudah hari yang ditunggu-tunggu. Resepsi acara Vidi dan Jon dengan tema Garden Party. Jam 5 pagi gw sama Vidi sudah bangun untuk melanjutkan masak dan manasin makanan. Kemudian kita make up sendiri, dan pesen uber untuk ke tempat acara. Tempatnya ini bisa dibilang agak di luar pusat kota Stockholm, namanya adalah Torparängens Badplats. Sebuah hutan yang sangat luas yang mengelilingi Danau Norrviken. Kita sampai sana agak pagian untuk ngetekin tempat di spot deket danau. Konsep weddingnya sendiri bisa dibilang seperti piknik. Kita duduk di bawah dengan beralaskan kain piknik dan ada meja-meja kecil. Setiap karpet berisi 2 orang. Undangan yang hadir kira-kira ada 15 orang yaitu keluarga Jon dan teman-teman Vidi. Sebelum acara, gw mempersiapkan dekorasi dan peletakan makanan bersama bridesmaid lain, total ada 4 orang. Gw, Ebi, Cynthia dan juga Laura. Cynthia dan Laura adalah teman-teman dekat Vidi yang dulu pernah menjadi kolega di kedutaan besar Swedia di Jakarta.

Para tamu undangan pun mulai berdatangan, mereka adalah keluarga Jon dan teman-teman Vidi yang merupakan kolega di kedubes Swedia. Acara dimulai dengan prosesi pembukaan. Mempelai pria dan tamu undangan sudah menunggu di dekat danau. Kemudian para bridemaids dan mempelai wanita memasuki tempat acara. Mempelai pria pun menyampaikan sedikit pidato pembukaan, kemudian kami semua menuju ke tengah taman untuk menyantap makanan yang telah dihidangkan dan juga beramahtamah.

Denah tempat duduk sudah disiapkan oleh Vidi, 1 karpet piknik berisi 1 meja dan 2 orang. Gw dipasangkan dengan koleganya waktu di kedubes dulu. Cowo Swedia yang bahkan gw lupa namanya siapa hahahha. Kita ngobrol cukup banyak, kemudian ngobrol-ngobrol juga dengan teman-teman Vidi yang lain. Rombongan keluarga Jon lebih memilih untuk makan dan ngobrol sambil berdiri dibanding duduk di karpet. Mungkin dikarenakan juga cuaca hari itu yang cukup terik, jadi kurang nyaman untuk duduk langsung di bawah sinar matahari.

Di tengah-tengah acara, Vidi juga menyiapkan games agar tamu yang hadir bisa lebih akrab. Gamesnya berupa tebak-tebakan mengenai tamu yang hadir. Kita diberi pertanyaan, untuk kemudian harus dicari jawabannya, dengan menanyakan pada satu persatu tamu undangan. Selain itu juga ada kuis mengenai Indonesia dan Swedia. Vidi juga tak lupa menyiapkan suvenir yang sudah dipersonalisasi untuk setiap tamu yang hadir. Sungguh sangat detail persiapan pernikahannya, cukup impressive mengingat yang mengatur semuanya adalah Vidi sendiri.

Para bridesmaid memasuki tempat pernikahan 😀

Setelah sedikit pidato di pinggir danau dari mempelai pria, seluruh tamu undangan menuju ke tempat acara.

Hidangan yang dibuat sendiri oleh Vidi, dengan bantuan gw dan Ebi. Ada Taco dengan pilihan topping daging cincang, rendang dan vegetarian. Juga ada pasta dengan pilihan tuna pedas dan vegetarian bolognaise.

Kue pengantin dan cupcake buatan Cynthia.

Pemotongan kue pengantin.

The bride and maid of honor.

The lovebirds and all bridesmaids (ki-ka: Ebi, Laura, Vidi, Jon, gw, Cynthia).

The garden party

Beberapa jam sudah berlalu dan sampailah kita di penghujung acara. Karena tadi perginya sudah naik uber, sekarang pulangnya naik public transport lagi. Hahaha. Barang-barang dititipkan pada keluarga Vidi yang naik mobil. Sesampainya di rumah kami pun tepar. Dan beristirahat sepanjang sisa hari. Benar-benar acara pernikahan yang tak akan terlupakan seumur hidup. Di Swedia, pernikahan sahabat, dengan semuanya diatur sendiri oleh pengantin. Intim tapi sangat berkesan.

Hari 6: 21 Juli 2019

Hari ini adalah hari terakhir gw di Stockholm. Cukup sedih musti berpisah dengan Vidi. Entah kapan kt akan bertemu lagi. Hari ini dihabiskan dengan pergi ke Ikea, mencoba meatballs di tempat asalnya. Harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan yang di Prancis. Untuk rasa, tidak beda jauh dengan Ikea lainnya.

Makan meatball di IKEA pusat di Swedia hahaha. Kayanya ini satu2nya makanan yang lebih murah dibanding di Prancis.

Sisa hari itu masih kita habiskan dengan jalan-jalan, hingga saatnya harus berpisah. Gw akan naik bis malam menuju ke kota selanjutnya: Oslo, Norwegia. Karena sudah sampai di Stockholm, tentunya gw mengambil kesempatan ini untuk jalan-jalan ke negara Skandinavia yang lain 😀

Camino de Santiago: Camino Ingles (2)

Ini adalah post bagian kedua gw tentang Camino de Santiago, untuk bagian pertama, bisa dilihat di sini.


Setelah melewati hari ke-4 yang penuh perjuangan dan berakhir dengan tidur di matras di aula sekolah tanpa pemanas dengan suhu di luar sekitar 11 derajat celsius, sampai juga gw di hari ke-5!

Hari ke-5: Kamis, 18 April 2019. Betanzos-Presedo. 12 km, 5 jam.

Karena malam itu gw tidur ga nyenyak, maka gw memutuskan berangkat pagi-pagi aja, daripada kelamaan kedinginan di aula sekolah dan biar nyampe destinasi selanjutnya juga lebih cepat. Kira-kira jam 7 pagi gw sudah berangkat. Saat itu, langit masih gelap, gw orang pertama yang keluar dari aula sekolah. Meskipun gw yang paling pagi, tapi gw yakin di jalan pasti banyak yang bakal nyusul gw, karena gw jalannya pincang, habis operasi mata ikan.

Hari itu jalanan sepi, tanjakan dan turunan cukup ada walaupun tidak separah kemarin-kemarin. Di separuh perjalanan, gw bertemu dengan ibu-ibu Prancis yang ketemu di penginapan kemarin, dan dia sudah menyusul gw. Dia jg mengenalkan gw pada temannya yang lain, yang jalannya lebih lama daripada dia, untuk berjalan bersama gw.

Kira-kira jam 12 siang gw sudah sampai tempat tujuan. Presedo.

Presedo ini kotanya sangat kecil, hanya ada 1 albergue dengan kapasitas 16 orang. Ada 1 restoran dan 1 gereja. Gerejanya sendiri juga jarang digunakan, misa hanya diadakan sebulan sekali. Tidak ada supermarket di kota ini.

Pukul 12.00 gw sudah mengantri di depan albergue, bersama para peziarah yang lain. Setelah lama menunggu, kita baru sadar ternyata masuk ke dalamnya itu sistem self-service, jadi ada instruksi dan kita harus memasukan kode-kode untuk membuka brangkas kecil berisi kunci pintu. Kita pun masuk. Fiuhhh~ Untuk pertama kalinya gw berhasil mendapatkan tempat di albergue. Untuk pertama kalinya juga gw sampai di kota tujuan sepagi ini. Masih banyak yang bisa dilakukan di sisa hari. Gw pun berjalan2 di kota Presedo yang kecil, melihat2 bagian luar gereja (ga bisa masuk karena dikunci), kemudian makan siang di satu-satunya restoran di situ: Meson-Museo Xente No Camino.

Presedo ini memang jarang menjadi tempat persinggahan para peziarah. Biasanya mereka dari Betanzos langsung ke kota setelah Presedo, yaitu Hospital de Burma. Jarak dari Betanzos ke Hospital de Bruma adalah 25 km dan perjalanan cukup mendaki setelah melewati Presedo. Untuk itu, gw memutuskan untuk tahu diri dan menginap di Presedo saja sambil santai-santai.

Menunggu albergue-nya buka.

Akhirnya dapet Albergue juga! Albergue ini adalah dorm, yang dikelola oleh pemerintah setempat (publik). Kapasitasnya 16 orang. Harga di kisaran 6-7 Euro tapi fasilitasnya terbatas dan tidak ada pemanas ruangan.

Dapur dan tempat makan di Albergue Presedo

Interior restoran Meson-Museo Xente No Camino

Sisa hari gw di hari itu dihabiskan dengan santai-santai di beranda, main sama kucing, leyeh-leyeh di kasur, main hape, ngobrol sama peziarah lain. Oh indahnya hari itu, masih bisa melakukan banyak aktivitas setelah sampai di kota tujuan.

Hari ke-6: Jum’at, 19 April 2019. Presedo-Hospital de Bruma. 13 km, 5.5 jam.

Hari ini sudah hari Jum’at Agung, harusnya gw sudah berada di Santiago de Compostela, mengikuti misa Jum’at Agung. Namun takdir berkata lain, hari ini gw masih di perjalanan. Masih 2 hari lagi menuju Santiago. Yasudahlah, disyukuri saja, perjalanan ini memang mengajari gw banyak hal, layaknya perjalanan kehidupan.

Hari ini gw berangkat jam 9 pagi, karena kita diharuskan check out jam segitu, karena Albergue-nya mau dibersihkan. Tujuan hari ini adalah menuju Hospital de Bruma. Penginapan di Hospital de Bruma sangat sedikit, cuma ada 1 albergue dan 2 penginapan publik. Karena sudah parno duluan ga dapet Albergue, akhirnya gw memesan sebuah kamar di hotel bernama Hotel Canaima. Daripada gw luntang lantung di jalan ye kan, dan di daerah situ emang kotanya sepi banget, beda sama Betanzos yang seenggaknya ada aula sekolah.

Jalanan menuju Hospital de Bruma cukup menanjak, kebanyakan kita disuguhi pemandangan alam yang indah, bahkan ada hamparan bunga matahari. Sekitar pukul 3 sore gw sampai di Albergue Hospital de Bruma, dan guest what? masih available beberapa tempat buat ditiduri. Darn. Gw pun galau. Antara mau tidur di situ, atau di hotel yang gw pesen. Kalo gw cancel hotel, bakal kepotong uang DP 50%. Masih cuan sedikit sih kalo gw memilih di albergue, tapi… setelah gw pikir2 lagi, Hotel Canaima ini letaknya lebih strategis daripada Albergue. Letaknya di jalan raya. Dan gw pengen naik bis ke Santiago buat misa Jum’at Agung di sana dan juga mengikuti prosesi Semana Santa.

Oke, jadilah gw tetep tidur di hotel yang gw pesen, Hotel Canaima. Gw dadah2 sama orang2 di albergue (yang mostly adalah yang nginep di Albergue Presedo bareng gw) lalu makan di restoran sebelahnya. Dari situ, gw minta dijemput sama orang Hotel Canaima, karena hotel itu menyediakan servis antar jemput dari lokasi terdekat. Sampai di Canaima, gw beres2, lalu gw memutuskan untuk naik bis ke Santiago de Compostela.

Dan selesailah perjalanan Camino gw kali ini.

 

Hahahha. Tapi boong! Wkwk.

Gw pergi ke Santiago cuma buat ikut misa sama liat prosesi Semana Santa aja, habis itu gw bakal balik lagi ke Bruma untuk melanjutkan jalan kaki keesokan harinya. Lucu ya, seminggu itu sebenernya gw udah ke Santiago 2 kali (pas berangkat mau ke Ferrol dan sekarang) tapi gw belum benar2 menyelesaikan camino gw di Cathedrale Santiago de Compostela.

Gw pun naik bis ke Santiago, perjalanan dari Bruma ke Santiago sekitar setengah jam. Perjalanan yang bisa gw tempuh dengan 2 hari berjalan kaki, cuma ditempuh oleh bis selama setengah jam! Haha. Di Santiago, gw diturunkan di stasiun. Dan dari situ ke kota masih agak jauh, musti naik bis dalam kota lagi. Sialnya.. bis di Spanyol itu ga tepat waktu. Bis yang dijadwalkan baru muncul setengah jam setelahnya –” Jadilah gw terlambat ikut misa (oiya misanya ini bukan di katedral ya, tapi di gereja kecil, jadi technically gw belum bener2 liat wujudnya Cathedral Santiago de Compostela), dan gw pun ikut misa dikit lalu melihat prosesi Semana Santa Jum’at Agung di jalan. Gw juga sempat bertemu Laura yang sudah sampai di Santiago hari itu. Dan gw.. menitipkan sebagian barang gw di dia. Hahaha! Biar ransel gw ga berat2 amat di sisa perjalanan. Haha.

Prosesi Semana Santa di Santiago de Compostela.

Prosesi Semana Santa saat Jum’at Agung itu dilaksanakan 4 kali dalam sehari di Santiago. Tapi lucunya, misanya cuma sekali. Itu juga ga semua orang tau ada misa. Sampai ditanya ke hotel atau tourist office juga, orangnya ga tau. Memang ya, Semana Santa ini udah menjadi bagian dari kultur orang Spanyol, tapi kalo dilihat dari sisi religiusnya ga ada. Jatuhnya kaya cuma perayaan aja, kaya Natal atau Paskah di negara-negara Barat.

Selesai mengikuti Semana Santa, gw pun kembali ke Bruma naik bis. Agak deg-degan juga sih, soalnya bisnya termasuk 2 bis terakhir, terus jalannya gelap dan ga gitu keliatan haltenya di mana. Niat ya, hari ini gw ke Santiago buat misa dan prosesi, habis itu balik lagi ke titik terakhir jalan kaki hahaha.

Hari ke-7: Sabtu, 20 April 2019. Hospital de Bruma-Sigueiro. 25 km, 11 jam.

Hari ini akan menjadi hari yang sangat panjang karena akan berjalan sejauh 25 km ke Sigueiro, kota terakhir sebelum Santiago de Compostela. Beban di punggung sudah sedikit berkurang, karena beberapa barang dititip di Laura pas ke Santiago kemarin. Perjalanan hari ini cukup berat, walaupun medan pendakiannya ga securam kemarin. Gw berangkat pukul 9 pagi. Gw sempet berhenti di 1 kota untuk mampir makan. Di sana juga banyak peziarah dan penduduk kota lain. Jalan gw yang pincang mencuri perhatian mereka, mereka nanyain, “Kenapa kakinya?” “Kamu gapapa jalan dengan kaki kaya gitu?”. Banyak jg yang ngomong pake bahasa Spanyol, tapi gw bingung jawabnya gimana hahahha.

Sudah sekitar 9 jam gw berjalan hari ini. Namun masih ada 5.5 km lagi untuk ditempuh. Gw bisa. Gw kuat. Untung hari ini cuaca mendukung, cuacanya agak panas.

Beristirahat sejenak di pendopo. Di sini ada keran air juga dan bisa minum dari situ.

Sekitar jam 8 malam akhirnya gw sampai juga di Sigueiro. Setelah 11 jam berjalan kaki, 25 km ditempuh! Akhirnya gw sampai juga di Sigueiro! OMG!!!! Bener2 ga nyangka bisa nyampe, karena ini perjalanan terpanjang gw selama Camino. Gwpun langsung ke hostel yang sudah gw pesen sebelumnya. Hostel ini private, bukan di albergue publik. Tapi bentuknya tetep dorm, dan sekamar berlima. Sampai di sana, gw ketemu sama ibu2 Jerman. Ibu2 ini pernah nginep bareng sama gw di Albergue Presedo kemarin. Ternyata dia menginap di situ juga bareng 5 anggota keluarganya. Dan pas gw sampe, gw dipeluk dong T_______T OMG! That was the warmest hug I got in the journey, the hug that I need, after 11 frikin hours of walking. (Yaampun, skrg nginget2 cerita itu aja sambil mewek). Makasih ya Tante, you really made me feel warm. Thank you. A hug from stranger, that I need most T___T

Habis beres2, gw pun makan malam, karena di bawah hotel langsung ada restoran. Lalu gw mencari gereja untuk misa Malam Paskah. Sayang di Sigueiro tidak ada prosesi Semana Santa.

Gereja kecil di Sigueiro. Suasana di luar sebelum misa Malam Paskah.

Interior gereja. Setelah selesai, para umat diajak untuk halal bihalal bersama sang pastur. Gw juga diajak, tapi udah ga kuat, mau tidur aja.

Hari ke-8: Minggu, 21 April 2019. Sigueiro-Santiago de Compostela. 16 km, 5.5 jam.

Hari ini adalah hari terakhir perjalanan camino gw. 16 km terakhir, dan sampailah gw di Cathedral Santiago de Compostela!

Ternyata walaupun hari terakhir, tanjakannya tetap gila-gilaan. Tapi harus tetap semangat. One last day!

Sekitar jam 3 sore, akhirnya gw masuk ke gerbang kota Santiago. Ini dia yang gw tunggu-tunggu. Cathedral Santiago! And yes! I saw it from afar! Lebih dekat lagi, akhirnya sampai juga di…. Cathedral SANTIAGO DE COMPOSTELA! OMG! Gw liat katedral itu langsung nangis, mewek. Gw nangis ga berhenti2 selama 15 menit. Gw ga nyangka bisa sampai situ. Gw ga nyangka gw masih bertahan setelah 8 hari jalan kaki. Gw ga nyangka gw kuat. Perasaan terharu gw luar biasa. Gw cuma duduk mandangin itu katedral sambil nangis ga berhenti-henti. Katedral ini… akan menjadi katedral favoritku. Bukan karena arsitekturnya, tapi karena perasaan gw saat melihat bangunan ini. The emotion! OMG. FINALLY I AM HERE.

Finally! Setelah 113 km dan 8 hari jalan kaki non-stop! Akhirnya katedral ini berada di depan mata gw sendiri. Omgggggg! Ga berhenti2 nangisnya pas sampe sini.

Hari ke-8 pun ditutup dengan manis. 5.5 jam terakhir. 16 km terakhir. Finally I am here!

Di pilgrim office mengantri untuk mendapatkan Sertifikat Compostela. Lagi rame banget dan high season karena pas Paskah. Pada hari itu tercatat sebanyak 1.828 peziarah yang sampai di Santiago de Compostela dari berbagai rute camino.

Ini dia, Certificate of Distance yang didapat setelah menyelesaikan Camino. Di sertifikat ini ditulis berapa km yang telah kita selesaikan untuk sampai ke Santiago dan start point awal, serta tanggal dan rute camino yang ditempuh. Di gw tulisannya 113 km, dari Ferrol, sejak tanggal 14 April 2019 dengan rute Camino Ingles. O ya, sertifikat ini ditulis dengan Bahasa Spanyol.

Nah, kalo ini namanya Certificate Compostela, yang menyatakan kalau peziarah sudah melakukan perjalanan ziarah ke Santiago de Compostela. Kalau yang ini dalam Bahasa Latin.

Setelah puas nangis dan foto-foto di depan katedral, gw pun bertemu dengan Laura dan kita ke pilgrim office buat ngambil Certificate Compostela dan Certificate of Distance. Setelah itu gw pun menaruh barang-barang di penginapan.

Ini adalah penginapan kita di Santiago Compostela, namanya Hospederia Seminario Mayor. Tadinya bangunan ini adalah biara, dengan arsitekturnya yang masih klasik dan berasa di kastil. Seneng rasanya bisa nginep di sini. Kita juga mendapatkan harga khusus untuk peziarah.

Habis menaruh barang-barang, kita mencari makan di pusat kota dan kita memutuskan untuk makan makanan Spanyol. Pesta! Hahahhaa. Kita makan paella, Pulpo a la Gallega dan minum sangria untuk merayakan keberhasilan kita menjalani Camino de Santiago. Yeayyyyyy!

Paella untuk merayakan keberhasilan camino!

Ini namanya Pulpo a la Gallega. Octopus yang dibumbuin khas daerah Galicia (region-nya Santiago). Sejak saat itu, si pulpo ini adalah makanan yang paling gw cari kalo ke Spanyol 😀

Puas makan, kita masuk ke dalam cathedral Santiago de Compostela. Gw masuk dan mencari makam Santo Yakobus. Di situlah tujuan terakhir kita, sowan ke makam Santo Yakobus. Mungkin bagi sebagian peziarah hal ini kurang penting dan sering dilewatkan. Tapi untukku ini sangat penting. Kita bisa berdoa di sana dan berdoanya jg harus mengantri, karena banyak yang ingin melihat makam.

Setelah selesai, kita berjalan-jalan di kota Santiago, mencari suvenir dan juga mengirim kartu pos pada teman-teman. Malam itu adalah malam terakhir kita di Santiago, besok gw akan melanjutkan perjalanan ke Porto, sedangkan Laura akan kembali ke Jerman. Ternyata, memang semuanya sudah diatur. Gw berhasil sampai di Santiago, di hari terakhir, tepat pada waktunya. Karena Senin sudah membeli tiket ke Porto. Walaupun meleset dari rencana awal, di mana sampai di Santiago pada hari Jum’at, tapi gapapa. Tetap harus disyukuri. Seperti perjalanan hidup yang kadang tak sesuai rencana, tapi selalu indah pada waktuNya. (cie lagi bijak)

Camino de Santiago: Camino Ingles (1)

Hai semuanya! Omg udah lama bangettt gw ga ngeblog! Hahhahaa. Susah ya, buat konsisten nulis blog hehe. Kemarin gw lagi coba2 bikin channel youtube btw! Bisa mampir juga di Cuni Candrika Youtube Channel.

Nah, mungkin cerita yang ini sudah kalian tunggu-tunggu. Perjalanan paling berkesan seumur hidup gw! Camino de Santiago! Yeaaaaay! Buat yang belum tau, jadi Camino de Santiago adalah rute ziarah umat Katolik di Spanyol, di rute ini kita berjalan kaki menuju makam Santo Yakobus (Santiago bahasa Spanyolnya) di kota Santiago de Compostela di Barat Laut Spanyol. Banyak banget rute Camino de Santiago, beberapa di antaranya ada Camino Frances (jalan kaki sepanjang 800 km dari kota St Jean-Pied-de-Port di Prancis), Camino Portuguese (jalan kaki sepanjang 227 km dari kota Porto di Portugal atau 380 km dari kota Lisbon), Camino Ingles (sepanjang 121 km dari kota Ferrol di Spanyol) dan masih banyak lagi jenis-jenis camino yang lain. Bisa juga rutenya dimodifikasi, kaya misalnya jalan kakinya dari Paris atau Berlin lalu menyambung ke rute Camino Frances. Denger-denger sih rute paling panjang itu dari Trondheim, Nowergia, yang memakan waktu 4 bulan. Waw! Sedikit sejarah, rute camino ini sudah ada sejak abad ke-8, banyak peziarah yang berjalan kaki menuju makam Santo Yakobus, namun mulai populer lagi di abad ke-16. Saat ini, rute camino ini banyak digemari oleh para traveler, dan banyak yang memang tujuannya bukan untuk ziarah, tapi untuk bersenang-senang, rekreasi dan menantang diri, termasuk gw! Hahaha.

Nah, camino ini memliki rules tersendiri, untuk mendapatkan sertifikat yang disebut Compostela, kita harus berjalan kaki minimal 100 km ke Santiago de Compostela. Jadi misalnya kita mau ambil rute Camino Frances tapi cuma 100 km terakhir (biasanya start di Sarria) itu boleh, atau mau ambil rute Camino Portuguese tapi cuma 100 km itu juga bisa. Biar ketawan kalo kita ga boong, kita dibekali yang namanya Paspor Compostela yang harus di-cap minimal 2 kali dalam sehari di perjalanan. Jadi di rute camino ini, hampir semua restoran, bar, gereja dan penginapan punya cap-nya masing-masing. Misalnya kita lewat bar A, nah kita bisa minta cap di situ (lebih bagus lagi emang kalo beli makanan, tapi kalo numpang minta cap doang juga boleh haha). Terus malamnya kita menginap di penginapan B, kita bisa minta cap lagi. Begitu terus setiap hari sampai tiba di Santiago de Compostela.

Ini yang namanya Paspor Compostela, nanti bakal diisi cap-cap kita sepanjang jalan untuk membuktikan kalo kita beneran jalan kaki sebanyak minimal 100 km. Bisa dibeli di Pilgrim Office titik-titik tertentu Rute Camino. Mau di-print di rumah juga bisa.

Gw tau ada yang namanya Camino de Santiago ini awalnya dari blog-nya Pergi Dulu. Kok kayanya seru ya, bisa jalan kaki sejauh itu, si pemilik blog, Mbak Susan sendiri udah pernah jalan 2 kali dan salah satunya adalah rute Camino Frances, 800 km jalan kaki sebulan! Wew! Terus ada temen juga yang emang pengen ke sana, cuma ya banyakan hanya wacana belaka. Di suatu siang di penghujung tahun 2018 gw mendapat whatsapp dari Laura “Cun, gw mau camino nih pas paskah taun depan, mau ikut ga?”. Jadi Laura ini salah satu teman SMA yang sekarang udah kerja di Jerman. Dia juga suka solo traveling keliling Eropa. Ya tentu saja jawaban dari whatsapp itu adalah “Mau dong!” Hahaha. Gw ga pernah mikir terlalu panjang kalo diajak jalan-jalan, apalagi ini Camino! Kapan lagi, gila.. Gw pribadi kalo disuruh Camino sendirian gitu, males banget, ini mumpung ada temennya ye kan. Jadilah kita merencanakan pergi bulan April 2019, kita ketemu dulu di Bilbao terus ke Santiago de Compostela, karena Laura mau nitip koper di sana, baru kita naik bis ke kota Ferrol, kota di mana kita memulai Camino. Yes, gw dan Laura akan berjalan di rute Camino Ingles sepanjang 113 km dengan target 6 hari perjalanan. Kami akan start di kota Ferrol pada hari minggu di Minggu Palma dan berakhir di Santiago de Compostela pas Jum’at Agung! O ya, gw dapet sedikit musibah sebelum Camino, jadi jempol gw habis operasi mata ikan. Jadi lah gw bakal jalan terpincang-pincang selama Camino. Jalan dengan kaki normal aja udah berat ye kan, gimana ini pincang hahaha. Cuma ya gw pikir jalanin aja dulu, kalo ga bisa ya tinggal stop. Hahhaa.

Rute Camino Ingles sejauh 113 km dari Ferrol ke Santiago de Compostela

 

Hari 1: Minggu, 14 April 2019. Ferrol-Neda. 15 km, 5.5 jam.

Perjalanan kita awali di kota Ferrol, ujung dari Camino Ingles. Kota ini terletak di sebelah utara Santiago de Compostela. Nah, hari ini adalah hari Minggu Palma, awal dari pekan suci bagi umat Katolik. Nah, kalo lagi pekan suci, di Spanyol itu ada parade yang bernama Semana Santa. Jadi ada prosesi di sepanjang jalan selama 1 jam. Prosesi ini adalah arak-arakan patung Yesus dan yang membawa memakai topeng kain yang bentuknya agak seram (banyak yang bilang mirip Ku Klux Klan, tapi sebenarnya ga ada hubungannya sama sekali sama itu), lalu diikuti dengan pemain-pemain musik di belakangnya. Pokoknya kalo lagi di Spanyol pas Semana Santa, jangan pernah ngelewatin prosesi ini. It was soooo coool!

Kita mulai perjalanan dari titik 0 Camino Ingles, di dekat pelabuhan Ferrol. Malam sebelumnya, gw menginap di penginapan bernama Hospedaje Ferrol, penginapan kecil seharga 20 Euro. Gw misah penginapan sama Laura, karena Laura sultan, dia menginap di Parador de Ferrol, hotel bintang 3 yang cantiiik banget, interiornya dibuat kaya kastil Spanyol jaman dulu. Pokoknya kalo ada uang lebih rekomen banget nginep di Parador. Jangan kaya gw, cuma numpang liat-liat doang! Hahahha.

Parador de Ferrol, hotelnya si sultan Laura.

Prosesi Minggu Palma saat Semana Santa di kota Ferrol. Yang ngebawa orang2 bertopeng kain di bawah itu.

Titik 0 Camino Ingles. Muka masih ceria sebelum memulai pertempuran. O ya, itu kostum baru beli semua di Decathlon Paris gara-gara ga pernah trekking hahha.

Pemandangan di KM ke-4. Lautnya cantikkkk banget. Kalo milih rute Camino Ingles ini awal-awalnya bisa ketemu laut kaya gini.

Foto dulu di KM ke 6. Ini barang bawaan selama Camino. Jadi jalan 100 km itu bawa backpack ya, gaes. Terus kita juga beli kerang kecil sebagai penanda bahwa kita adalah peziarah Camino. Kalo ketemu orang lain yang pake kerang itu juga di tasnya, berarti kita sama-sama lagi camino.

Perjalanan camino hari pertama ini benar-benar luar biasa, gw terus berjalan walaupun sangat lambat karena pincang. Gw bener-bener kasian sama Laura karena dia jalannya sebenernya cepet, tapi dia harus nungguin gw karena gw pincang. Di jalan juga ketemu orang-orang yang kasian liat gw pincang, mereka nawarin gw berbagai obat buat ngeredain sakit gw. Emang bener orang baik itu ada dimana-mana.

Setelah berjalan kaki 5.5 jam lamanya, akhirnya sampai juga kita di kota Neda. Kita sudah melewati 15 km dari Camino!

Pas akhirnya sampai di Neda, gw happy banget. Tapi waktu itu udah sore jadi kita ga dapat Albergue Municipal. Jadi, jenis penginapan di rute camino itu macam-macam. Kalo mau yang paling murah, kita bisa tinggal di Albergue Municipal, semacam hostel yang dikelola pemerintah Spanyol khusus untuk camino. Isinya sekamar sekitar 8-12 orang hanya dengan harga 7-8 Euro semalam. Tapi cara ngedapetinnya, musti cepet-cepetan. Jadi siapa yang nyampe duluan bakal dapet tempat dan ga bisa ngetag-in temennya. Kapasitas alburgue sendiri bermacam-macam tergantung lokasi. Nah, karena paling murah, udah pasti ini menjadi pilihan utama pejalan, cuma ya itu musti cepet-cepetan. Sepanjang rute camino, gw dan Laura punya target untuk menginap di Albergue, jadi kami ga booking penginapan, cuma pasrah sama takdir dan kekuatan kaki. Cuma karena sampai di Neda sudah sore, kita ga dapet Albergue, akhirnya Laura mencari penginapan lain dan untung nemu yang available! Namanya Hostal Maragoto, kalo ga salah harganya 30 Euro per kamar untuk 2 orang. Huff.. Puji Tuhan hari ini masih dikasih tempat menginap.

Hari ke-2: Senin, 15 April 2019. Neda-Pontedeume. 16 km, 7 jam.

Pagi ini badan gw rasanya remuk banget, ditambah kaki pincang yang ga terlihat membaik. Laura bilang ke gw dia mau berangkat pagi-pagi jam 9, sementara gw ga kuat, gw mau berangkat sebangunnya dan semampunya aja. Jadi hari itu kita memutuskan untuk berpisah, dengan harapan bisa ketemu lagi di penginapan, malam itu, yang bahkan kita juga belum tau bakal menginap di mana di Pontedeume haha. Gw sendiri baru berangkat jam 12 siang, setelah menulis vote di FB sebaiknya gw berangkat apa ga hahahaha (sebenernya ga guna juga sih votenya, secara gw bakal tetep jalan no matter what). Hari ini perjalanannya lebih berat dari kemarin, jalanannya banyak yang nanjak, naik turun bukit.

Sepanjang jalan camino ada batu ini, untuk menunjukan berapa km lagi kita bakal sampai di Santiago de Compostela. Angka di situ menunjukan 99,011 km lagi! Wow masih jauh!

Setelah 5 km pertama penuh tanjakan akhirnya ketemu tanda ini! Di situ tulisannya habis ini bakal ada restoran, dan kita bisa ngecap paspor Compostela di sana!

Fiuh, akhirnya ketemu juga restonya! Pas di saat udah keujanan basah kuyup, laper dan membutuhkan tempat berteduh (juga tempat bersandar, eaa~). Di depan resto ini ada patung Santiago besar, dan gw berpose di sana. Ada kejadian lucu, pas gw mau foto, mbak2 pelayannya nyamperin gw ngomong sesuatu dalam bahasa Spanyol dengan nada tinggi. Gw pikir gw bakal diomelin karena foto-foto di situ, secara kalo orang Prancis pasti bakal ngomel, ternyata.. dia malah nawarin buat motoin gw hahahaha. Kaget! Orang Spanyol ini emang ramah-ramah.

Makan tortilla sambil numpang ngecap di resto. Tortilla ini makanan favoritku selama camino. Harganya ga mahal2 amat plus isinya kentang semua, jadi kenyang dan nambah energi!

Setelah makan dan ngaso, perjalananpun dilanjutkan. Puji Tuhan, di luar udah ga ujan lagi, jadi tingkat kesulitannya agak berkurang dikit. Setelah jalanan yang dipenuhi rumah dan resto, masuklah gw ke dalam hutan. Jeng jeng jeng jeng! Di hutan ini medannya juga gila, naik turun.

Di hutan ketemu sama kakek-kakek berusia 70an, dia habis jalan kaki sepanjang 24 km dari Ferrol! OMG. Perjalanan yang gw lakukan selama 2 hari, dia bisa dalam waktu sehari. Hebat ya. Nanti kalo aku umur 70 juga pengen masih bisa camino kaya kakek2 itu. Uwu~

Di jalan ketemu papan penunjuk jalan dengan 2 batu. Yang kanan itu kalo mau jalan langsung menuju Pontedeume, yang kiri itu kalo mau ikut jalan tambahan yang berliku-liku. Gw udah di whatsapp sama Laura sebelumnya, pilih aja yang kanan biar cepet. Dan ya.. saat gw di persimpangan jalan ini, dia udah leyeh-leyeh di penginapan.

Setelah 16 km dan 7 jam perjalanan akhirnya sampai juga di Pontedeume!!

Pontedeume kotanya cantik banget. Di gerbangnya disambut sungai kaya gini.

Yak, perjalanan hari ini usai sudah. Meski terseok-seok gw berhasil melalui 16 km dalam waktu 7 jam perjalanan. Dan tebak berapa jam Laura jalan? Cuma 4 jam. Separuhnya gw hahha. Laura yang sudah sampai di Pontedeume duluan tidak berhasil mendapatkan Albergue Municipal lagi, jadi dia mencari penginapan biasa dan kita mendapat penginapan yang bernama Hostal Restaurante-Luis, penginapan ini jadi satu sama restoran, jadi bawahnya resto, atasnya penginapan. Dan.. penginapan ini di lantai 3, jadi naik tangga lagi buat masuk ke kamar. Fiuh, setelah perjalanan yang melelahkan, malam ini gw tidur di penginapan lagi bareng Laura.

Hari ke-3: Selasa, 16 April 2019. Pontedeume-Miño. 11 km, 5 jam.

Hari ini Laura jalan duluan lagi pagi-pagi, kita berencana untuk berjalan kaki sampai Betanzos sepanjang 22 km. Bakal jadi perjalanan yang sangaaaaaat lama dibandingkan kemarin, padahal kemarin saja sudah lama.

Perjalanan pagi ini dimulai dengan bertemu batu petunjuk jalan. 84 km lagi menuju Santiago de Compostela!

Dan pagi itu pula perjalanan gw langsung disambut tanjakan yang gilaaa.. tiada ujung. Gw berhenti sampai berkali-kali, rasanya udah ga kuat lagi.

Pemandangan di ujung tanjakan. Di sini gw bertemu dengan gerombolan anak muda Spanyol sekitar 10 orang, yang baik dan menyapa gw serta memberi semangat.

 

Dan di saat gw pikir tanjakannya udahan, di situlah ada tanjakan lagi dan masuk ke dalam hutan -.-

Gw bener-bener ga nyangka kalo hari itu tanjakannya langsung gila-gilaan, sementara Laura udah prediksi karena dia emang lebih prepare dari gw hahah. Dia udah liat di website Gronze.com di mana terdapat info tentang camino, beserta ketinggian tanjakan pada hari itu. Dan ini dia bentuknya..

Ini bacanya dari kanan ke kiri. Keliatan kalo begitu keluar Pontedeume jalanannya langsung menanjak sampe 180 m -.- (gambar: gronze.com)

Gw baru jalan 8 km aja rasanya udah mau mati, sementara masih ada 14 km lagi. Gw punya opsi untuk berhenti di kota selanjutnya yg bernama Miño. Ini adalah satu-satunya kota yang ada penginapan di antara Pontedeume dan Betanzos. Jadi seandainya gw memutuskan untuk nekat jalan setelah Miño, gw ga punya pilihan untuk berhenti hingga sampai Betanzos.

Gw pun sampai di kota Miño, di KM ke-11, gw cape secape-capenya, pengen nangis, kaki pincang, sendirian. Udah gatau mau gimana lagi.. dan 1 lagi, gw laper! Gw punya asam lambung dan jam makan gw ga bisa ditunda-tunda, atau gw bakal kena tuh asam lambung. Yaudah gw putusin buat makan dulu, habis makan ntar baru dipikirin lagi mau lanjut apa berhenti di Miño. Akhirnya…. setelah perjalanan tiada ujung, gw ketemu juga sama resto.

Makan ikan sambil ngecap sambil ngaso. Saat itu jam 4 sore. Gw udah berjalan selama 5 jam. Ini satu resto yang buka dari beberapa yang ada di kota kecil Miño. Maklum, beberapa resto di Eropa cuma buka kalo makan siang dan makan malam, jadi kalo dateng di tengah2 jam itu, ada kemungkinan dia tutup.

Saat makan itu kaki gw bener-bener mau copot, rasanya udah ga kuat lagi melanjutkan perjalanan. Dengan berat hati gwpun memutuskan berhenti di kota Miño. Hancur sudah impian gw untuk sampai di Santiago pas Jum’at Agung. Dan gw ga akan ketemu Laura lagi di jalan, sampai di Santiago. I am on my own from now. Rasanya sedih banget, gw cuma bisa menghibur diri “Ga semua yang lo inginkan bisa dicapai, itu yang namanya hidup. Sama kaya perjalanan ini, perjalanan yang banyak mengajarkan akan arti hidup.” (Gw beneran nulis ini sambil nangis T_T)

Tapi apapun yang terjadi, gw harus tetap melihat ke depan. Dan gw harus mencari penginapan di kota Miño. Di Miño ini cuma ada 1 albergue dan 2 penginapan. Tanya ke sana kemari katanya albergue-nya sudah penuh. Penginapan pertama juga udah penuh. Harapan gw tinggal di penginapan terakhir. Kalo yang ini penuh, gw terpaksa harus melanjutkan ke Betanzos, entah kapan nyampenya. Gw pun sampai di penginapan terakhir, dan ternyata masih ada kamar. Walo harganya agak mahal dan gw harus bayar sendiri, ga berdua sama Laura, tapi gw bersyukur banget dapet tempat tidur untuk hari ini. Perkenalkan, penginapan gw malam ini, dan mungkin yang paling bagus sepanjang gw camino, Hostal La Terraza.

La Terraza, Thanks God I found you!

Lalu, bagaimana dengan Laura? Tentu saja dia sudah sampai Betanzos. Malam ini dia berhasil dapet Albergue Municipal, perjuangannya bangun pagi ga sia-sia, Albergue di Betanzos saat itu lagi renovasi dan kapasitasnya cuma 6 orang. Dan dia sangat beruntung menjadi salah satu dari 6 orang yang dapat tempat di sana.

Hari ke-4: Rabu, 17 April 2019. Miño-Betanzos. 11 km, 5 jam.

Sebuah pagi yang baru, setelah hari yang melelahkan kemarin. Malam itu gw tidur sendirian, tanpa Laura. Ada hikmahnya juga sih, gw bisa nyuci baju dan kaos kaki terus dijemur di heater tanpa berebutan sama Laura hahaha. O ya, gw belum cerita, jadi karena baju kita terbatas, sepanjang camino itu kita bakal nyuci baju 1-3 hari sekali. Kalo pas lagi dapet penginapan yang ada heaternya, beruntung, bisa sekalian ngeringin baju yang habis dicuci (walo di beberapa penginapan dilarang). Kalo ga, ya udah, jemur aja tuh baju, berharap itu bisa kering haha.

Petunjuk jalan pertama setelah keluar dari penginapan. 74 km lagi menuju Santiago!

Pemandangan di awal perjalanan menuju Betanzos.

Setelah 4 KM berjalan kaki, gw mampir ke satu-satunya cafe yang ada dalam 10 KM pertama, Café Navedo, untuk makan siang sandwich. Di sana gw bertemu dengan 3 orang pilgrim yang berasal dari Amerika (tapi lagi kuliah bahasa di Prancis Selatan). Lucunya adalah, ternyata mereka menginap di penginapan yang sama kaya gw pas di Ferrol, tapi mereka sehari setelah gw. Ibu-ibu penjaga penginapan cerita ke mereka kalo kemarin ada orang Indonesia nginep di sini, dan ibu-nya kaya amaze gitu karena gw orang Indonesia pertama yang nginep hahaha. Sama kaya kemaren pemilik La Terraza juga bilang kalo gw adalah orang Indonesia pertama yang nginep di situ. Ya iyalah, sepanjang jalan aja gw ga nemu orang Asia sama sekali..

Cewe-cewe ini jalan dari Pontedeume, dengan tujuan yang sama kaya gw, Betanzos. Lucunya juga baju gw sama dengan cewe yang paling kiri. Yak, baju sejuta umat (Eropa) keluaran Decathlon hahaha. Asik rasanya ngobrol sama mereka, apalagi orang Amrik kan emang ramah. Kita pun berfoto bareng, tukeran nomer HP lalu berpisah jalan, berharap bertemu lagi di Betanzos.

Foto bersama 3 cewe Amrik, sesama pilgrim yang ketemu di café.

Petunjuk arah Camino di jalan. Petunjuk jalannya itu bentuknya macem-macem, ada juga yang kaya gini, bukan batu, dan ga ada tulisan KM-nya.

Finally, sampai juga di kota Betanzos. Disambut dengan jemuran di rumah sebelah kiri LOL.

Tujuan pertama adalah Albergue! Dan.. albergue-nya udah penuh, secara lagi renovasi dan cuma muat 6 orang.

Begitu sampai di Betanzos, gw langsung ke Albergue Municipal. Ibu-ibu penjaga di depan albergue bilang ke gw kalo di situ udah full. Tempatnya lagi direnov dan cuma bisa nampung 6 orang. Gw pun minta tolong ditelponkan penginapan yang masih kosong. Si ibu-ibu mencoba menelepon penginapan lain dari teleponnya. Gw juga mencoba mencari penginapan lewat handphone sendiri. Ga disangka-sangka, semua tempat di Betanzos sudah full. Katanya lagi high season karena Pekan Suci. Ada 1 tapi mahalll banget, dan agak di luar jalur camino (berarti harus balik lagi dan makan waktu buat ke jalur camino kalo habis dari sana). Cewe2 Amrik pun whatsapp gw, mereka bilang mereka udah dapet penginapan dan gw diminta buat nanya ke penginapan mereka apa masih ada tempat apa ga. Gw pun telepon, dan ternyata udah abis juga T___T

Jadi apa yang gw lakukan? Di mana gw akan tinggal malam itu?

Ibu-ibu menawarkan pada gw untuk menginap di aula olahraga (gymnas) sekolah deket situ (well, ga deket-deket amat sih) gratis. Dia bilang di situ ada matras, jadi bisa buat alas tidur. Sementara untuk selimut gw udah mempersiapkan sleeping bag, karena memang saat camino dianjurkan untuk membawa sleeping bag, karena di albergue tidak ada selimut dan seprei. Yasudah, mau gimana lagi, mau gamau gw nginep di aula sekolah. Gw ga mungkin melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya, gw sudah terlalu lelah dan kota selanjutnya juga sangat riskan, karena hanya ada 1 albergue tanpa penginapan lain di sana.

Gw pun berjalan ke sekolah, bersama dengan sepasang orang Spanyol. Mereka juga kehabisan penginapan dan disarankan tinggal di sana. Begitu sampai ke sekolah, si pasangan ini urung buat tidur di situ, mungkin menurut mereka ga proper. Mereka pun pergi, mungkin mencoba peruntungan di kota selanjutnya.

Di aula sudah ada 2 orang perempuan. Oh.. sudah ada orang lain ternyata. Gw pun menyiapkan matras dan sleeping bag gw untuk malam itu.

Beginilah kondisi tempat tidur gw malam itu.

Siapa sangka hari ini gw kehabisan penginapan dan harus tidur di aula sekolah? Perjalanan ini bener-bener ga terduga, tapi gw masih bersyukur bisa dapat tempat untuk tidur malam itu.

Habis itu gw pun mencari makan di luar, dan resto-nya cukup jauh dari sekolah. Pas baliknya hujan, jadi agak kehujanan pas balik lagi. Gw pun mandi di kamar mandi tempat anak-anak mandi habis olahraga, lalu beristirahat. Pas lagi leyeh-leyeh, gw ngobrol sama ibu-ibu Prancis. Kita pun ngobrol panjaaaaang… banget pake Bahasa Prancis. Dia keliatannya senang menemukan gw, kaya udah lama ga menemukan orang yang bisa ngomong Bahasa Prancis hahaha. Dan si ibu ini cukup relijius juga, dia nyari gereja malem-malem mau misa pilgrim. O ya, jadi di gereja tempat rute camino ini biasanya ada misa pilgrim. Misa ini memang ditujukan bagi peziarah yang lagi ada di camino. Cuma gw baru ngeh kalo ada, karena emang ya sedikit banget orang yang jalan kaki yang tujuannya bener-bener reliji, jadi ga ada yg pernah ngomongin sama sekali, sampai gw bertemu ibu itu. Haha. Si Ibu itu walaupun usianya sekitar 50an tapi enerjik banget, dia dalam sebulan ini udah ikut berbagai rute camino. Sebelum camino Ingles, dia udah nyelesaiin Camino Inverno, salah satu rute camino yang paling sulit. Gila dah, salut! Sayang gw ga sempet foto sama ibu itu, yah mungkin besok bakal ketemu lagi di jalan..

Malam itu, di aula sekolah, ada kira-kira 15 orang yang bernasip sama kaya gw, kehabisan penginapan di Betanzos. Kita pun tidur di situ, malam itu, di tengah dinginnya musim semi di Utara Spanyol, kira-kira di luar 11 derajat celsius. Gw beberapa kali kebangun kedinginan sambil ngebatin, “Yaampun ini perjalanan kok gini-gini amat ya….”

BERSAMBUNG KE BAGIAN KEDUA..

Journey to the North : Tallin

Setelah perjalanan selama 4 hari mengelilingi kota Riga, Helsinki dan menikmati cruise ke St. Petersburg, di hari terakhir ini saya memutuskan untuk bertualang ke Tallin, Estonia. Trip ini tadinya tidak direncanakan sama sekali, tapi melihat kalo ternyata dekat ke Tallin dan bisa dengan naik cruise, sayang rasanya kalo ga ke kota ini. Jadilah saya memisahkan diri dari teman-teman saya untuk solo travelling ke Tallin selama seharian. Teman-teman seperjalanan saya memilih untuk bersantai dan berendam air panas di Helsinki, sementara saya memilih melihat satu lagi kota di sebelah utara Eropa, Tallin.

Sesampainya di Helsinki saya langsung ke pelabuhan untuk membeli tiket ke Tallin, beruntungnya, tiket di kapal (Viking Line) saat itu tinggal sisa 2, jadi saya bisa naik kapal yang langsung berangkat setengah jam kemudian. Tiketnya sendiri harganya 20an Euro untuk one way. Kapalnya mirip dengan kapal yang saya gunakan untuk menuju St. Petersburg. Ada restoran, duty free shop dan beraneka ragam ruangan entertainment. Begitu naik ke atas kapal, saya langsung meletakkan backpack saya di locker, untuk diambil saat pulang ke Helsinki nanti. Saya makan sandwich dulu di kapal untuk makan siang, kemudian mengelilingi kapal, sampai akhirnya saya berhenti di sebuah cafe (duduk doang, kaga ada yang dibeli) untuk mendengarkan lagu dan sedikit berdendang dari musisi yang lagi nyanyi di situ.

Setelah 2 jam perjalanan, sampailah saya di kota Tallin. Tallin ini cukup kecil, dari pelabuhan ke pusat kota hanya memakan waktu 20 menit jalan kaki. Langsung saja ya.. Ini tempat-tempat yang saya kunjungi di Tallin beserta cerita-cerita di dalamnya.

Webp.net-resizeimage-4

Pintu gerbang menuju pusat kota Tallin, namanya Viru Gate. Kotanya berasa kaya kota abad pertengahan gitu, dikelilingin oleh benteng.

Webp.net-resizeimage-5

Kawasan pusat kota Tallin yang rumahnya warna-warni

Webp.net-resizeimage-10

Kaya di negeri dongeng ya

Webp.net-resizeimage-2

Pusat kota Tallin

Webp.net-resizeimage-3

Salah satu pintu lucu di kota Tallin

Webp.net-resizeimage-6

Cathedral Alexander Nevsky yang juga terletak di bukit Toompea. Buat mendaki bukit ini ga jauh kok, masih di pusat kota dan cuma ngedaki sedikit aja.

Webp.net-resizeimage-8

View untuk melihat kota Tallin dari atas, di bukit Toompea. Tjakep bingitss!!

Webp.net-resizeimage-7

Ceritanya kedinginan, belilah hot wine. Eh malah jadi sedikit high, sampe belanjaan jatuh di supermarket dan nabrak orang pas balik kapal hahaha.

Webp.net-resizeimage-9

Kapal untuk kembali ke Helsinki. Laut di sekitarnya sudah mulai membeku, es semua itu..

Itu dia tempat-tempat yang saya kunjungi di kota Tallin. Overall, untuk mengelilingi kota ini cuma dibutuhkan 4 jam, jadi cocoklah kalo mau naik cruise dari Helsinki (atau kota-kota lain) seperti saya ini untuk one day trip ke Tallin.

Hari itu gw merasa happy bisa travelling sendirian, setelah kurang lebih bareng sama temen2 selama 3 hari. Kadang emang me time itu diperlukan ya. Haha. Apalagi kalo me time-nya ke kota cantik kaya Tallin ini. Hihi. Oiya, ada cerita yang agak lucu pas gw di Tallin. Seperti gw tulis di caption di atas, gara2 gw minum hot wine itu, gw jadi agak naik. Mungkin karena sebelumnya cuma makan sandwich doang di kapal. Gw masih bisa kembali ke kapal sih, cuma ya itu.. pas gw ke mini market buat belanja, barang2nya beberapa meleset dari tangan gw. Dan yang lebih ngeselin adalah gue ga sengaja nabrak bapak2 pas di kapal, dan dia marah2 dong sama gue. Hhhhh. Akhirnya begitu sampe di kapal, gw langsung cari tempat ngemper yang enak di lantai (banyak org yang duduk-duduk di lantai gitu) terus gue tidur hahahah. Sampe2 udah di Helsinki lagi deh. Haahha. Pagi dini hari gw flight menuju ke Paris, bareng sama Atha yang juga balik ke Vienna.

Sekian cerita perjalanan kali ini! Akhirnya ngeblog lagi setelah 6 bulan ga ngeblog!

Cruise Experience: Helsinki-St.Petersburg

Setelah menjelajah Riga dan Helsinki, sore itu kita naik cruise bernama Princess Anastasia dari Helsinki menuju ke St. Petersburg. Kita memesan kamar berukuran 9m2 di cruise untuk 3 hari 2 malem di website St. Petersline, seharga 454 Euro untuk 4 orang (113 Euro per orang). Adapun harga tersebut sudah termasuk: gratis visa ke Rusia selama 3 hari, satu kali makan malam di cruise dan bus transfer dari pelabuhan ke pusat kota St. Petersburg.

Ini pertama kalinya gw naik cruise jadi gw excited banget, pengalaman naik kapal terakhir itu pas Living on Boat di Pulau Komodo dan sekitarnya yang berujung dengan malapetaka. Sebelum naik cruise, kita beli makanan dulu di restoran Subway depan pelabuhan, karena kita tidak memesan makan malam untuk hari itu. Sesampainya di Cruise, kita langsung menuju kamar yang ternyata mini banget. Berasa kaya lagi di asrama mahasiswa Prancis tapi ini kasurnya ada 4, 2 di atas dan 2 di bawah. Bener2 sempit, kalo mau mondar mandir susah dan musti gantian haha. Tapi gapapa, kamarnya tergolong bagus dan bersih serta dilengkapi kamar mandi. Setelah menaruh barang-barang, kita pun keluar untuk melihat-lihat dalam cruise dan juga pemandangan di luar.  Cruise ini isinya super lengkap, ada restoran, beberapa bar, game room, gym, sauna, kolam renang kecil, duty free shop dan masih banyak lagi.

Webp.net-resizeimage-2

Di depan kapal Princess Anastasia. Siap-siap naik cruise!

princessa_anastasia-cabins

Seperti ini kira-kira kamar kita, hanya saja sofa di kanan bawah diganti sama kasur dan tidak ada jendela. Foto diambil dari sumber lain karena gw tidak mengambil foto kamar. (Foto: guide-guru.com)

Webp.net-resizeimage-5

Lobby cruise

Webp.net-resizeimage

Tangga di cruise, cruise kita ini ada 8 lantai.

Webp.net-resizeimage-11

Menikmati sunset di salah satu lounge di cruise

Webp.net-resizeimage-4

Game room. Yang bosen, bisa main game di sini.

Webp.net-resizeimage-7

Tempat gym

Webp.net-resizeimage-3

Salah satu pertunjukan di Cruise.

Malam pertama di kapal kita habiskan dengan duduk di restoran sambil melihat sunset, lalu kemudian menonton pertunjukan di sana. Malam itu kita bermalam di kapal, sekitar jam 8 pagi, kita pun sampai di St. Petersburg. Welcome to Russia!

Ga nyangka rasanya bisa sampai di negara yang satu ini tanpa visa. Ya, seperti yang sudah gw bilang di awal, cruise ini menyediakan 3 hari free visa ke Rusia, cocok buat traveler asal Indonesia kaya kita yang emang butuh visa buat ke Rusia. Tapi di sini kita ga 3 hari, karena kita hanya mengambil paket yang 1 hari di Russia. Jadi, sekitar jam 4 sore kita harus kembali ke kapal untuk pulang ke Helsinki.

Turun dari kapal, kita sampai di pelabuhan di St Petersburg untuk masuk ke imigrasi. Keadaan di imigrasi: chaos! Orang dimana2, ga ada line yang jelas tempat untuk mengantri, jadi semua orang main serobot sana sini. Dari sekian banyak counter imigrasi yang dibuka hanya sedikit, itu juga tidak langsung buka saat tiba di sana. Jadilah kita stuck diam menunggu imigrasi dibuka. Ternyata seperti ini di Rusia, negara dunia ke-2, aturan masih kacau dan memang tidak seperti negara-negara maju di Eropa. Setelah menunggu 3 jam untuk melewati imigrasi, akhirnya kita masuk juga di negara ini. Karena sudah memesan city transfer bus dalam paket cruise, kita menaiki bus untuk menuju ke pusat kota St Petersburg. Jam sudah menunjukkan angka 12. Itu artinya kita cuma punya waktu 4 jam di St Petersburg, padahal kita sudah membayangkan mengitari St Peter selama 8 jam, semua karena kerusuhan di imigrasi.

Sebelum mengitari kota, kita berhenti makan dulu di sebuah restoran Italia, yang pelayanannya kurang memuaskan dan makanannya seperti tidak matang. Gw pun sempet ngomel sama karyawannya untuk meminta makanan gw diganti. Makanan gw diganti dan mereka minta maaf berkali2, bahkan sampai pas kita keluar, kita kaya dihormati gitu sama para staff-nya hahahaha. Pengalaman yang lucu, mengingat orang Rusia itu stereotipnya dingin, tapi ternyata mereka baik hati dan ramah (walaupun harus diomelin dulu haha).

Setelah itu kita pun mengitari kota St Petersburg dengan berjalan kaki. Berikut tempat2 yang kita lalui dengan berjalan kaki selama 3 jam.

webp.net-resizeimage

Di depan Winter Palace yang sekarang menjadi Museum Hermitage

webp.net-resizeimage-2

Gerbang cantik di depan Lapangan Hermitage.

webp.net-resizeimage-3

Pemandangan di balik gerbang

webp.net-resizeimage-4

Bangunannya warna warni, tsakep!

webp.net-resizeimage-5

The Church of the Saviour on the Spilled Blood, gereja ikon kota St Petersburg

webp.net-resizeimage-10

Gereja tampak belakang

webp.net-resizeimage-6

Kalo winter lapangan gini doang jadi cakep yak

webp.net-resizeimage-7

Danau yang membeku

Setelah mengitari kota St Petersburg selama 3 jam, kita harus kembali ke tempat di mana shuttle bus mengantarkan kami ke pelabuhan. Sayang, petualangan di kota yang sangat cantik ini sudah berakhir. Coba kalo ga chaos di imigrasi, kita bisa muterin lebih lama. Tapi gapapalah, lumayan, daripada lumanyun. Dari 2 kota yang sudah gw jelajahi sebelumnya: Riga dan Helsinki, gw paling suka sama St Petersburg. Bangunannya cantik dan unik bgt, beda sama negara Eropa yang lebih barat.

Sesampainya di pelabuhan, kita pun menuju ke restoran di cruise karena malam itu kita sudah memesan makan malam di cruise!

webp.net-resizeimage-8

Dinner di cruise. Dinner ini sifatnya opsional. Jika ingin menakan bujet bisa tidak memilih opsi dinner.

Makan selesai, kita pun duduk-duduk lagi di salah satu lounge yang menampilkan atraksi pertunjukan hingga tengah malam. Ketika sudah tengah malam, panggung pun berubah menjadi lantai dansa alias tempat dugem hahaha! So, we have so much fun at the cruise. Bener-bener recommended dengan harga yang cukup terjangkau.

Setelah bermalam di cruise, esok paginya saya melanjutkan perjalanan ke Tallin seorang diri dengan menggunakan cruise yang berbeda. Pas ke Tallin ini, saya berjalan sendiri, karena yang lain pengen santai-santai di Helsinki. Tunggu kisah perjalanan saya yang berikutnya di kota yang ga kalah cantik, Tallin, Estonia.