40 Hari di Eropa Tengah: Vienna

Setelah puas menghabiskan liburan di Budapest, gue beralih ke kota selanjutnya, Vienna! Dari Budapest gue naik bis Regiojet seharga 9 Euro. Bis ini adalah bis antar negara Eropa yang paling kece yang pernah gue temuin, harganya murah dan fasilitasnya kaya pesawat! Ada layar kecil di setiap bangku dimana kita bisa nonton film, memutar lagu ataupun main game. Terus dikasih headphone satu-satu dan dikasih hot drink, gratis! Bahkan dia juga nyediain koran kalo ada yang mau baca. That was sooooo cooool! Selain itu juga ada wifi dan colokan seperti layaknya bis di Eropa. Gue berangkat dari Budapest tanggal 8 Agustus 2016 pukul 9.15 dan sampai di Vienna pukul 13.55. Masuk ke Vienna gue mulai berasa kembali ke Eropa Barat, hahaha. Karena di sini semuanya berbahasa Jerman dan ga ada lagi huruf alfabet aneh-aneh kaya di Budapest ataupun Krakow. Dan karena kita kembali ke negara dengan mata uang Euro, otomatis barang-barang semuanya jadi lebih mahal. O la la. Kembali ke makan sandwich 1 Euro di supermarket!

Di Vienna gue tinggal di tempat temennya temen gue, orang Indonesia. Gue punya temen yang tinggal di Vienna, tapi karena dia lagi liburan juga, jadilah gue dititipkan ke temennya, ibu-ibu, namanya Ibu Bidah. Ibu Bidah ini sedang menjalankan kuliah doktorat di Universitat Wien. Gue janjian sama ibu ini di salah satu stasiun metro, untuk bersama-sama pulang ke rumahnya. Waktu itu sampai di rumah, sudah sore hari, jadi gue memutuskan untuk istirahat dan ga kemana-mana seharian. Gue mulai pingin nyantai, secara kemarin udah jalan-jalan terus.

Keesokan harinya, tanggal 9 Agustus, gue ikut Free Walking Tour (FWT) jam 10 pagi. Kita bertemu di Albertina, sebuah museum di pusat kota, berkeliling memutari Inner Stadt atau pusat kota dan mengakhiri perjalanan di gereja terbesar di Vienna, St. Stephen’s Cathedral. Selama trip ini, ini adalah FWT paling mengecewakan, peserta turnya banyak banget dan ga dibagi lagi, ada sekitar 60 orang dalam 1 tour, jadilah kita ga fokus karena terlalu banyak orang. Udah gitu, pas terakhirnya secara ga langsung guidenya kaya minta 10 Euro gitu. What?? Ga memaksa sih, cuma kayanya orang orang pada ngikutin kata dia. Gue sih ngasi 2 Euro doang, bodo amat. Hahaha. Mana ada sih dimana mana FWT ngasi patokan uang tips.

img_4313

Patung Mozart, di sebuah taman di kawasan Hofburg Palace

img_4332

Sebuah sudut kota

Habis ikut FWT, gue beli makan siang sandwich di supermarket (di sini yang murah namanya Billa), kemudian gue melanjutkan perjalanan ke Karlskirche atau St. Charles Church, di sana sempet duduk-duduk di luar sambil makan es krim yang dijual di mobil-mobil gt. Di perjalanan gue juga sempet liat Universitat Wien yang bangunannya keren bgt, klasik gitu. Habis itu gue balik lagi ke pusat kota untuk lebih menikmati bangunan yang tadi gue liat pas FWT. Gue ke kompleks Hofburg Palace, ikon-nya Vienna. Hofburg Palace ini kompleks istananya besar bgt dan ada beberapa musium juga dalam kompleknya. Kerennya, istana ini masih berada di pusat kota, dan ga berdiri sendiri di agak pinggir kota kaya istana di Eropa kebanyakan. Habis itu gw menuju ke Vienna Ring Road, kaya semacam pembatas buat keluar dari pusat kota gitu. Di Vienna Ring Road ini ada Austrian Parlement Building dan juga Rathaus atau City Hall. Kebetulan di halaman Rathaus lagi ada persiapan pemutaran festival film gitu, tapi pas gue lewat belum mulai acaranya, jadi ga bisa sekalian nonton. Habis itu gue balik ke rumahnya Ibu Bidah, hari itu kayanya udah cukup yang dikunjungin, dan pengen leyeh-leyeh di rumah.

img_4343

Gloomy Karlskirche

img_4356

Salah satu sudut di kompleks Hofburg Palace

img_4363

Masih di Hofburg Palace

img_4409

Ini juga..

img_4410

Ini juga! Hahaha. Gede banget kan kompleks istananya!

img_4393

Austrian Parlement Building

Leyeh-leyeh berlanjut sampe keesokan harinya, gue ga bisa keluar karena di luar hujan deras. Males keluar, gue leyeh-leyeh aja sampe jam 3 sore, nunggu ujannya berenti. Hahaha. Gitu nikmatnya solo travelling, mau santai-santai doang seharian juga ga ada yang ngurusin. Si Ibu Bidah jg baik banget, ngebiarin gue di rumahnya, kapan aja hahaha. Setelah hujan berhenti, tujuan gue hari iru adalah ke 2 istana besar di Vienna. Istana Belvedere dan Istana Schonbrunn. Perhentian pertama ke Istana Schonbrunn, istana yang paling luas di Vienna. Kompleks istananya gede banget, dengan halaman luas yang bentuknya simetris, seperti istana di Eropa Barat kebanyakan. Di sini kita bisa liat Istana Schonbrunn dari atas, sedikit tips, di deket tempat pandang yang dari atas itu, ada restoran yang bisa kita colong wifi-nya hahah. Mayan lah buat update instagram hahha. O ya, gue kalo jalan-jalan ga pernah paket data atau sengaja mesen paket yang dari luar negeri gitu, gue bergantung pada wifi dan telp/sms. Kalo ada apa-apa gue bisa sms host gue, ya secara ga mahal juga sih, pake kartu Prancis selama masih di Uni Eropa harganya 0.07 Euro per sms. Puas di Istana Schonbrunn, gue ke istana yang lebih kecil bernama Belvedere. Tipikalnya sama kaya Schonbrunn, simetris dengan halaman luas di depannya, tapi yang ini bangunannya lebih berwarna putih, sementara Schonbrunn kuning kecoklatan gitu. O ya, kita bisa masuk ke Schonbrunn, dan melihat istananya ke dalam, tapi harus bayar, kalo gue sih dari luar aja. Hehe.

img_4427

Halaman Istana Schonbrunn

img_4441

Istana Schonbrunn

img_4455

That’s me, di dekat resto yang ada wifi-nya! Hahah. Summernya dingin bo, pake jaket sama celana panjang gitu gue.

img_4486

Istana Belvedere

Habis dari istana, gue balik lagi ke pusat kota untuk melihat tempat yang belum gue jelajahi kemarin. Karena itu summer, jadi jam 8 malem juga masih terang benderang hahaha. I love summer! Gue kali ini mampir ke Museumsquartier, kompleks di mana terdapat banyak museum di dalamnya dan ke Mariahilfestrasse, jalan besar tempat dimana banyak toko dan restoran gitu. Gue sempet ngiler liat Nordsee (chain fastfood-nya Jerman yang isinya makanan dari ikan) jadilah gue beli makan malam itu haha.

Perjalanan gue ke Vienna berakhir sudah, keesokan harinya gue akan melanjutkan perjalanan ke Bratislava!

Menurut gue pribadi, Vienna ga sebagus ekspektasi gue hahaha. Bagus sih, bangunannya klasik gitu dan cantik, rapih, terawat, keliatan banget kota musikal, tapi mungkin karena gue suka jalan-jalan di Eropa Barat ya, jadi keliatan sama aja kaya di Prancis, Jerman, dan tempat-tempat lain, beda sama Budapest atau Krakow yang bener-bener baru buat gue. It just my two cents, though! 🙂

img_4480

Halaman Istana Belvedere

P.S: Untuk itinerary dan rincian biaya perjalanan saya 40 Hari di Eropa Tengah bisa klik link ini.

Advertisement

40 Hari di Eropa Tengah: Itinerary dan Biaya

Musim panas telah berakhir! Besok sudah masuk kuliah lagi. Masih kebayang-bayang rasanya summer trip gue yang 40 hari kemarin. Berhubung masih segar di ingatan, jadi gue ngepost tentang summer trip dulu ya. Post2 lain yang sebelumnya (kebanyakan jalan2 sih), dipending dan bakal dibuat setelah rangkaian post summer trip. Postingan tentang summer trip akan dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian pertama adalah itinerary secara keseluruhan (beserta rincian biaya) dan bagian kedua ketiga, keempat dan seterusnya adalah tentang cerita di masing-masing kota (ada di hyperlink kota-kota di bawah). Di postingan ini gue cerita tentang itinerary dan biayanya dulu ya.

—-

Musim panas kemarin gue solo travelling selama hampir 40 hari di Eropa Tengah. Jalan-jalannya sendiri cukup santai, satu kota kira-kira 3 malam, jadi ga keburu-buru dan bisa bangun siang untuk menjaga stamina tetep fit dan ga kecapekan. Gue pergi dari 1 kota ke kota lain dengan menggunakan bis. Untuk penginapan, gue menginap di couchsurfing dan juga hostel. Kota-kota yang gue datengin adalah Bonn (Jerman), Berlin (Jerman), Krakow (Polandia), Budapest (Hungaria), Vienna (Austria), Bratislava (Slovakia), Praha (Ceko), Salzburg (Austria), Munchen (Jerman), Frankfurt (Jerman).

Jujur, gue agak takut pas trip ini karena ini pertama kalinya gue pergi selama ini, 40 hari dan sendirian pula ! Untuk penginapan juga gue tidak bisa memastikan dari awal, karena masih menunggu dapat atau tidaknya couchsurfing. Kalo ga dapet baru cari hostel. Jadi deg-degan aja, gimana kalo ntar gue ga dapet tempat tinggal, gimana kalo tiba2 duit gue habis di jalan (secara budget gue terbatas banget), gimana kalo ntar gue sakit di jalan, gimana kalo ntar gue kecapekan dan jadi hilang minat selama travelling, dan berbagai ketakutan lain di dalam otak gue. Ternyata, ketakutan tersebut tidak terbukti sama sekali. Hanya ada beberapa kejadian sial di trip kali ini dan overall itu ga mengganggu trip gue. Setelah travelling pun gue merasa sangat senang, bahkan jadi ketagihan trip selama itu lagi. Sekarang setelah pulang, gue merasa agak hampa, pengen travelling dan pindah-pindah kota lagi tiap harinya. Okedeh, daripada kebanyakan curhat, langsung aja gue share itinerary-nya!

Berikut itinerarynya:

19-23 Juli: Paris dan sekitarnya ketemu sama temen2 gue

23 Juli : Paris-Bonn (Jerman) → 25 Euro, Flixbus

Di Bonn gue menginap di tempat teman selama seminggu. Gue sebenernya pernah ke sini, tapi emang pengen main aja lagi..

29 Juli: BonnBerlin → 20.35 Euro, Polskibus (di sini ada kesialan saat naik bus. Jadi di tiket yang gue beli di Polskibus, ditulis kalo gue akan naik Flixbus karena mereka punya kerjasama. Tapi begitu sampai di TKP gue ditolak sama Flixbus karena nama gue ga ada di daftar penumpangnya dia. Asli panik banget, dan gue ga ada jalan lain selain beli tiket bus lagi on the spot dan itu seharga 50 Euro! Asli kesel banget dan pengen nangis, baru awal trip udah kehilangan duit segitu. Akhirnya gue komplain ke pihak Polskibus dan duit gue yang 20.35 Euro dirembourse. Tapi yang 50 Euro tetep melayang. Mayan lah daripada lu manyun)

Di Berlin gue menginap selama 3 malam di tempat couchsurfing, kebetulan gue nyarinya orang Indonesia biar kemungkinan diterimanya lebih besar.

Berikut tempat-tempat yang gue datengin di Berlin: Brandenburger Tor, Reichstag Building, Check point Charlie, East side Gallery, Berlin Memorial Wall, Holocaust Monument, Berlin Cathedral, Museum Island, Alexanderplatz, Potsdamer Platz.

Di hari terakhir gue ke kota sebelah yang deket banget sama Berlin (bisa naik S Bahn) yaitu Potsdam. Kotanya sendiri bagus, kecil tapi ada istana Sanssouci yang terkenal.

3 Agt: BerlinKrakow → 13.8 Euro, Polskibus (sengaja ambil bis malam biar bisa menginap di bis dan mengurangi biaya penginapan)

Di Krakow gue menginap selama 2 malam di tempat couchsurfing, yang lagi-lagi orang Indonesia, dan ternyata dulu pernah satu fakultas sama gue! Haha. Dunia sempit..

Tempat-tempat yang dikunjungi di Krakow: Main Square, Wawel Castle, St. Mary’s Basilica, Oscar Schlinder Factory (liat dari luar aja), Jewish Quarter (di sini ada food court kecil tempat makanan khas Polandia murah-murah dijual. Zapikanki, sejenis baguette Polandia, ada dari harga 1-3 Euro dan bisa buat dimakan berdua).

5 Agt: KrakowBudapest → 8 Euro, Polskibus

Di Budapest gue menginap di couchsurfing, kali ini orang Hungaria asli yang super baik, selama 3 malam.

Tempat yang gue datengin: Buda castle, Fisherman Bastion, Matthias Church, Parliament Building, St. Stephen’s Basilica, Chain Bridge, Hosok Tere, Citadella (wajib liat night view dari sini, bener2 breathtaking).

8 Agt: BudapestVienna → 9 Euro, Regiojet (baru pertama kali naik regiojet, bus ini kece banget. Harga murah tapi fasilitas kaya pesawat, ada layar kecil di setiap bangku, bisa nonton, dengerin musik, dll; dikasi hot drink, bisa pilih kopi atau cokelat; dipinjami headset dan dipinjami koran)

Di Vienna gue nginep di rumah temennya temen, selama 3 malam.

Tempat yang dikunjungi: Hofburg Palace, Schonbrunn Palace, Belvedere Palace, State Opera, Ring road, Albertina, Museum’s Quarter, Rathaus, Karlskirche, City Centre

11 Agt: ViennaBratislava → 1 Euro, Regiojet (dengan fasilitas pesawat, gue bingung dia dapet untungnya darimana haha)

Di Bratislava gue menginap di host couchsurfing selama 1 malam (host gue pernah dapet beasiswa belajar bahasa Indonesia selama 1 tahun dan dia ngajak temen-temennya org Bratislava yang pernah tinggal di Indonesia juga buat ketemu gue. How cool!). Karena dia cuma bisa ngehost gue selama semalam, maka gue mencari hostel untuk 2 malam selanjutnya. Gue menginap di hostel Possonium: 19 Euro per malam.

Tempat yang dikunjungi: City centre, Michael’s gate, St. Martin’s cathedral, Devin castle (yang ini agak jauh di pinggir kota tapi bagus!), Blue church, Slavin Memorial, Bratislava castle

14 Agt: BratislavaPraha → 10 Euro, Regiojet

Di Praha gue menginap di Hostel Plus selama 3 malam, biaya 7 Euro per malam

Tempat yang dikunjungi: Charles Bridge, Old Town Square, Astronomical Clock, Wenceslas Square, Prague Castle, Jewish Quarter, Dancing House, Lennon Wall, Infant Jesus of Prague (Church)

17 Agt: PrahaSalzburg

Karena biaya bis langsung cukup mahal maka gue memutuskan untuk transit dulu di Munich, dengan rincian sebagai berikut: PrahaMunich → 9 Euro, Eurolines dan MunichSalzburg → 7 Euro, Flixbus

Di Salzburg gue menginap di Hostel Jufa selama 2 malam, harga per malam 26 Euro (biaya penginapan paling mahal selama trip ini, makanya ga mau lama-lama di Salzburg)

Tempat yang dikunjungi: Hohensalzburg castle (dari luar, soalnya masuknya bayar; tapi pemandangannya di atas bukit gitu, bagus), Old Town, Mirabell Garden, Hellburn palace, Nonnberg Abbey, Schloss Leopoldskron.

Kalo punya banyak waktu, gue bakal ke Hallstatt, kota deket sini yang katanya bagus banget dan juga ikut tur mengelilingi danau dan gunung di sekitar Salzburg, yang kece berat. Guengnya ga kesampean, maybe next time!

19 Agt: SalzburgMunich → 9 Euro, flixbus

Di Munich gue menginap selama 4 malam di The Tent Hostel. Hostel ini konsepnya tenda yang sangat unik (akan dibuat postingan sendiri mengenai hostel ini). Gue menginap 2 malam di bunkbed (12 Euro semalam) dan 2 malam di matras (8 Euro semalam).

Tempat yang dikunjungi: Neuchwanstain Castle (tujuan ke Munich emang pengen liat istana ini, jaraknya 3 jam dari kota Munich), City centre, Marienplatz, Rathaus, Englischer Garten, Nymphenburg Palace, Viktualienmarkt, Odeonsplatz.

23 Agt: MunichFrankfurt → 1 Euro, Megabus (gue mendapat sisa-sisa tiket murah Megabus yang terakhir, karena habis ini dia merger sama Flixbus dan harga tiketnya jadi lebih mahal)

Di Frankfurt gue menginap selama 3 malam di tempat teman, sebenernya ke kota ini karena ingin bertemu teman-teman saja.

26 Agt: FrankfurtParis → 19 Euro, Eurolines

Keterangan tambahan:

Gue mencari tiket bus dengan bantuan goeuro.com; di mana kita bisa membandingkan harga 1 bus dengan bus lain, bahkan bisa membandingkan dengan tiket pesawat dan kereta juga. Kalo dilihat dari rutenya agak sedikit muter-muter, karena disesuaikan dengan tiket dengan destinasi termurah.

Untuk makanan, makanan di Eropa Tengah tidak terlalu mahal, contohnya saja di Krakow gue mendapatkan full lunch set dengan harga 3 Euro. Di Budapest dan Praha yang notabene mata uangnya berbeda dari Euro juga tidak terlalu mahal. Sisanya, bila kotanya mahal seperti Salzburg, gue membeli sandwich 2 Euro-an di supermarket.

Dalam perjalanan ini gue banyak mengikuti Free Walking Tour, agar mendapat gambaran sejarah kotanya dengan lebih baik. Tur sejenis ini bisa dicari di google, dengan mengetikkan free walking tour + nama kota tujuan. Turnya sendiri gratis, tapi kita harus memberi tips. Setelah tanya ke beberapa orang tips normalnya, gue cuma ngasih 2 Euro-an aja.

Oya, gue cuma bawa backpack 32 liter (bawa bajunya cuma 7 helai), di sana gue sempat mencuci 2 kali. Satu di tempat teman di Bonn dan satu lagi di Hostel Possonium di Bratislava.

Total biaya transportasi : 132, 15 Euro

Total biaya akomodasi: 151 Euro

Total semua pengeluaran (termasuk transportasi dan akomodasi) selama 40 hari: Sekitar 700 Euro atau Rp 10 juta-an.

IMG_4263

One of the breathtaking view that I’ve seen during my summer trip. Guess where?