40 Hari di Eropa Tengah: Frankfurt

Yeayyyy, akhirnya sampai juga di bagian terakhir seri postingan gue ”40 Hari di Eropa Tengah”. Setelah 8 bulan lamanya berkutat dengan ini postingan dan struggle dengan niat dan juga waktu. Huff! Finally I did it and I will move on to next story hahaha. Oke, jadi bagian terakhir dari postingan ini gue akan menceritakan soal Frankfurt, destinasi penutup di rangkaian perjalanan gue di Eropa Tengah. Sebenernya gue ke sini cuma buat ketemu temen-temen doang, dan lagi.. gue pernah ke sini sebelumnya, around winter 2015. Daripada gue ceritain tentang proses ketemu temen2 gue mending gue langsung aja cerita tempat-tempat yang bisa dijajal selama di Frankfurt ya! Oh ya, fyi.. di kota ini gue nginep tempat temen jadi akomodasi gratis dan gue mendapat tiket Megabus dari Munchen ke Frankfurt seharga 1 Euro! Sisa-sisa tiket Megabus terakhir sebelum akhirnya gulung tikar dan merger sama Flixbus, huff.

So, what to visit when in Frankfurt?

1. Romer

Ini adalah main square-nya Frankfurt, di mana banyak bangunan khas Jerman yang motifnya kotak-kotak dan super cantik! Romer ini tadinya adalah city hall-nya Frankfurt selama 600 tahun. Sekarang bangunan ini lebih digunakan menjadi bangunan serbaguna milik pemda setempat.

img_5589

Romer, ikon Frankfurt

2. Frankfurt Cathedral

Katedral bergaya gothic ini terletak di pusat kota Frankfurt dan didedikasikan untuk Santo Bartholomeus.

img_5607

3. Alte Oper

Alte Oper adalah bahasa Jerman dari gedung Opera tua. Bangunan yang tadinya gedung opera ini sekarang digunakan sebagai tempat konser. Bangunannya kece dan terdapat square di depannya yang disebut Opernplatz.

img_5632

Bareng Nany, temen yang gue inepin kali ini, di depan Alte Oper

4. Eurotower

Kalo kalian suka liat foto lambang Euro yang gede banget, itu dia letaknya di depan tower ini. Gedung ini digunakan sebagai European Central Bank, yaitu bank sentral untuk Uni Eropa. Bangunan  ini terletak di Willy-Brand-Platz di Central Business District-nya Frankfurt. Kalo kita jalan kaki dari stasiun ke pusat kota, pasti bakal ngelewatin bangunan ini.

img_6504

5. Main River

Sungai Main membelah kota Frankfurt menjadi dua bagian. Sungai ini juga menjadi asal muasal pemberian nama Frankfurt-am-Main, yang artinya Frankfurt di sungai Main. Di pinggir sungai ini kita bisa duduk duduk cantik sambil menikmati pemandangan. Gue sendiri waktu itu ngobrol sama temen2 di sini sambil makan currywurst super pedas (belinya di kedai Best Worscht in Town (jalan Grueneburgweg 37). Dia jual currywurst dengan berbagai level kepedasan gitu, dan gue ga nyangka yang gue pesen bakal pedes banget hahaha).

img_5610

Sungai Main di kala senja

img_5616

Bareng anak-anak Frankfurters! Ada Nany, temen SMA gue; Nandha, temen organisasi waktu di fakultas; sama Dimas, temen organisasi tingkat UI. Lengkap deh! Haha.

Kayanya cuma itu aja yang bisa gue ceritain dari Frankfurt, gue ga terlalu eksplor banyak karena keasikan menghabiskan waktu sama temen-temen gue 🙂

 

img_5582

Auf Wiedersehen, Frankfurt!

 

P.S: Untuk itinerary dan rincian biaya perjalanan saya 40 Hari di Eropa Tengah bisa klik link ini.

Advertisement

40 Hari di Eropa Tengah: Neuschwanstein Castle dan Munich

Kalo di Jerman ada 1 tempat yang pengen banget gue liat, tempat itu adalah kastil Neuschwanstein. Kastil ini terkenal banget dengan kastil disney dan salah satu kastil yang paling populer di Eropa. Di penjelajahan ke Eropa Tengah kali ini gue sempatkan mampir ke Munich dan sekalian berkunjung ke Neuschwanstein. Postingan kali ini akan gue bagi menjadi beberapa bagian: Pertama, tentang penginapan gue, The Tent; Kedua, tentang Neuschwanstein Castle; Ketiga, tentang obyek wisata di Munich (atau bahasa Jermannya: Munchen).

THE TENT HOSTEL

Gue naik flixbus dari Salzburg ke Munich seharga 9 Euro. Gw menginap di Munich selama 4 malam, rencana awalnya cuma 3 malam, tapi karena penginapan di Salzburg terlalu mahal, jadilah kita 4 malam di sana. Gw menginap di hostel yang bernama The Tent. Hostel ini memiliki konsep tenda yang sangat unik. Jadi dia memiliki 2 tenda super besar: tenda pertama diisi sekitar 100 bunkbed atas bawah, jadi kita nginep satu atap bersama 100-150 orang, tenda kedua isinya orang-orang yang memilih untuk tidur di matras, bukan di bunkbed. Harganya pun beda, di bunkbed itu 12 Euro dan di matras 8 Euro. Gw memilih untuk tidur di bunkbed selama 2 malam dan di matras selama 2 malam. The tent ini hanya buka dari bulan Juni sampai awal Oktober, saat Oktoberfest. Karena ga mungkin tidur di tenda kalo bukan summer, bisa mati kedinginan tamu2nya. Hahaha. Fasilitas The Tent ini cukup lengkap, ada loker, wifi, kamar mandi, dapur, bahkan restoran kecil untuk breakfast, makan siang dan makan malam dengan harga yang cukup terjangkau. Ada juga hammock dan tempat duduk santai buat leyeh-leyeh di berbagai sudutnya. Kalo malem, kita bs berkumpul di api unggun sambil bersosialisasi sama backpacker lain.

Overall, it was a nice experience until.. the weather ruined it. Malam pertama tidur masih oke, agak berisik karena kebanyakan orang tapi gue masih bs tidur dengan nyaman. Malam kedua, cuaca mulai menggila, gue musti pake selimut berlapis-lapis. Malam ketiga, gue pindah ke matras, si Echa temen gue juga mulai bergabung dan dia yang ngide biar tidur di matras. Itu udaranya makin dingin, musti pake selimut tebel 3 biji dan muka musti ikut masuk ke selimut meskipun susah nafas, kalo ga ya kedinginan. Malam keempat udah merajalela dinginnya. Untung malam terakhir. Di luar 17 derajat tapi dinginnya bener2 gila, meskipun itu summer. Gue sama echa kapok tidur di tenda di Eropa! Hahahha. Udaranya itu yang labil, sebentar panas sebentar dingin ga bisa diprediksi. Tapi overall, gue cukup ngerekomendasiin sih ini hostel, tapi sebelum pesen musti liat cuaca dulu ya. Kalo bisa di atas 20 derajat! Haha.

IMG_5358

Dari kiri atas ke kanan, searah jarum jam: tenda yang isinya bunkbed, tenda yang isinya matras, api unggun di malam hari, tempat buat duduk santai dan leyeh-leyeh di halaman tenda.

 

NEUSCHWANSTEIN CASTLE

Habis cerita soal hostel, gue mau cerita soal Neuschwanstein Castle. Tadinya gue mau ke sini bareng Echa tapi si Echa ga jadi karena duitnya udah abis. Jadilah gue ke sini sendiri. Untuk mencapai kastil ini kita harus naik kereta ke kota Fussen. Gue membeli one-day bayern ticket (tiket ini bisa buat keliling region Bayern) seharga 23 Euro di ticket machine di stasiun tram deket hostel. Sebenernya bakal bisa lebih murah kalo perginya lebih dari seorang. Jadi setiap tambah 1 orang (maksimum 5 orang) cuma nambah 5 Euro. Hemat bgt kalo perginya berlima! Sayang gue cuma sendiri. Haha. Gue naik kereta ke Fussen dari Munich Hbf, keretanya cuma ada sejam sekali jadi harus bener-bener liat jadwal. Oya, tiket ini juga bisa dipake keliling kota, misalnya di kota Munchen. Jadi ga perlu beli tiket lagi buat transport dari hostel ke stasiun.

Untuk masuk kastilnya, kita juga harus membeli tiket dan disarankan membeli tiket online di website ini. Belinya paling lambat 2 hari sebelum keberangkatan, tapi beberapa hari sebelumnya lebih baik. Tidak dianjurkan buat membeli tiket on the spot karena banyak yang keabisan dan gigit jari, padahal udah jauh-jauh ke Fussen.

Perjalanan dari Munchen ke Fussen memakan waktu 2 jam. Pemandangan di sepanjang jalannya bagus banget, banyak bukit2 hijau yang dibangun rumah-rumah. Setelah sampai di Fussen, ikutin aja orang-orang lain, maka sampailah kita di tempat menunggu bus. Kita musti naik bis ini untuk bisa mencapai bagian bawah Neuschwanstain. Bis ini juga dicover dalam Bayern ticket. Setelah 5-10 menit naik bis, sampailah kita di ticket centre. Kita bisa mengambil tiket yang sudah dipesan di tempat ini. O ya, satu tiket harganya 13.8 Euro! Jangan mengantri di tempat orang yang mau beli tiket, ikutin aja petunjuk arah ke tempat pengambilan tiket yang sudah direservasi sebelumnya.

Habis beli tiket, kita punya beberapa opsi buat jalan ke atas: jalan kaki (sekitar 40 menit jalan menanjak), naik shuttle bus (2.60 Euro return) atau naik delman alias kereta kuda (6 Euro buat naik, 3 Euro buat turun). Gw pilih opsi yang kedua, naik shuttle bus. Sesampainya di atas, kita musti naik lagi buat ke istananya. Sebelum mencapai istana, kalian wajib ke jembatan yang namanya Marienbrucke (Mary Bridge), kita bisa liat kastilnya dari tempat ini dan ini bener-bener luar biasa pemandangannya. Puas foto-foto, gue pun naik ke atas menunggu giliran gue untuk masuk kastil (kita udah dapet jam masuk saat pesen tiket sebelumnya).

Tur mengitari kastil menurut gue cukup singkat, kita cuma 30 menit muterin kastil dipandu sama guide yang berbahasa Inggris. Saat di dalam kastil kita tidak diperbolehkan mengambil foto sama sekali, kecuali foto pemandangan di luar kastil. Kastilnya bagus sih, tapi secara interior masih bagusan Versailles hehe. Tapi worth it lah, masa udah jauh2 ke sini ga masuk kastil? Haha. Habis dari kastil gue muter2 di sekitar kastil sampe sore. Habis itu balik ke Munich.

img_5467

Neuschwanstein Castle dilihat dari Marienbrucke. Salah satu pemandangan terindah dalam hidup gue.

img_5524

Pemandangan di akhir tur mengitari kastil

img_5456

Di danau sekitar kastil

 

WHAT TO VISIT IN MUNICH?

Hari-hari lain di Munich dihabiskan dengan mengitari Munich. Berikut beberapa tempat yang harus dikunjungi di Munich.

1. Marienplatz

Tempat ini adalah central square-nya Munchen dan didominasi oleh New City Hall yang bangunannya bagus bangeeet. Sementara Old City Hall-nya ada di sisi lain daerah ini.

 

img_5419

Bareng Echa di Marienplatz. Echa itu temen satu organisasi di UI, yang bedanya 7 tahun (dia lebih muda) dari gue. Kalo ada traveller yang gue kenal dan lebih ngenes dari gue itu adalah Echa. Gue masih makan sandwich supermarket, dia cukup makan siang biskuit. Dia bahkan bela-belain jalan kaki selama hampir sejam dari pusat kota ke hostel biar ga keluar ongkos transport. Hahaha.

 

2. Viktualienmarkt

Sebuah kompleks pasar dimana banyak kios-kios yang menjual babi dan bir khas Bavaria. Hahaha. Surga! Orang-orang pada duduk dan ngobrol-ngobrol sambil makan babi dan bir! Gile gini aja udah rame apalagi pas Oktoberfest! Selain itu juga dijual macam-macam bahan pangan, buah dan sayuran seperti pasar pada umumnya.

 

img_5294

Kedai penjual babi-babian di Viktualienmarkt

img_5286

Nom nom nom~

img_5288

Orang yang duduk-duduk di “food court” Viktualienmarkt ini. Ruamenya!

 

3. Hofbrauhaus

Kalo kalian ada duit lebih dan ga ada masalah dengan makan babi dan minum bir, cobain deh ke Hofbrauhaus, ini adalah tempat minum bir tertua di Munchen. Tempatnya sendiri terdiri dari 3 lantai, dan rame bgt sama pengunjung. Wisatawan dan lokal pada makan di sini, ditemani dengan grup musik khas Bavaria. Gw sendiri ga mencicipi karena terhalang dana, tapi kalo suatu hari gue punya kesempatan balik lagi ke sini dengan dana yang lebih banyak, pasti ga akan gw lewatin!

 

img_5316

Hofbrauhus, tempat minum bir tertua di Munchen

img_5318

Hofbrauhaus tampak dalam. Arsitekturnya bener2 kece!

 

4. Englischer Garten

Melepas penat dari hiruk pikuk kota besar, gue melarikan diri sejenak ke Englischer Garten. Taman ini adalah taman terbesar di Munich dan jadi objek nomer wisata pertama di trip advisor. Kalau udara cerah, kalian bisa coba piknik di sini. Tempatnya cukup menenangkan.

 

img_5387

Sebagian kecil dari Englischer Garten

 

5. Nymphenburg Palace

Cuma beberapa perhentian dari hostel gue, ada sebuah istana di tengah kota Munchen. Namanya Nymphenburg Palace. Istana ini bergaya Baroque dengan bagian taman yang sangat luas.

 

img_5381

Istana Nymphenburg

 

6. Max-Joseph-Platz

Salah satu square yang cukup besar di Munchen, namanya Max-Joseph-Platz. Di tengah-tengah terdapat patung raja Maximilian Joseph, sementara di sekitarnya terdapat National Theatre, Konigsbau of the Munich residence dan Residenz Theatre.

 

img_5332

Max Joseph Platz, satu dari banyak Platz (bahasa Jerman dari Square) di Munchen

Sepertinya sudah cukup panjang dan lengkap postingan gue kali ini. Sampai jumpa di bagian terakhir postingan “40 Hari di Eropa Tengah” yaitu tentang Frankfurt. Ciao!

P.S: Untuk itinerary dan rincian biaya perjalanan saya 40 Hari di Eropa Tengah bisa klik link ini.

 

40 Hari di Eropa Tengah: Potsdam

Setelah puas menjelajah Berlin selama 3 hari, keesokan harinya gue menelusuri kota Potsdam. Potsdam adalah kota kecil di pinggiran Berlin yang terkenal dengan Istana Sanssouci-nya. Kita bisa menggunakan S-Bahn untuk menuju Potsdam Hbf dari Berlin. Potsdam terletak di zona C, jadi kalo kita dari Berlin, kita harus menggunakan tiket yang meng-cover zona C. Dari tempat couchsurfing gue sendiri jaraknya lebih dekat ke kota Potsdam daripada ke pusat kota Berlin. Jadi sangat mudah gue mengunjungi kota ini.

Gue menjelajahi Potsdam sendirian karena Jeanne sudah kembali ke Polandia untuk kembali ke Indonesia di pagi hari. Gue pergi ke Potsdam kira-kira jam 12 siang dengan kondisi cuaca hujan. Sebenarnya agak malas kalau sudah hujan begitu tapi yah masa di rumah aja ye kan? Haha. Karena mendung dan hujan hasil foto hari itu juga ga terlalu bagus, tapi pengalamannya tetep tak terlupakan.

img_3591

Keluar dari Stasiun Potsdam, setelah menyeberangi jembatan menuju pusat kota, kita langsung disuguhi pemandangan gedung berwarna pink ini – Museum Film.

 

img_3593

Kawasan old market square dengan St Nicholas Church-nya

 

img_3596

St. Nicolas Church

 

img_3601

Masih di Old Market Square, gloomy ya.

 

img_3613

Dutch Quarter in Potsdam, sebuah area yang bangunannya kaya di Belanda

img_3617

Masih di Dutch Quarter

img_3625

Potsdam city center

img_3631

Brandenburger Tor yang ada di Berlin ternyata ada juga versi Potsdam-nya!

img_3642

Istana Sanssouci tampak depan

img_3663

Ini dia Istana Sanssouci! Gloomy bener yak!

img_3678

Sanssouci, kalo diterjemahin artinya no problem hahahha.

img_3699

Chinese House di komplek Istana Sanssouci

img_3709

New Palace, salah satu istana yang juga masih berada di kompleks Sanssouci, yang ini lebih gede malah dibanding yang sebelumnya

img_3728

Di belakang New Palace ada Universitas Potsdam!

img_3738

Bangunan sebelah kiri dan kanan itu gedung universitas Potsdam, kece mampus!

Setelah setengah hari berada di Potsdam, gue pun kembali ke Berlin untuk mengambil ransel dan naik bus malam ke tujuan berikutnya, Krakow!

P.S: Untuk itinerary dan rincian biaya perjalanan saya 40 Hari di Eropa Tengah bisa klik link ini.

40 Hari di Eropa Tengah: Berlin

Setelah mengalami kesialan sebelum naik bis dari Bonn ke Berlin, akhirnya sampai juga gue di Berlin jam 7 pagi tanggal 30 Agustus 2016. Gue turun di Berlin ZOB (Zentral Omnibus Bahnhof) yang sangat luas, tempat pemberhentian bus-bus dari dan menuju Berlin. Gue harus menunggu temen gue si Jeanne, yang baru akan datang jam 11 pagi. Jeanne adalah salah satu temen kuliah gue di Sastra Prancis UI, dia ke Polandia dalam rangka seminar dan kursus bahasa musim panas selama 1 bulan. Di akhir perjalanannya, dia menyempatkan liburan sama gue di Berlin selama 4 hari. Jeanne berangkat dari Praha ke Berlin, karena dia habis jalan-jalan di Praha.

Empat jam menunggu di terminal bus adalah waktu yang cukup lama, ditambah tidak ada wifi di tempat tersebut. Gue yang masih dalam keadaan ngantuk, sempat tidur beberapa kali di bangku terminal bus. Sempet juga bolak balik ke WC dimana sekali masuk bayar Rp 7500 (alias 50 cent). Agak susah memang travelling sendirian, bawa backpack yang cukup besar dan harus bolak balik ke wc dengan membawa backpack ke dalam wc, ga bisa nitip terus minta jagain gtu maksudnya. Tapi gapapa lah, asal lantai wc ga kotor.

Waktu menunjukkan pukul 11 lewat, akhirnya bis Eurolines yang dinaiki Jeanne datang juga. Gue jemput dia di depan bus, kita pun berteriak kegirangan bisa bertemu satu sama lain, setelah 1 tahun tidak berjumpa. Gue selalu senang bertemu teman (baik) dari Jakarta, yang sedang travelling ke Europe. Rasanya bahagia banget, ketemu temen lama, bisa cerita segala hal kisah kehidupan gw di Prancis selama ini, dan bisa nostalgia macem-macem. Hmm.. I think I miss Jakarta a lot 😛

Kami pun makan siang terlebih dahulu di restoran Cina sebelah halte bis. Sebenernya gue ga makan sih, karena harga makanannya di atas 5 Euro. Jadi Jeanne saja yang makan, gue makan burger McD 1 Euro saja setelah menemani Jeanne makan. Kasian ya? Hahaha. Yah emang gtu cara pengiritan ala gue. Hampir ga pernah gue membeli makanan di atas 5 Euro saat sedang travelling ke luar negeri. Kalo ada makanan 1 Euro, ngapain beli yang mahal? Haha.

Selepas dari terminal bis, kami langsung menuju ke rumah host couchsurfing di Berlin yang sudah saya pesan dari sebulan sebelumnya. Kebetulan gue dapet host orang Indonesia. Bukan kebetulan sih, emang nyarinya orang Indonesia biar kemungkinan diapprovenya lebih besar. Rumah host gue ini ga di pusat kota Berlin tapi bisa diakses dengan menggunakan S-Bahn, masih di zona 1, nyaris masuk ke zona 2 haha. Host gue namanya Atika, dia udah 11 tahun tinggal di Jerman, dari sejak kuliah sarjana sampai sekarang dia lagi PhD. Keren yak? Dia punya kucing lucu yang namanya Pedro. Habis sampai di rumahnya, taruh barang-barang dan ngobrol beberapa saat, gue dan Jeanne pun jalan menuju pusat kota Berlin, untuk makan sore di tempat hits yang namanya Burgermeister (terletak di Jalan Oberbaumstrasse, U1 stop-Schlesisches Tor). Di sini dijual burger (dan kentang) dengan harga 4-5 Euro. Tempat ini sangat terkenal, sampai-sampai pas kita datang antriannya panjang banget. Tempatnya berupa kios kecil, di dekat stasiun U-Bahn. Kios ini menyediakan beberapa meja di luar gue dan Jeanne mencari taman terdekat untuk duduk-duduk sambil makan. Kami memesan yang paling populer, Meistaburger, rasanya enak, si Jeanne sampe pengen makan ini lagi besok-besok. Haha. Habis makan, kita menyambangi Brandenburger Tor, gerbang ikonik khas kota Berlin dan juga Reichstag Building, gedung parlemen di Berlin. Sebenernya kita bisa naik ke atas Reichstag untuk melihat Berlin dari atas dengan gratis.Tapi gue dan Jeanne memilih untuk duduk-duduk saja di taman depan Reichstag sambil menikmati senja.

img_3361

Kedai Burgermeister tampak depan

img_3364

Burger-burger kami :9

1469916712309

Bersama Jeanne di benteng ikon kota Berlin. Yippie!

img_3399

Reichstag Building

Setelah itu kami menuju Alexanderplatz, salah satu pusat nongkrong anak muda Berlin, dimana sedang ada bazaar yang menjual makanan dari berbagai negara. Si Jeanne membeli cemilan, lalu kita juga membeli sereal untuk sarapan esok harinya di supermarket DM dekat situ. Di Alexanderplatz ini juga terdapat menara pemancar Berlin Tower dan Galeria (semacam pusat perbelanjaan kecil). Lalu kamipun pulang dan beristirahat di rumah Atika.

img_3404

Berlin Tower di Alexanderplatz

Keesokan harinya, kami memulai perjalanan dengan mendatangi Holocaust Memorial, sebuah tempat peringatan untuk para korban Yahudi yang dibantai saat Holocaust yang dilakukan oleh Nazi. Tempatnya sendiri terdiri dari kotak-kotak berwarna abu-abu dengan berbagai ukuran. Para turis dilarang naik ke atas kubik-kubik ini, mungkin takut rusak. Kami menyimpulkan, dengan adanya tempat ini dan tempat lain yang menceritakan soal Nazi dan Yahudi, Jerman tidak malu mengakui sejarah bangsanya yang kelam. Habis itu kita makan siang hotdog (lagi) di dekat situ. Perjalanan berlanjut ke Tiergarten, taman yang sangat luas di sebelah Holocaust Memorial. Keluar dari situ, kita tak sengaja menemukan Soviet War Memorial, salah satu tempat ingin dikunjungi oleh Jeanne. Terus menyusuri jalan, kamipun sampai di Berlin Victory Column, sebuah monumen tinggi untuk memperingati kemenangan Prussia dalam Perang Denmark-Prussia. Setelah itu kami berjalan kaki ke Bellevue Palace, tempat kediaman presiden Jerman sejak tahun 1994. Setelah berfoto-foto di luar, kami menaiki bis nomer 100 menuju Kaiser Wilhem Memorial Church. Katanya, kalo kita tidak punya banyak waktu, kita bisa menaiki bis nomer 100 ini keliling Berlin, karena rutenya melewati banyak tempat wisata di sini. Gerejanya sendiri sangat unik, karena terlihat hanya setengah bangunan dan tidak utuh. Konon katanya, separuh gereja ini runtuh saat pengeboman Berlin di Perang Dunia ke-2. Runtuhan ini dibiarkan begitu saja seperti adanya sehingga menjadi tujuan wisata sampai saat ini. Di sebelahnya, dibangun gereja yang baru, yang lebih rendah dan sangat modern. Tempat ini yang sekarang digunakan untuk misa.

img_3427

Holocaust Memorial, bentuknya unik dan cukup fotogenik

img_3431

Soviet War Memorial, ga sengaja nyampe sini

img_3442

Bellevue Palace

img_3446

Kaiser Wilhem Memorial Church yang sebagian runtuh terkena bom di Perang Dunia II

Kamipun melanjutkan perjalanan ke Potsdamer Platz, jantung kota Berlin dimana banyak pusat perkantoran dan gedung-gedung modern. Saat itu hujan, dan kami berteduh di museum Dali. Kami menemukan bahwa di dekat situ ada Spy Museum, Jeanne yang demen banget sama dunia mata-mata dan detektif, pengen mampir ke sana. Yasudah, dia masuk ke dalam sementara saya duduk di luar menunggu dia di lobby. Setelah itu, kami mampir ke Pizza Hut untuk makan malam, lalu ke Sony Center. Salah satu pusat perbelanjaan yang futuristik. Jujur sih, tempat ini gak kaya gambar2nya di google. Biasa banget tempatnya haha. Di sini kami bertemu dengan Atika untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Checkpoint Charlie bertiga. Checkpoint Charlie adalah salah satu tempat tujuan wisata terkenal di Berlin. Tempat ini tadinya merupakan perbatasan Jerman Barat dan Jerman Timur, setiap individu yang lewat akan dicek oleh polisi perbatasan. Masih berbau sejarah, kami menuju ke Eastside Gallery, sisa tembok berlin yang berada di sebelah timur dan penuh dengan grafiti dan gambar-gambar yang unik. Sangat cocok dijadikan background foto. Sayang sekali, hujan mulai turun saat kami di tempat ini. Hujan makin lama makin deras, dan terjadilah hujan badai. Wow! Kami berjalan cukup jauh sampai akhirnya menemukan stasiun U-Bahn. Ga nyangka bakal ada hujan badai di musim panas yang seharusnya cerah. Payungnya si Jeanne pun sampai rusak karena terpaan angin kencang. Baju kami sudah basah semua, payung saja tak cukup untuk menahan hujan angin. Akhirnya sampai juga kita di stasiun U-Bahn dan langsung pulang ke rumah.

1470002723819

Checkpoint Charlie bersama Jeanne dan Atika

img_3480

Kehujanan di Eastside Gallery -sebelum payung Jeanne rusak

1 Agustus, awal dari bulan baru, hari ketiga kami menjelajahi Berlin. Ini adalah hari terakhir saya travelling sama Jeanne karena keesokan paginya dia harus sudah kembali ke Polandia untuk pulang ke Jakarta. Seperti biasa, kami tidur sampai siang dan baru berangkat saat menuju makan siang. Kami makan di kedai bernama Konnopke’s Imbiss (U stop Eberswalder Strasse), salah satu tempat yang juga sangat terkenal. Kedai ini menjual snack khas Jerman, currywurst! Currywurst dan kentang dibanderol dengan harga 3.5 Euro.Rasanya enak! Perut kenyang, kamipun melanjutkan petualangan di kota penuh sejarah ini ke Berlin Memorial Wall. Di tempat ini kita bisa melihat sisa tembok Jerman di sebelah utara. Temboknya cukup panjang, ada beberapa bagian yang temboknya sudah tidak ada dan hanya tinggal pilarnya doang. Di sini banyak cerita mengenai sejarah Jerman Barat dan Jerman Timur, dalam bentuk suara. Juga ada salah satu komplek pemakaman yang sempat dipindahkan karena dibangun tembok Berlin. Di sebelahnya terdapat gedung dimana kita bisa melihat tembok Berlin dari atas dan bisa juga melihat menara pos penjagaan tentara Jerman yang dulu digunakan sebagai tempat para tentara memantau siapa saja yang nekat memanjat tembok Berlin untuk menyeberang dan langsung menembaknya di tempat saat itu juga. Kebayang gue betapa ngerinya.. Masih soal tembok Berlin, Jeanne, yang suka banget sama sejarah, cerita sebuah kisah dimana seorang mahasiswa PhD memiliki rumah di Jerman Barat dan kampusnya di Jerman Timur, di hari saat dia  harus sidang disertasi, tembok Berlin mulai dibangun, diapun tak bisa lagi pergi ke kampusnya yang berada di Jerman Timur. Kebayang sedihnya jadi itu anak..

img_3496

Tampak depan kios Konnopke’s Imbiss, sepertinya salah satu tempat jualan currywurst tertua, sejak 1930 bo!

img_3497

Currywurst-enak, murah dan kenyang

img_3500

Sisa-sisa tembok Berlin

img_3588

View landscape tembok berlin-terdiri dari 2 lapis tembok, di tengahnya ada menara pemantau. Yang berani lewat, langsung ditembak!

img_3558

Katedral Berlin dan kanalnya

img_3580

Katedral Berlin

Selesai ke tempat-tempat bersejarah, kami menuju Alexander Platz untuk berjalan ke arah Berlin Cathedral dan sekitarnya. Katedral Berlin atau Berliner Dom ini sangatlah bagus, dia dikelilingi kanal. Sayang, untuk melihat bagian dalam katedral dipungut biaya, jadilah kita tidak masuk. Di belakang katedral ada sebuah komplek museum yang disebut Museum Island, terdiri dari Old Museum, New Museum, Old National Galery, Bode Museum dan Pergamon Museum. Sementara di sebelah kanan katedral, dipisahkan oleh kanal terdapat Museum DDR, museum interaktif yang menunjukkan cara hidup masyarakat Jerman Timur saat masih dipisahkan oleh tembok Berlin. Kita bisa merasakan bagaimana jadi orang Jerman Timur dengan berbagai game dan pameran menarik di museum tersebut. Sayang, gue tidak masuk ke dalam. Hanya Jeanne saja yang masuk. Tadinya Jeanne dapat info dari temannya kalau DDR Museum adalah museum militer, makanya gue ga mau masuk dan memilih menunggu di luar. Eh, setengah jam setelah Jeanne masuk gue iseng2 liat lobby museum itu dan gue baru tau kalo itu museum menceritakan kehidupan orang Jerman Timur. Tau gitu gue mau masuk ke museum itu! Huff! Masuk sekarang juga udah telat, takutnya malah ga ketemu Jeanne dan berujung cari-carian. Yaudahlah, mungkin next time..

Rasanya hampir semua tempat populer telah kami jelajahi, kami pun memutuskan menutup hari dengan naik bis 100 dari Berliner Dom untuk memutari kota Berlin sampai ujung (Botanical Garden) dan kemudian kembali lagi ke ujung satunya di Alexander Platz.

Overall, perjalanan di kota Berlin ini sangat menyenangkan, gue belajar banyak sejarah di kota ini. Dari sejarah nazi, holocaust dan juga pemisahan Jerman Barat dan Jerman Timur. Rasanya seperti kembali ke masa lalu, dan terbayang betapa mengerikannya saat itu, saat semua pembantaian tersebut terjadi. Saya beruntung jalan di Berlin ditemani oleh Jeanne, karena dia penggila sejarah, dia menceritakan banyak hal tentang sejarah Jerman yang tidak saya tahu. Dan menjadikan saya semakin suka kota ini.

P.S: Untuk itinerary dan rincian biaya perjalanan saya 40 Hari di Eropa Tengah bisa klik link ini.

 

40 Hari di Eropa Tengah: Paris dan Bonn

Kalo dari judulnya agak aneh ya, Paris dan Bonn itu kan letaknya bukan di Eropa Tengah, tapi kenapa gue tulis seperti itu? Karena 2 kota itu masuk dalam rangkaian liburan musim panas gue tahun 2016 ini, yang didominasi dengan negara di Eropa Tengah. Paris dan Bonn hanyalah awal dari perjalanan solo travelling gue selama 40 hari. Sebenernya gue juga udah pernah ke 2 kota ini, jadi gue cukup santai di sini dan cuma main-main sama teman aja, ga ada ambisi ngeliat macem-macem lagi.

Oke, jadi perjalanan gue dimulai di Paris tanggal 19 Agustus 2016, gue di sana menghabiskan 5 hari untuk bertemu dengan teman-teman gue. Kebetulan ada temen kampus gue di UI dulu yang lagi jalan-jalan ke Paris, namanya Rio, jadi gue main sama dia dan sama temen gue satu lagi, Rezzy, yang pernah gue ceritain di post tentang Paris sebelum ini. Dulu kita bertiga pernah mimpi bakal ke Paris bareng2, ngupi2 di deket menara eiffel. Eh kesampean! Hahahha. Selain itu, gue ke Paris jg bertemu teman2 yg lain.

Yuhuuu, we are in Paris!

Tanggal 23 Agustus gue beranjak ke Bonn, Jerman dengan menggunakan Flixbus seharga 25 Euro, transit sekali di Brussels. Ada kejadian aneh dengan bus gue dari Brussels ke Bonn. Jadi gue dan para penumpang lain menunggu si Flixbus yang tak kunjung datang, agak aneh karena Flixbus yang pernah gue naikin selalu on time. Terus tiba2 ada satu orang nanya ke Megabus tujuan Koln, si Flixbus yang ke Bonn itu mana, eh si supir Megabusnya bilang, naik ini aja. Lah? Kok aneh bener, gue tau sih Flixbus sama Megabus udah merger. Dan emang, Koln itu deket banget sama Bonn, tapi masa ujuk ujuk ga ada pemberitahuan apa-apa sebelumnya bisa langsung naik Megabus? Tapi karena supirnya bilang begitu ya kita manut-manut aja, daripada ditelantarkan bis yang tak kunjung datang. Gue pun naik megabus dengan dag dig ser, gimana kalo ini bis kaga berenti di Bonn. Setengah jam setelah menaiki megabus, gue dapet pemberitahuan dari pihak flixbus kalo bisnya telat 5 jam! Tanpa ada embel-embel diganti megabus atau apa. WTF! Makin panik lah gue, apa emang seharusnya gue ga naik bis ini? Beberapa jam kemudian bis ini tiba di Bandara Koln dan Bonn. Ternyata bandara kedua kota itu disatuin. Bis ini berhenti di situ. Gue pun tanya sama si supir apa bis ini berenti di Bonn, dan dia jawab engga! Kalo mau turun musti di sini! What?! Yaudah akhirnya gue dan 5 orang lain yang emang mau turun di Bonn turun dari megabus itu, sambil bertanya2 gimana caranya ke kota Bonn dari airport. Si 5 orang lain ini ternyata turun di Bonn cuma buat transit doang, mereka akan melanjutkan perjalanan ke Barcelona. Gile, makin deg-degan lagi jadi mereka. Mereka cuma bisa transit di Bonn selama 1 jam. Akhirnya dengan dibantu sama orang Jerman, kita menemukan bis buat ke Bonn, dan harus membayar 8 Euro. Tidak! Biaya tak terduga harus dikeluarkan. Tapi yaudahlah, gimana lagi, bagus bisa nyampe Bonn. Sesampainya di rumah Laura gue meng-email flixbus atas kejadian tidak mengenakkan ini. Gue minta ganti pengeluaran gue sebesar 8 Euro, tapi sampe detik ini e-mail gue ga dibalas sama flixbus GRRR.

Keesokan harinya, gue sama Laura berencana nonton Startrek di bioskop. Gue sih sebenernya ga gt doyan, tapi ngikut aja, filmnya pake asli bahasa Inggris juga, ga didubbing ke Bahasa Jerman (oya, fyi, film-film di eropa itu hampir semuanya didubbing ke bahasa negaranya. Misalnya di Prancis didubbing jadi bahasa Prancis. Buat kita yang udah biasa denger pake bahasa aslinya, rasanya aneh banget. Cuma ada sedikit film, yang biasanya terkenal, yang dibiarkan tetap dalam versi aslinya). Habis nonton startrek, kita ke Bierborse. Festival bir dari seluruh penjuru dunia di mana terdapat berbagai bir dari berbagai negara. Gue sendiri ga beli bir, malah beli slushy hahaha. Lebih menarik itu buat gue daripada bir 😛

IMG_3298

Pusat kota Bonn

IMG_3275

Suasana di Festival Bir

IMG_3282

Laura minum bir, saya minum slushy (yang diumpetin :P)

IMG_3283

Salah satu stand bir

5 hari ke depan karena Laura kerja, gue jadi cuma diem aja di kamarnya Laura, kadang-kadang keluar buat jalan-jalan, tapi ga ada ambisi mau kemana mana, karena udah pernah juga ke Bonn. Waktu-waktu ini gue gunakan buat cari couchsurfing selama liburan ke Eropa tengah nanti. Hahah. Jadi intinya gue ke Bonn, cuma numpang hahahaha. Sekalian main sama Laura 😀

Hari Jum’at tanggal 29 Juli malam, gue bersiap pergi ke Berlin dengan menggunakan Polskibus. Gue agak waswas, karena tiketnya itu tiket Polskibus, tapi emang ditulis (ga bener-bener ditulis jadi gue ngira-ngira doang) kalo bakal naik Flixbus, karena dia bekerja sama dengan Flixbus. Bener aja, pas gue nyampe sana yang ada cuma Flixbus, dengan rute dan waktu yang sama dengan yang tercantum di tiket. Gue pun nyamperin supirnya dan jengjeng! Dia bilang nama gw ga ada di daftar penumpang Flixbus. Damn kesialan apaan lagi nih? Langsung panik lah gw. Si supir ini ga gt bisa bahasa Inggris, tapi untung si Laura nganterin gue dan dia ngomong sama Laura pake bahasa Jerman. Si Laura udah jelasin kalo ini polski ada kerjasama sama flixbus dan emang di tiketnya tertera kalo gue bakal naik flixbus. Cuma si supir kekeh gue ga bisa naik karena ga ada nama gue. Bahkan dia ga tau kalo ada kerjasama antara Flixbus dan Polskibus. OMG. Gue coba telp ke customer service Polskibus ga diangkat sama sekali karena itu udah jam 10 malam. Gue panik. Gue ga punya pilihan lain selain beli lagi itu tiket Flixbus on the spot, yang which is sangat mahal, 50 Euro. Sementara gue beli tiket Polskibus cuma 20,35 Euro. Dengan segala ketidakrelaan yang ada, akhirnya gue ngasi lembaran 50 Euro-an sama supir bisnya. Transport termahal sepanjang gue jalan-jalan keliling Eropa satu tahun belakangan :((( Akhirnya gue naik bis, udah mau nangis tuh di dalem bis. Sambil bilang dalam hati, kenapa gue baru mulai trip Eropa tengah udah sial banget ya. Moga2 ini jadi kesialan terakhir gue..

Anyway, besokannya akhirnya gue hubungi customer service Polskibus dan diganti uang gue sebanyak 20.35 Euro. Gue sih ngarepnya 50 Euro yang diganti ya, secara harga pas pertama gue beli bukan segitu. Tapi ya mayanlah daripada lu manyun..

P.S: Yang mengharap isi informatif dari postingan ini, maap banget ya, isinya cuma curhatan kesialan bersama bis-bis ini. Hahaa. Mungkin harusnya judulnya “Drama di Dalam Bus”..

Oiya, kalo mau baca tulisan yang lebih informatif tentang Paris dan Bonn bisa diintip di post ini (untuk Paris) dan ini (untuk Bonn). 

 

40 Hari di Eropa Tengah: Itinerary dan Biaya

Musim panas telah berakhir! Besok sudah masuk kuliah lagi. Masih kebayang-bayang rasanya summer trip gue yang 40 hari kemarin. Berhubung masih segar di ingatan, jadi gue ngepost tentang summer trip dulu ya. Post2 lain yang sebelumnya (kebanyakan jalan2 sih), dipending dan bakal dibuat setelah rangkaian post summer trip. Postingan tentang summer trip akan dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian pertama adalah itinerary secara keseluruhan (beserta rincian biaya) dan bagian kedua ketiga, keempat dan seterusnya adalah tentang cerita di masing-masing kota (ada di hyperlink kota-kota di bawah). Di postingan ini gue cerita tentang itinerary dan biayanya dulu ya.

—-

Musim panas kemarin gue solo travelling selama hampir 40 hari di Eropa Tengah. Jalan-jalannya sendiri cukup santai, satu kota kira-kira 3 malam, jadi ga keburu-buru dan bisa bangun siang untuk menjaga stamina tetep fit dan ga kecapekan. Gue pergi dari 1 kota ke kota lain dengan menggunakan bis. Untuk penginapan, gue menginap di couchsurfing dan juga hostel. Kota-kota yang gue datengin adalah Bonn (Jerman), Berlin (Jerman), Krakow (Polandia), Budapest (Hungaria), Vienna (Austria), Bratislava (Slovakia), Praha (Ceko), Salzburg (Austria), Munchen (Jerman), Frankfurt (Jerman).

Jujur, gue agak takut pas trip ini karena ini pertama kalinya gue pergi selama ini, 40 hari dan sendirian pula ! Untuk penginapan juga gue tidak bisa memastikan dari awal, karena masih menunggu dapat atau tidaknya couchsurfing. Kalo ga dapet baru cari hostel. Jadi deg-degan aja, gimana kalo ntar gue ga dapet tempat tinggal, gimana kalo tiba2 duit gue habis di jalan (secara budget gue terbatas banget), gimana kalo ntar gue sakit di jalan, gimana kalo ntar gue kecapekan dan jadi hilang minat selama travelling, dan berbagai ketakutan lain di dalam otak gue. Ternyata, ketakutan tersebut tidak terbukti sama sekali. Hanya ada beberapa kejadian sial di trip kali ini dan overall itu ga mengganggu trip gue. Setelah travelling pun gue merasa sangat senang, bahkan jadi ketagihan trip selama itu lagi. Sekarang setelah pulang, gue merasa agak hampa, pengen travelling dan pindah-pindah kota lagi tiap harinya. Okedeh, daripada kebanyakan curhat, langsung aja gue share itinerary-nya!

Berikut itinerarynya:

19-23 Juli: Paris dan sekitarnya ketemu sama temen2 gue

23 Juli : Paris-Bonn (Jerman) → 25 Euro, Flixbus

Di Bonn gue menginap di tempat teman selama seminggu. Gue sebenernya pernah ke sini, tapi emang pengen main aja lagi..

29 Juli: BonnBerlin → 20.35 Euro, Polskibus (di sini ada kesialan saat naik bus. Jadi di tiket yang gue beli di Polskibus, ditulis kalo gue akan naik Flixbus karena mereka punya kerjasama. Tapi begitu sampai di TKP gue ditolak sama Flixbus karena nama gue ga ada di daftar penumpangnya dia. Asli panik banget, dan gue ga ada jalan lain selain beli tiket bus lagi on the spot dan itu seharga 50 Euro! Asli kesel banget dan pengen nangis, baru awal trip udah kehilangan duit segitu. Akhirnya gue komplain ke pihak Polskibus dan duit gue yang 20.35 Euro dirembourse. Tapi yang 50 Euro tetep melayang. Mayan lah daripada lu manyun)

Di Berlin gue menginap selama 3 malam di tempat couchsurfing, kebetulan gue nyarinya orang Indonesia biar kemungkinan diterimanya lebih besar.

Berikut tempat-tempat yang gue datengin di Berlin: Brandenburger Tor, Reichstag Building, Check point Charlie, East side Gallery, Berlin Memorial Wall, Holocaust Monument, Berlin Cathedral, Museum Island, Alexanderplatz, Potsdamer Platz.

Di hari terakhir gue ke kota sebelah yang deket banget sama Berlin (bisa naik S Bahn) yaitu Potsdam. Kotanya sendiri bagus, kecil tapi ada istana Sanssouci yang terkenal.

3 Agt: BerlinKrakow → 13.8 Euro, Polskibus (sengaja ambil bis malam biar bisa menginap di bis dan mengurangi biaya penginapan)

Di Krakow gue menginap selama 2 malam di tempat couchsurfing, yang lagi-lagi orang Indonesia, dan ternyata dulu pernah satu fakultas sama gue! Haha. Dunia sempit..

Tempat-tempat yang dikunjungi di Krakow: Main Square, Wawel Castle, St. Mary’s Basilica, Oscar Schlinder Factory (liat dari luar aja), Jewish Quarter (di sini ada food court kecil tempat makanan khas Polandia murah-murah dijual. Zapikanki, sejenis baguette Polandia, ada dari harga 1-3 Euro dan bisa buat dimakan berdua).

5 Agt: KrakowBudapest → 8 Euro, Polskibus

Di Budapest gue menginap di couchsurfing, kali ini orang Hungaria asli yang super baik, selama 3 malam.

Tempat yang gue datengin: Buda castle, Fisherman Bastion, Matthias Church, Parliament Building, St. Stephen’s Basilica, Chain Bridge, Hosok Tere, Citadella (wajib liat night view dari sini, bener2 breathtaking).

8 Agt: BudapestVienna → 9 Euro, Regiojet (baru pertama kali naik regiojet, bus ini kece banget. Harga murah tapi fasilitas kaya pesawat, ada layar kecil di setiap bangku, bisa nonton, dengerin musik, dll; dikasi hot drink, bisa pilih kopi atau cokelat; dipinjami headset dan dipinjami koran)

Di Vienna gue nginep di rumah temennya temen, selama 3 malam.

Tempat yang dikunjungi: Hofburg Palace, Schonbrunn Palace, Belvedere Palace, State Opera, Ring road, Albertina, Museum’s Quarter, Rathaus, Karlskirche, City Centre

11 Agt: ViennaBratislava → 1 Euro, Regiojet (dengan fasilitas pesawat, gue bingung dia dapet untungnya darimana haha)

Di Bratislava gue menginap di host couchsurfing selama 1 malam (host gue pernah dapet beasiswa belajar bahasa Indonesia selama 1 tahun dan dia ngajak temen-temennya org Bratislava yang pernah tinggal di Indonesia juga buat ketemu gue. How cool!). Karena dia cuma bisa ngehost gue selama semalam, maka gue mencari hostel untuk 2 malam selanjutnya. Gue menginap di hostel Possonium: 19 Euro per malam.

Tempat yang dikunjungi: City centre, Michael’s gate, St. Martin’s cathedral, Devin castle (yang ini agak jauh di pinggir kota tapi bagus!), Blue church, Slavin Memorial, Bratislava castle

14 Agt: BratislavaPraha → 10 Euro, Regiojet

Di Praha gue menginap di Hostel Plus selama 3 malam, biaya 7 Euro per malam

Tempat yang dikunjungi: Charles Bridge, Old Town Square, Astronomical Clock, Wenceslas Square, Prague Castle, Jewish Quarter, Dancing House, Lennon Wall, Infant Jesus of Prague (Church)

17 Agt: PrahaSalzburg

Karena biaya bis langsung cukup mahal maka gue memutuskan untuk transit dulu di Munich, dengan rincian sebagai berikut: PrahaMunich → 9 Euro, Eurolines dan MunichSalzburg → 7 Euro, Flixbus

Di Salzburg gue menginap di Hostel Jufa selama 2 malam, harga per malam 26 Euro (biaya penginapan paling mahal selama trip ini, makanya ga mau lama-lama di Salzburg)

Tempat yang dikunjungi: Hohensalzburg castle (dari luar, soalnya masuknya bayar; tapi pemandangannya di atas bukit gitu, bagus), Old Town, Mirabell Garden, Hellburn palace, Nonnberg Abbey, Schloss Leopoldskron.

Kalo punya banyak waktu, gue bakal ke Hallstatt, kota deket sini yang katanya bagus banget dan juga ikut tur mengelilingi danau dan gunung di sekitar Salzburg, yang kece berat. Guengnya ga kesampean, maybe next time!

19 Agt: SalzburgMunich → 9 Euro, flixbus

Di Munich gue menginap selama 4 malam di The Tent Hostel. Hostel ini konsepnya tenda yang sangat unik (akan dibuat postingan sendiri mengenai hostel ini). Gue menginap 2 malam di bunkbed (12 Euro semalam) dan 2 malam di matras (8 Euro semalam).

Tempat yang dikunjungi: Neuchwanstain Castle (tujuan ke Munich emang pengen liat istana ini, jaraknya 3 jam dari kota Munich), City centre, Marienplatz, Rathaus, Englischer Garten, Nymphenburg Palace, Viktualienmarkt, Odeonsplatz.

23 Agt: MunichFrankfurt → 1 Euro, Megabus (gue mendapat sisa-sisa tiket murah Megabus yang terakhir, karena habis ini dia merger sama Flixbus dan harga tiketnya jadi lebih mahal)

Di Frankfurt gue menginap selama 3 malam di tempat teman, sebenernya ke kota ini karena ingin bertemu teman-teman saja.

26 Agt: FrankfurtParis → 19 Euro, Eurolines

Keterangan tambahan:

Gue mencari tiket bus dengan bantuan goeuro.com; di mana kita bisa membandingkan harga 1 bus dengan bus lain, bahkan bisa membandingkan dengan tiket pesawat dan kereta juga. Kalo dilihat dari rutenya agak sedikit muter-muter, karena disesuaikan dengan tiket dengan destinasi termurah.

Untuk makanan, makanan di Eropa Tengah tidak terlalu mahal, contohnya saja di Krakow gue mendapatkan full lunch set dengan harga 3 Euro. Di Budapest dan Praha yang notabene mata uangnya berbeda dari Euro juga tidak terlalu mahal. Sisanya, bila kotanya mahal seperti Salzburg, gue membeli sandwich 2 Euro-an di supermarket.

Dalam perjalanan ini gue banyak mengikuti Free Walking Tour, agar mendapat gambaran sejarah kotanya dengan lebih baik. Tur sejenis ini bisa dicari di google, dengan mengetikkan free walking tour + nama kota tujuan. Turnya sendiri gratis, tapi kita harus memberi tips. Setelah tanya ke beberapa orang tips normalnya, gue cuma ngasih 2 Euro-an aja.

Oya, gue cuma bawa backpack 32 liter (bawa bajunya cuma 7 helai), di sana gue sempat mencuci 2 kali. Satu di tempat teman di Bonn dan satu lagi di Hostel Possonium di Bratislava.

Total biaya transportasi : 132, 15 Euro

Total biaya akomodasi: 151 Euro

Total semua pengeluaran (termasuk transportasi dan akomodasi) selama 40 hari: Sekitar 700 Euro atau Rp 10 juta-an.

IMG_4263

One of the breathtaking view that I’ve seen during my summer trip. Guess where?

 

Travelling ke Barat Jerman (3): Bruhl-Cologne

Setelah menjelajah Bonn kemarin, hari ini gue akan meninggalkan Bonn dan rumah Laura yang hangat hahahahha. Agenda hari ini adalah ke satu kota yang namanya Bruhl, yang letaknya antara Cologne dan Bonn, dimana ada Augustusburg Palace, salah satu istana warisan UNESCO, kemudian balik ke Cologne dan jalan-jalan di sana sambil nunggu Megabus pulang ke Mulhouse jam 10 malam.

Augustusburg Palace ini letaknya persis di depan stasiun kota Bruhl. Dari luar keliatan banget bentuknya simetris, macam istana-istana Prancis. Istana ini bergaya Rococo dan disebut2 sebagai salah satu istana Rococo yang pertama dibangun di Jerman. Untuk masuk ke dalam gue harus membayar 5 Euro (harga pelajar). Begitu masuk ke dalam.. Jreng jreng jreng! Istananya bagus bangettt! Pantes ga boleh motret (oops, ketawan deh gue motretnya diem2). Istana ini dibangun dengan mandat dari Elector dan Uskup Cologne Clemens August pada tahun 1725. Ceritanya memang dia menghambur-hamburkan duit banget buat ngebangun istana ini. Langsung aja intip fotonya ya!

IMG_4316

IMG_4327

IMG_4331

Di luar, ada taman gede banget yang bentuknya juga simetris. Katanya taman ini dibangun oleh salah satu murid dari arsitek taman di Istana Versailles. Keren ! Pas jam makan siang, gue makan dengan bekal dari Laura, tongseng ! Hahahhaa. Indahnya dunia, bisa makan makanan Indonesia beberapa hari ini. Makasih Laura! :* (ssstt.. Laura ini punya catering loh di Bonn, yang ada deket situ dan kangen makanan Indo, mungkin bisa kontak dia hahahhaha). Sayangnya acara makan di pinggir taman ini kurang begitu nikmat, karena diganggu oleh angin kencang yang bikin gue kedinginan. Hahaha. Gue pun segera cus setelah selesai makan. Gue kemudian muterin taman yang segede alaihim. Sempet pengen ke rumah tempat Augustusburg berburu dan memanah buruannya juga, tapi jaraknya agak jauh dari taman tersebut.

IMG_4337

IMG_4350

Tongseng!!

IMG_4369

IMG_4391

Puas di istana Augustusburg, yang menurut gue recommended banget, gue pun menuju Cologne untuk menjelajah Cologne, sekali lagi..

Sampai di Cologne, gue melewati Katedral lagi, yang tepat berada di samping stasiun Cologne, kemudian jalan-jalan ke pusat kota yang juga terdapat kota tua. Tujuan pertama adalah melihat Museum Tina Farina, orang yang membuat Eau de Cologne. Sayangnya hari itu tidak ada kelompok tur berbahasa Inggris, adanya Bahasa Jerman, jadi ga bisa menjelajah museumnya. Untuk masuk museum ini kita harus mengikuti kelompok tur yang sudah ditentukan jamnya setiap harinya. Ga boleh main ngeloyor masuk gitu sendirian. Di bagian depan museum, dijual berbagai pernak Pernik dan tentunya Eau de Cologne. Asli ! Masih dari bahan yang sama yang dibuat oleh penemunya, si Farina ini. Btw, Farina ini cowok loh, kaya cewe ya namanya! Hahahha.

Selain Farina, ternyata di sini ada juga Eau de Cologne lain yang cukup besar. Bisa dibilang dia meniru Farina, tapi karena beda jenis, ga tau juga sih bisa dibilang meniru apa ga. Yang jelas gedungnya lebih gede dan modern daripada si museum Farina, makanya keliatan dia yang lebih menonjol.

IMG_4417

Old city

IMG_4422

Farina Museum

IMG_4425

Farina Museum, eau de cologne di mana2

IMG_4436

Rhein river

IMG_4413

Habis itu gue ngider-ngider lagi di pusat kota sambil makan french fries ala German ! Hahahha. Bisa dibilang french fries ini porsinya cukup besar, sampe gue ga abis dalam sekali makan. Hahahha.

IMG_4431

Perjalanan pun dilanjutkan ke Old Town kemudian ke sungai Rhine lagi. Di sepanjang sungai Rhine ada bangunan warna warni yang cakeppp banget hihi. Sebenernya itu adalah restoran, tapi bangunannya kece banget dan Instagram-able. Haha.

IMG_4437

Colorful house near the river

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 dan gue udah cape jalan-jalan. Megabus masih 3 jam lagi, bengong di depan sungai Rhine juga ga mungkin, karena udaranya dingin mampus. Akhirnya gue memutuskan melipir ke Coffee Bean buat menghangatkan diri, ngecharge sekaligus nge-wifi. Hahahha. Btw, toilet di Coffee Bean ini ada kodenya. Dan kita dikasih kode sama Baristanya saat melakukan transaksi pembelian. Hal ini untuk mencegah sembarang orang pipis gretongan di sana hahahah. Boleh juga idenya!

Akhirnya setengah 10 tiba! Gue pun berjalan ke arah halte Megabus untuk pulang ke Mulhouse. Auf Wiedersehen Germany! 😀 😀

IMG_4448

Travelling ke Barat Jerman (2): Bonn

Setelah menjelajah sedikit Cologne dan Dusseldorf, hari Minggu, 20 September 2015, gue menjelajah Bonn. Berhubung ini hari Minggu, jadilah gue jalan-jalan ditemani Laura.

Hari itu kami makan siang empal gepuk buatannya Laura. Rasanya, beuh, enak! Hahhaa. Udah lama ga makan makanan Indonesia, ketemu lagi rasanya super menyenangkan! Habis itu kita pergi ke Istana Drachenfels yang letaknya ada di Bonn.

IMG_4139

Empal gepuk buatan Chef Laura

ISTANA DRACHENFELS

Tempat ini dapat dijangkau dengan kereta dalam kota (entah tram apa subway, bisa di bawah tanah tapi bisa di atas juga hahahha). Di kereta ini kita ketemu sama bapak-bapak Jerman yang bisa Bahasa Indonesia. Denger kita ngomong, dia langsung nyamperin, dan ngajak ngobrol dengan Bahasa Indo seadanya. Ternyata dia pernah tinggal di Bandung beberapa tahun dan anaknya bahkan sekarang masih di sana. Ga berapa lama kemudian, kita berpisah dengan bapak-bapak itu dan turun di stasiun koenigswinter. Dari situ kita jalan dikit ke stasiun kereta Drachenfels. Akses menuju ke istana yang letaknya di atas bukit bisa ditempuh dengan berbagai cara, dari jalan kaki, naik sepeda atau naik kereta. Tentunya gue milih yang terakhir hahaha, naik kereta. Jadilah kita membeli tiket kombo, yang mencakup kereta dan juga tiket masuk istana, harganya 16 Euro. Mahal sih, tapi sekali-kali gapapa (kaya gini mulu nih kalo jalan-jalan, mikirnya selalu kapan lagi ke sini, tapi habis pulang liburan nangis darah liat rekening hahaha).

Kereta Drachenfels ini bentuknya ucuk! Kereta ini memiliki beberapa perhentian, kita bisa turun di istana yang letaknya agak di tengah, atau bisa juga turun di reruntuhan kastil yang letaknya di atas bukit. Pertama gue naik dulu ke reruntuhan kastil. Dari situ kita bisa liat kota Bonn dari atas, yang dibelah oleh sungai Rhein. Pemandangan dari sini cakepp banget, sayang waktu itu lagi berkabut.

P1100234

Kereta kecil naik ke atas Drachenfels

P1100211

Reruntuhan kastil Drachenfels. Kalo diliat dari jauh bagus nih, sayang musti naik helikopter dulu 😛

P1100227

Masih di reruntuhan

P1100216

Kota Bonn dari atas Drachenfels

P1100223

Masih cengar cengir. Habis ini manyun kameranya rusak.

O ya, di kastil ini ada peristiwa menyebalkan, yaitu kamera gue rusak kena ujan! Huhuhu. Kamera lumix kesayangan gue rusak. Ga sampe rusak parah sih, tapi tulisannya zoomnya error. KZL. Baru di negara pertama eurotrip aja udah rusak huhu.

Habis dari reruntuhan kastil, kita naik kereta lagi turun ke bawah, tempat istana utuhnya ada. Istana ini juga bagus banget, apalagi ada taman di bagian luar istana, yang bikin warna warni dan juga tambah cantik!

IMG_4200

Istana Drachenfels dilihat dari taman

IMG_4193

Cakep yak!

IMG_4191

IMG_4196

Eh, ada Laura!

Dari sini kita turun ke bawah jalan kaki ke museum reptil. Museumnya sih sebenernya biasa aja. Tapi ya lumayan lah, daripada lumanyun hahahha. Habis itu kita pun turun ke bawah untuk pulang.

Habis dari istana, kita sempet jalan-jalan ke pusat kota bentar, lalu makan malam dengan kebab! Hahaha. Makanan anak kosan Eropa banget tuh, Kebab! Kebab di sini beda sama doner kebab di Indo, daging dan sayurnya lebih banyak. Pokoknya makan itu aja udah kenyang deh. Harganya berkisar di 4 Euro.

Usai makan kebab, kita pulang. Pulang-pulang, gue ngerendem kamera di beras, berharap airnya bakal masuk ke beras dan kameranya betul lagi T__T

Hari Senin, 21 September (gue masih libur loh!), gue menjelajah kota Bonn sendirian, karena Laura kerja. Kota Bonn ini disebutnya Kota Beethoven, karena Beethoven lahir dan besar di sini, sebelum dia pergi ke Austria. Bahkan di kota ini juga ada festival of Beethoven, yang spanduknya ada dimana-mana pas gue ke sana.

Tujuan pertama gue hari itu adalah Godesburg. Godesburg ini kastil juga, tapi tinggal menaranya doang, jauh lebih kecil daripada Drachenfels. Gue ke Godesburg dulu karena itu yang paling jauh dari tengah kota, sementara obyek wisata lain ada di tengah kota. Nyari ini kastil susahnya ampun, mana gue ga ada GPS kan, ga mau roaming. Akhirnya ketemu juga jalan menuju kastil ini, yang adalah tangga batu ditengah hutan. Mana sepi. Jalan 10 menit, keliatan kuburan. Kanan gue kuburan ala Eropa gitu, yang cakep, tapi tetep aja serem. Mana sendirian pulak. Akhirnya sampai juga di menara itu. Bagus sih dari luar, tapi gue males naik tangga ke atasnya, cape, mana ga ada orang hahaha.

IMG_4239

Godesberg. Entah kenapa ini obyek wisata sepi banget, mungkin karena itu hari senen pagi.

Habis dari Godesburg, gue ke taman gedeeee banget, trus melipir ke pinggir sungai Rhein buat makan siang! Hahaha. Kali ini bawa bekal ayam penyet buatannya Laura! Walaupun sambel terasinya pake terasi ABC tapi tetep aja… Nyammm..

IMG_4245

Makan ayam penyet di tepi sungai Rhine. Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan?

Selesai makan, gue kembali menyusuri taman dan menemukan taman kecil bergaya jepang yang bernama Japanische Garten, tamannya terawat banget, dengan daun-daun berbentuk bulat lonjong yang dipotong secara teratur (waktu gue ke sana ada amang-amangnya lagi motong daun). Gue menuju ke pusat kota dengan melalui Post Tower dan Kantor PBB yang tinggi menjulang. Pas lewat situ berasa agak aneh karena semua orang berpakaian rapi sementara gue keliatan banget turisnya hahaha. Jalan terus, gue menyusuri sungai Rhine lagi sambil sekali sekali duduk kecapean sampe ke pusat kota.

IMG_4259

Japanischer Garten

IMG_4257

Japanischer Garten

IMG_4264

Yang kiri Post Tower, yang kanan gedung PBB

Sampe pusat kota, gue ngelewatin Universitas Bonn yang bangunannya kece berat. Terus gue duduk-duduk di taman depannya. Taman tersebut menghadap Akademische Kuntsmuseum. Gue kalo jalan-jalan sendirian kerjaannya melipir duduk duduk mulu. Antara pegel sama pengen menikmati perjalanannya. Hahahha. Habis itu gue ke gereja yang bernama Bonn Minster dan kemudian berlabuh di depan patung Beethoven gede banget di tengah kota. Di depan patung ini ada kantor pos gede yang warnanya ucuk.

IMG_4274

Universitat Bonn

IMG_4276

Asik ya bisa duduk duduk di taman depan kampus

IMG_4286

Bonn Minster yang lagi sedikit direnovasi

IMG_4290

Ada benteng-bentengan lucu di tengah kota

IMG_4289

Bonn, City of Beethoven

Habis itu gue ke Beethoven Haus alias museum Beethoven. Nyari ini museum susah bener, karena tempatnya kecil dan ga mencolok mata. Di museum ini ada barang-barang peninggalan Beethoven dan juga kisah perjalanan hidupnya beliau. Sayangnya semua keterangan di museum ini berbahasa Jerman (point yang perlu dicatat, museum di Eropa kecuali yang terkenal banget, pake Bahasa negaranya masing-masing dan tidak diterjemahkan dalam Bahasa Inggris). Mereka ada kasih brosur Bahasa Inggris mengenai ruangan-ruangan dan benda-benda koleksinya sih, tapi ga selengkap penjelasan Bahasa Jerman di masing-masing bendanya. Di museum ini juga ada ruangan digital tempat kita bisa mendengarkan karya-karya Beethoven di computer.

IMG_4298

Beethoven House

IMG_4296

Salah satu piano yang pernah dimainin Beethoven

Puas liat museum dan muter-muter pusat kota, gue ke arah sungai Rhein lagi sambil menunggu Laura pulang kantor. Karena tiba-tiba hujan, gue melipir ke salah satu space taman yang ada atapnya. Dan di situ gue melihat pelangi, tepat di atas sungai Rhine. Cakep bangetttt! Indahnya karya Tuhan yang satu ini.

IMG_4302

Rainbow over the Rhein

To be continued..

Travelling ke Barat Jerman (1): Cologne-Dusseldorf

Dulu waktu masih di Indonesia, gue udah mulai ngecek tiket tiket keliling Eropa. Kira-kira gue bisa ke mana ya dari kota gue. Hahaha. Dan ternyata, gue bisa ke beberapa kota dari tempat gue tinggal, Mulhouse. Ga nyangka juga sih, soalnya kan Mulhouse ga populer-populer amat. Malah kota yang lebih populer suka ga ada bus ke kota-kota lain haha.

Jadi, Mulhouse ini letaknya di perbatasan Prancis, Swiss dan Jerman, makanya banyak bus yang suka lewat situ, untuk ke kota lain di Eropa. Salah satunya adalah Megabus. Megabus ini adalah perusahaan bis Eropa dengan harga mulai dari 1 Euro. 1 EURO? Kapan lagi bisa keliling Eropa dengan harga segitu, wong naik tram satu kota aja one way 1.5 Euro hahahha.

Dan Megabus ini punya trayek Mulhouse-Cologne (Jerman). Gue langsung seneng banget, karena gue punya temen di deket situ, di Bonn. Bahkan sebelum gue berangkat ke Prancis, gue udah merencanakan destinasi pertama gue, yaitu Cologne dan Bonn. HAHAHA.

Jadilah di weekend di minggu kedua gue kuliah di Prancis gue langsung ke Cologne, tepatnya tanggal 18 September 2015. Pas banget tuh, lagi stress-stressnya kuliah, dengerin dosen ngomong Bahasa Prancis cepet banget (Iya, kuliah gue pake Bahasa Prancis! Pusing pala barb!) plus temen-temen yang susah banget dideketin (beda banget sama Indo bo!) dan tugas yang udah lumayan numpuk.

Gue memesan tiket jam 23.45 dari depan Stasiun Mulhouse menuju Cologne naik Megabus. Malam amat yak? Iya itu salah satu minusnya naik bus murah, jamnya dipasang di jam-jam ga nyaman buat bepergian. Waktu itu gue ga dapat tiket 1 Euro, dapatnya 5 Euro. Tapi mayan banget lah, jadi 10 Euro PP! Haha. Naik kereta yang jaraknya cuma setengah jam aja ga dapet segitu. Haha.

Jam 23.30 gue udah siap depan halte. Di tengah dinginnya cuaca Prancis. Kalo di Indonesia enak ya, malam-malam juga udaranya ga dingin dingin amat, lah di sini? Hahaha. Di luar 10 menit diem aja udah kedinginan. Gue tunggu sampai 23.40, kok bisnya ga ada-ada, mana ga ada orang lain yang nunggu di situ. Apa jangan jangan gue salah halte? Hmmm. Tiba-tiba gue teringat pengalaman temen gue yang Megabusnya telat, bahkan pernah sampai ga dateng. Mati. Ga kebayang kalo tuh malam bisnya ga dateng. Sempet juga baca forum ada yang megabusnya telat 5 jam @_@

Akhirnya gue telpon aja CSnya, mana CSnya basenya di London kan, kena international call deh. Dan CSnya bilang “Megabusnya telat 1 jam.” Doeng! Kesel sih tapi seenggaknya ga dicancel hahahaha. Oke, gue masih nunggu aja di halte yang sama. Kedinginan. 15 menit kemudian, ada orang minta-minta dateng, dia tanya “Kamu punya koin ga? Aku belum makan 3 hari.” Ah elah. Tempat sepi gini, ada aja. Karena gue takut gue kasi aja koin gue. Di Prancis ini emang banyak orang minta-minta, tapi mereka selalu ga keliatan kaya orang minta-minta. Bisa aja ada orang tiba-tiba nyamperin lo di jalan terus minta duit. Sebenernya sih tinggal bilang aja “ga ada” terus mereka pergi, belum pernah sih nemu yang maksa gitu (jangan sampe juga..) cuma kalo tempatnya gelep ya ngeri lah. Huhu.

Habis itu, gue berpikir buat masuk aja ke dalam stasiun, tapi gue takut gue ga bisa liat megabus dateng kalo nunggunya di dalem stasiun. Terus gue celingukan liat halte lain deket situ, eh ternyata ada cewe 1, gue samperin aja sok kenal, ternyata dia nunggu megabus jg. Alhamdullilah! Ada temennya! Akhirnya sisa menunggu selama 30 menit dihabiskan dengan ngobrol sama nih cewe yang ternyata orang Spanyol. Haha. Ga berapa lama ada juga cowok yang nunggu (dan kita ternyata pernah ketemu di couchsurfing meeting!) dan jadilah kita ngobrol bertiga.

Kira-kira jam 00.45 bus yang ditunggu dateng juga! Huahhh… senangnya! Langsung kita bertiga berlarian ke bus itu. Nunjukkin tiket, terus duduk di tempat yang pewe. Kalo busnya lagi ga rame, bisa tuh 2 kursi kita pake sendirian, kaya waktu itu. O ya, meski murah, tapi bis ini juga dilengkapi wifi, colokan (ga semua kursi ada) dan WC (sayangnya waktu itu lagi rusak). Mayan lah. Walaupun manyun juga nunggu 1 jam di udara dingin hahahha.

Habis itu gue pun istirahat, sambil kadang-kadang melek, liat udah nyampe mana. Karena ini perjalanan ke luar Prancis gue yg pertama, gue excited banget. Ini bis sempet berhenti ngangkut penumpang di Freiburg, Frankfurt dan beberapa kota lain di Jerman. Selain excited, gue juga ngeri sih, karena saat itu residence permit gue belum keluar hahahha. Nekad ya, belum punya residence permit tapi udah keluar Prancis. Tapi dari semua anak yg udah nyoba, belum ada yang ketangkep sih. Border di sini emang penjagaannya ga ketat, kecuali di beberapa titik rawan.

Setelah perjalanan 8 jam, akhirnya jam 9 pagi kita sampai juga di COLOGNE! Hahahhaa. Hore! Halte yang di Cologne ini bener-bener di tengah jalan, ga deket stasiun, jauh dari pusat kota dan ga ada tempat duduknya. Gila! Hahaha. Sesampainya di sana, gue janjian mau ketemuan sama temen gue Laura, terus kita berdua mau ketemu temannya di Dusseldorf. Tadinya gue sempet mau naik blablacar (apa lagi tuh Blablacar? Tenang, nanti gue akan buat cerita sendiri tentang blablacar) ke Dusseldorf biar murah dibanding kereta, tapi karena blablacarnya ga dapet, akhirnya gue naik kereta aja bareng Laura dari Cologne.

Penampakan megabus. Bus 1 Euro-an.

Sambil menunggu Laura yang keretanya gangguan dari Bonn (iya, kereta di Eropa juga banyak gangguan macam KRL!), dari tempat nunggu bus gue jalan ke pusat kota, ngelewatin sungai Rhein (sungai yang membelah Jerman bagian barat) dan berujung di Katedral Cologne, yang sebelahan sama stasiun utama (bahasa Jermannya Hauptbahnhof). Katedral Cologne yang terkenal ini bener-bener bergaya gothic dan menimbulkan kesan mistis gimana gitu. Hihi.

P1100101

Sungai rhein di Cologne

P1100108

Katedral Cologne bergaya gothic

P1100109

Dari samping. Langitnya gloomy amat yak!

P1100111

Love lock di jembatan dekat Hauptbahnhof

Setelah muterin ini katedral, akhirnya Laura pun datang! Horeeee! Ga nyangka akhirnya bisa tinggal di Eropa ngikutin nih anak. Laura itu temen SMA gue, dari dulu dia suka banget sama Jerman, sementara gue suka banget sama Prancis. Eh dia udah ke sana duluan, bahkan sekarang udah kerja tetap di sana. Sekarang akhirnya gue bisa nyusul! Hihi :*

Kita pun naik kereta ke DUSSELDORF. Perjalanan Bonn-Dusseldorf cuma ditempuh sekitar setengah jam. Kita beli tiket kereta seharga 42 Euro yang bisa dipake untuk maksimal 5 orang. Jadi mau lo cuman ber2 juga ya harganya tetep segitu, mending ber5 kalo mau maksimalin tiket ini. Karena kita cuman ber2, jadilah seorang kena 21 Euro. Tiket ini bisa dipake seharian keliling North Rhine-Westphalia (region yang di dalamnya ada kota Bonn, Cologne, Dusseldorf, Dortmund, Essen, dll)

P1100129

This is Laura! Hari itu rambutnya dikeriting buat menyambut gua hahahah. Gue jadi berasa kaya upik abu.

Sesampainya di Dusseldorf kita makan siang dulu, makan makanan khas Bavaria (Jerman), Schweinhaxe (12.5 Euro), alias paha babi. Hahaha. Kalo liburan, saatnya makan enak hahahah setelah di kosan makan makanan rumahan mulu. Kita makan di restoran yang bernama Schwein Janes, yang cukup terkenal di Dusseldorf. Letaknya sendiri masih di kawasan Old town. Kita makan ini sambil minum bir khas Dusseldorf, Schlosser Alt. Beuh, mantap dah. Makan makanan lokal di tempat aslinya bersama dengan orang lokal (Laura gue anggap orang lokal hahahha).

IMG_4121

I AM HAPPY!

Habis makan, kita muter-muter Old Town. Di sini ada city hall yang cantik banget dengan bunga-bunganya!

P1100135

City Hall

P1100142

Dusseldorf City Hall

IMG_4129

Old town

Kaki pun terus melangkah ke arah sungai Rhein. Di sepanjang sungai Rhein di Dusseldorf ada banyak restoran dan tempat nongkrong yang asik. Kalo ga ada duit, tinggal beli aja sandwich supermarket, terus duduk di sepanjang sungai Rhein, sambil liat orang lalu lalang dan kadang ada atraksi macem-macem. Di sini gue berpisah sebentar dengan Laura, karena dia mau ketemu temennya dan gue memilih untuk eksplor kota ini sendirian.

P1100151

Jalan di sepanjang sungai Rhein.

P1100155

Nongkrong kece sambil ngeliatin sungai Rhein, kalo punya duit

P1100162

Hey Laura!

P1100164

Nah kalo ga ada duit, beli aja sandwich supermarket terus duduk duduk di sini. Tetep asik kok!

Gue pun muter-muter ga tentu arah, ngelewatin gereja St. Lambertus, liat orang yang lagi nikah, terus jalan lagi ke Old Town dan nemuin Champs-Elysees-nya Dusseldorf, yang bernama Koenigsallee. Di sini bertengger butik papan atas macam Channel, Louis Vuitton, dan teman-temannya. Di tengah-tengahya ada sungai kecil yang juga kece. Keren deh. Mungkin karena udah umur ya, gue sebentar-sebentar berhenti untuk duduk. Hahaha. Ini enaknya jalan sendirian, lo bisa duduk selama mungkin tanpa ngerasa ga enak sama partner travelling lo hahhaha.

St. Lambertus church. Someone is getting married!

P1100181

Sungai yang ngebelah Koenigsallee. Pretty, Huh?

P1100182

Koenigsallee, Champs-Elyseesnya Dusseldorf. O ya, Dusseldorf ini adalah ibukota dari region North-Rhine Westphalia

Habis itu gue ke taman yang guede banget, namanya Hofgarten. Di sini ada bangunan asimetris bergaya modern yang namanya Ko-Bogen. Asik deh, ngeliatin itu bangunan sambil memandang taman, danau dan angsa-angsa yang lucu. Puas bengong di taman, gue melipir ke dekat situ, dan ngeliat ada band manggung di Universitas Dusseldorf. Sempet duduk sebentar tapi karena hujan, gue memutuskan untuk berteduh di mal dekat situ, sambil menunggu Laura.

P1100188

Hofgarten. Damainya!

P1100193

Ko-bogen. Keren yak!

P1100198

Eh ada angsa lewat..

Setelah ketemu Laura, kita makan malam! Hahahha. Kali ini kita makan ramen (12 Euro) yang katanya paling enak di Dusseldorf, nama restonya Takumi, letaknya di daerah Japanische Viertel, deket sama Hauptbahnhof. Kita ngantri panjang di depan pintu, ada kali 30 menit baru bisa masuk. Ramennya menurut gue sih biasa aja. Bahkan gue ga habis loh! Kayanya gue kebanyakan makan hari itu. Sejak di Eropa, gue ga biasa makan banyak. Mungkin karena pas awal awal sampe dibiasain makan sandwich doang tiap hari. Jadi kalo makan banyak dikit aja, langsung berasa kenyang banget hahahha. Sayang banget nih ramen ga habis, padahal harganya bisa 3 kali lipat ramen enak di Jakarta. Dan habis beli itu, gue nyesel sih kenapa gue makan di resto mulu hari itu, keluar duitnya mayan banyak. Sambil berjanji besok bakal bawa bekel dari rumah atau beli makan di supermarket aja.

IMG_4138

Enakan Ikkudo Ichi menurut gue! Haha.

Habis makan, kita pun pulang ke rumah Laura di Bonn dengan menggunakan tiket yang sama. Hihi. Asik, akhirnya ketemu kasur setelah semalaman tidur di bis. Tapi jangan senang dulu, perjalanan ke Bonn agak berliku, seperti biasa, selalu ada aja jinx travelling gue. Itu kereta karena lagi ada stasiun yang perbaikan, berenti ga sampai Bonn, tapi sampai kota deket situ. Dari situ kita musti naik shuttle bus ke Bonn. Dan nunggu shuttle busnya itu… satu jam! Di tengah udara Jerman yang dingin dan ga ada bangku sama sekali, nunggunya berdiri doang. Kaya deja vu ya, perasaan kemarin udah ngalamin ini. Haha.

To be continued on next post..

Note: 1 Euro = Rp 16.000 (saat gue ke sini)