Camino de Santiago: Camino Ingles (2)

Ini adalah post bagian kedua gw tentang Camino de Santiago, untuk bagian pertama, bisa dilihat di sini.


Setelah melewati hari ke-4 yang penuh perjuangan dan berakhir dengan tidur di matras di aula sekolah tanpa pemanas dengan suhu di luar sekitar 11 derajat celsius, sampai juga gw di hari ke-5!

Hari ke-5: Kamis, 18 April 2019. Betanzos-Presedo. 12 km, 5 jam.

Karena malam itu gw tidur ga nyenyak, maka gw memutuskan berangkat pagi-pagi aja, daripada kelamaan kedinginan di aula sekolah dan biar nyampe destinasi selanjutnya juga lebih cepat. Kira-kira jam 7 pagi gw sudah berangkat. Saat itu, langit masih gelap, gw orang pertama yang keluar dari aula sekolah. Meskipun gw yang paling pagi, tapi gw yakin di jalan pasti banyak yang bakal nyusul gw, karena gw jalannya pincang, habis operasi mata ikan.

Hari itu jalanan sepi, tanjakan dan turunan cukup ada walaupun tidak separah kemarin-kemarin. Di separuh perjalanan, gw bertemu dengan ibu-ibu Prancis yang ketemu di penginapan kemarin, dan dia sudah menyusul gw. Dia jg mengenalkan gw pada temannya yang lain, yang jalannya lebih lama daripada dia, untuk berjalan bersama gw.

Kira-kira jam 12 siang gw sudah sampai tempat tujuan. Presedo.

Presedo ini kotanya sangat kecil, hanya ada 1 albergue dengan kapasitas 16 orang. Ada 1 restoran dan 1 gereja. Gerejanya sendiri juga jarang digunakan, misa hanya diadakan sebulan sekali. Tidak ada supermarket di kota ini.

Pukul 12.00 gw sudah mengantri di depan albergue, bersama para peziarah yang lain. Setelah lama menunggu, kita baru sadar ternyata masuk ke dalamnya itu sistem self-service, jadi ada instruksi dan kita harus memasukan kode-kode untuk membuka brangkas kecil berisi kunci pintu. Kita pun masuk. Fiuhhh~ Untuk pertama kalinya gw berhasil mendapatkan tempat di albergue. Untuk pertama kalinya juga gw sampai di kota tujuan sepagi ini. Masih banyak yang bisa dilakukan di sisa hari. Gw pun berjalan2 di kota Presedo yang kecil, melihat2 bagian luar gereja (ga bisa masuk karena dikunci), kemudian makan siang di satu-satunya restoran di situ: Meson-Museo Xente No Camino.

Presedo ini memang jarang menjadi tempat persinggahan para peziarah. Biasanya mereka dari Betanzos langsung ke kota setelah Presedo, yaitu Hospital de Burma. Jarak dari Betanzos ke Hospital de Bruma adalah 25 km dan perjalanan cukup mendaki setelah melewati Presedo. Untuk itu, gw memutuskan untuk tahu diri dan menginap di Presedo saja sambil santai-santai.

Menunggu albergue-nya buka.

Akhirnya dapet Albergue juga! Albergue ini adalah dorm, yang dikelola oleh pemerintah setempat (publik). Kapasitasnya 16 orang. Harga di kisaran 6-7 Euro tapi fasilitasnya terbatas dan tidak ada pemanas ruangan.

Dapur dan tempat makan di Albergue Presedo

Interior restoran Meson-Museo Xente No Camino

Sisa hari gw di hari itu dihabiskan dengan santai-santai di beranda, main sama kucing, leyeh-leyeh di kasur, main hape, ngobrol sama peziarah lain. Oh indahnya hari itu, masih bisa melakukan banyak aktivitas setelah sampai di kota tujuan.

Hari ke-6: Jum’at, 19 April 2019. Presedo-Hospital de Bruma. 13 km, 5.5 jam.

Hari ini sudah hari Jum’at Agung, harusnya gw sudah berada di Santiago de Compostela, mengikuti misa Jum’at Agung. Namun takdir berkata lain, hari ini gw masih di perjalanan. Masih 2 hari lagi menuju Santiago. Yasudahlah, disyukuri saja, perjalanan ini memang mengajari gw banyak hal, layaknya perjalanan kehidupan.

Hari ini gw berangkat jam 9 pagi, karena kita diharuskan check out jam segitu, karena Albergue-nya mau dibersihkan. Tujuan hari ini adalah menuju Hospital de Bruma. Penginapan di Hospital de Bruma sangat sedikit, cuma ada 1 albergue dan 2 penginapan publik. Karena sudah parno duluan ga dapet Albergue, akhirnya gw memesan sebuah kamar di hotel bernama Hotel Canaima. Daripada gw luntang lantung di jalan ye kan, dan di daerah situ emang kotanya sepi banget, beda sama Betanzos yang seenggaknya ada aula sekolah.

Jalanan menuju Hospital de Bruma cukup menanjak, kebanyakan kita disuguhi pemandangan alam yang indah, bahkan ada hamparan bunga matahari. Sekitar pukul 3 sore gw sampai di Albergue Hospital de Bruma, dan guest what? masih available beberapa tempat buat ditiduri. Darn. Gw pun galau. Antara mau tidur di situ, atau di hotel yang gw pesen. Kalo gw cancel hotel, bakal kepotong uang DP 50%. Masih cuan sedikit sih kalo gw memilih di albergue, tapi… setelah gw pikir2 lagi, Hotel Canaima ini letaknya lebih strategis daripada Albergue. Letaknya di jalan raya. Dan gw pengen naik bis ke Santiago buat misa Jum’at Agung di sana dan juga mengikuti prosesi Semana Santa.

Oke, jadilah gw tetep tidur di hotel yang gw pesen, Hotel Canaima. Gw dadah2 sama orang2 di albergue (yang mostly adalah yang nginep di Albergue Presedo bareng gw) lalu makan di restoran sebelahnya. Dari situ, gw minta dijemput sama orang Hotel Canaima, karena hotel itu menyediakan servis antar jemput dari lokasi terdekat. Sampai di Canaima, gw beres2, lalu gw memutuskan untuk naik bis ke Santiago de Compostela.

Dan selesailah perjalanan Camino gw kali ini.

 

Hahahha. Tapi boong! Wkwk.

Gw pergi ke Santiago cuma buat ikut misa sama liat prosesi Semana Santa aja, habis itu gw bakal balik lagi ke Bruma untuk melanjutkan jalan kaki keesokan harinya. Lucu ya, seminggu itu sebenernya gw udah ke Santiago 2 kali (pas berangkat mau ke Ferrol dan sekarang) tapi gw belum benar2 menyelesaikan camino gw di Cathedrale Santiago de Compostela.

Gw pun naik bis ke Santiago, perjalanan dari Bruma ke Santiago sekitar setengah jam. Perjalanan yang bisa gw tempuh dengan 2 hari berjalan kaki, cuma ditempuh oleh bis selama setengah jam! Haha. Di Santiago, gw diturunkan di stasiun. Dan dari situ ke kota masih agak jauh, musti naik bis dalam kota lagi. Sialnya.. bis di Spanyol itu ga tepat waktu. Bis yang dijadwalkan baru muncul setengah jam setelahnya –” Jadilah gw terlambat ikut misa (oiya misanya ini bukan di katedral ya, tapi di gereja kecil, jadi technically gw belum bener2 liat wujudnya Cathedral Santiago de Compostela), dan gw pun ikut misa dikit lalu melihat prosesi Semana Santa Jum’at Agung di jalan. Gw juga sempat bertemu Laura yang sudah sampai di Santiago hari itu. Dan gw.. menitipkan sebagian barang gw di dia. Hahaha! Biar ransel gw ga berat2 amat di sisa perjalanan. Haha.

Prosesi Semana Santa di Santiago de Compostela.

Prosesi Semana Santa saat Jum’at Agung itu dilaksanakan 4 kali dalam sehari di Santiago. Tapi lucunya, misanya cuma sekali. Itu juga ga semua orang tau ada misa. Sampai ditanya ke hotel atau tourist office juga, orangnya ga tau. Memang ya, Semana Santa ini udah menjadi bagian dari kultur orang Spanyol, tapi kalo dilihat dari sisi religiusnya ga ada. Jatuhnya kaya cuma perayaan aja, kaya Natal atau Paskah di negara-negara Barat.

Selesai mengikuti Semana Santa, gw pun kembali ke Bruma naik bis. Agak deg-degan juga sih, soalnya bisnya termasuk 2 bis terakhir, terus jalannya gelap dan ga gitu keliatan haltenya di mana. Niat ya, hari ini gw ke Santiago buat misa dan prosesi, habis itu balik lagi ke titik terakhir jalan kaki hahaha.

Hari ke-7: Sabtu, 20 April 2019. Hospital de Bruma-Sigueiro. 25 km, 11 jam.

Hari ini akan menjadi hari yang sangat panjang karena akan berjalan sejauh 25 km ke Sigueiro, kota terakhir sebelum Santiago de Compostela. Beban di punggung sudah sedikit berkurang, karena beberapa barang dititip di Laura pas ke Santiago kemarin. Perjalanan hari ini cukup berat, walaupun medan pendakiannya ga securam kemarin. Gw berangkat pukul 9 pagi. Gw sempet berhenti di 1 kota untuk mampir makan. Di sana juga banyak peziarah dan penduduk kota lain. Jalan gw yang pincang mencuri perhatian mereka, mereka nanyain, “Kenapa kakinya?” “Kamu gapapa jalan dengan kaki kaya gitu?”. Banyak jg yang ngomong pake bahasa Spanyol, tapi gw bingung jawabnya gimana hahahha.

Sudah sekitar 9 jam gw berjalan hari ini. Namun masih ada 5.5 km lagi untuk ditempuh. Gw bisa. Gw kuat. Untung hari ini cuaca mendukung, cuacanya agak panas.

Beristirahat sejenak di pendopo. Di sini ada keran air juga dan bisa minum dari situ.

Sekitar jam 8 malam akhirnya gw sampai juga di Sigueiro. Setelah 11 jam berjalan kaki, 25 km ditempuh! Akhirnya gw sampai juga di Sigueiro! OMG!!!! Bener2 ga nyangka bisa nyampe, karena ini perjalanan terpanjang gw selama Camino. Gwpun langsung ke hostel yang sudah gw pesen sebelumnya. Hostel ini private, bukan di albergue publik. Tapi bentuknya tetep dorm, dan sekamar berlima. Sampai di sana, gw ketemu sama ibu2 Jerman. Ibu2 ini pernah nginep bareng sama gw di Albergue Presedo kemarin. Ternyata dia menginap di situ juga bareng 5 anggota keluarganya. Dan pas gw sampe, gw dipeluk dong T_______T OMG! That was the warmest hug I got in the journey, the hug that I need, after 11 frikin hours of walking. (Yaampun, skrg nginget2 cerita itu aja sambil mewek). Makasih ya Tante, you really made me feel warm. Thank you. A hug from stranger, that I need most T___T

Habis beres2, gw pun makan malam, karena di bawah hotel langsung ada restoran. Lalu gw mencari gereja untuk misa Malam Paskah. Sayang di Sigueiro tidak ada prosesi Semana Santa.

Gereja kecil di Sigueiro. Suasana di luar sebelum misa Malam Paskah.

Interior gereja. Setelah selesai, para umat diajak untuk halal bihalal bersama sang pastur. Gw juga diajak, tapi udah ga kuat, mau tidur aja.

Hari ke-8: Minggu, 21 April 2019. Sigueiro-Santiago de Compostela. 16 km, 5.5 jam.

Hari ini adalah hari terakhir perjalanan camino gw. 16 km terakhir, dan sampailah gw di Cathedral Santiago de Compostela!

Ternyata walaupun hari terakhir, tanjakannya tetap gila-gilaan. Tapi harus tetap semangat. One last day!

Sekitar jam 3 sore, akhirnya gw masuk ke gerbang kota Santiago. Ini dia yang gw tunggu-tunggu. Cathedral Santiago! And yes! I saw it from afar! Lebih dekat lagi, akhirnya sampai juga di…. Cathedral SANTIAGO DE COMPOSTELA! OMG! Gw liat katedral itu langsung nangis, mewek. Gw nangis ga berhenti2 selama 15 menit. Gw ga nyangka bisa sampai situ. Gw ga nyangka gw masih bertahan setelah 8 hari jalan kaki. Gw ga nyangka gw kuat. Perasaan terharu gw luar biasa. Gw cuma duduk mandangin itu katedral sambil nangis ga berhenti-henti. Katedral ini… akan menjadi katedral favoritku. Bukan karena arsitekturnya, tapi karena perasaan gw saat melihat bangunan ini. The emotion! OMG. FINALLY I AM HERE.

Finally! Setelah 113 km dan 8 hari jalan kaki non-stop! Akhirnya katedral ini berada di depan mata gw sendiri. Omgggggg! Ga berhenti2 nangisnya pas sampe sini.

Hari ke-8 pun ditutup dengan manis. 5.5 jam terakhir. 16 km terakhir. Finally I am here!

Di pilgrim office mengantri untuk mendapatkan Sertifikat Compostela. Lagi rame banget dan high season karena pas Paskah. Pada hari itu tercatat sebanyak 1.828 peziarah yang sampai di Santiago de Compostela dari berbagai rute camino.

Ini dia, Certificate of Distance yang didapat setelah menyelesaikan Camino. Di sertifikat ini ditulis berapa km yang telah kita selesaikan untuk sampai ke Santiago dan start point awal, serta tanggal dan rute camino yang ditempuh. Di gw tulisannya 113 km, dari Ferrol, sejak tanggal 14 April 2019 dengan rute Camino Ingles. O ya, sertifikat ini ditulis dengan Bahasa Spanyol.

Nah, kalo ini namanya Certificate Compostela, yang menyatakan kalau peziarah sudah melakukan perjalanan ziarah ke Santiago de Compostela. Kalau yang ini dalam Bahasa Latin.

Setelah puas nangis dan foto-foto di depan katedral, gw pun bertemu dengan Laura dan kita ke pilgrim office buat ngambil Certificate Compostela dan Certificate of Distance. Setelah itu gw pun menaruh barang-barang di penginapan.

Ini adalah penginapan kita di Santiago Compostela, namanya Hospederia Seminario Mayor. Tadinya bangunan ini adalah biara, dengan arsitekturnya yang masih klasik dan berasa di kastil. Seneng rasanya bisa nginep di sini. Kita juga mendapatkan harga khusus untuk peziarah.

Habis menaruh barang-barang, kita mencari makan di pusat kota dan kita memutuskan untuk makan makanan Spanyol. Pesta! Hahahhaa. Kita makan paella, Pulpo a la Gallega dan minum sangria untuk merayakan keberhasilan kita menjalani Camino de Santiago. Yeayyyyyy!

Paella untuk merayakan keberhasilan camino!

Ini namanya Pulpo a la Gallega. Octopus yang dibumbuin khas daerah Galicia (region-nya Santiago). Sejak saat itu, si pulpo ini adalah makanan yang paling gw cari kalo ke Spanyol 😀

Puas makan, kita masuk ke dalam cathedral Santiago de Compostela. Gw masuk dan mencari makam Santo Yakobus. Di situlah tujuan terakhir kita, sowan ke makam Santo Yakobus. Mungkin bagi sebagian peziarah hal ini kurang penting dan sering dilewatkan. Tapi untukku ini sangat penting. Kita bisa berdoa di sana dan berdoanya jg harus mengantri, karena banyak yang ingin melihat makam.

Setelah selesai, kita berjalan-jalan di kota Santiago, mencari suvenir dan juga mengirim kartu pos pada teman-teman. Malam itu adalah malam terakhir kita di Santiago, besok gw akan melanjutkan perjalanan ke Porto, sedangkan Laura akan kembali ke Jerman. Ternyata, memang semuanya sudah diatur. Gw berhasil sampai di Santiago, di hari terakhir, tepat pada waktunya. Karena Senin sudah membeli tiket ke Porto. Walaupun meleset dari rencana awal, di mana sampai di Santiago pada hari Jum’at, tapi gapapa. Tetap harus disyukuri. Seperti perjalanan hidup yang kadang tak sesuai rencana, tapi selalu indah pada waktuNya. (cie lagi bijak)

Advertisement

Camino de Santiago: Camino Ingles (1)

Hai semuanya! Omg udah lama bangettt gw ga ngeblog! Hahhahaa. Susah ya, buat konsisten nulis blog hehe. Kemarin gw lagi coba2 bikin channel youtube btw! Bisa mampir juga di Cuni Candrika Youtube Channel.

Nah, mungkin cerita yang ini sudah kalian tunggu-tunggu. Perjalanan paling berkesan seumur hidup gw! Camino de Santiago! Yeaaaaay! Buat yang belum tau, jadi Camino de Santiago adalah rute ziarah umat Katolik di Spanyol, di rute ini kita berjalan kaki menuju makam Santo Yakobus (Santiago bahasa Spanyolnya) di kota Santiago de Compostela di Barat Laut Spanyol. Banyak banget rute Camino de Santiago, beberapa di antaranya ada Camino Frances (jalan kaki sepanjang 800 km dari kota St Jean-Pied-de-Port di Prancis), Camino Portuguese (jalan kaki sepanjang 227 km dari kota Porto di Portugal atau 380 km dari kota Lisbon), Camino Ingles (sepanjang 121 km dari kota Ferrol di Spanyol) dan masih banyak lagi jenis-jenis camino yang lain. Bisa juga rutenya dimodifikasi, kaya misalnya jalan kakinya dari Paris atau Berlin lalu menyambung ke rute Camino Frances. Denger-denger sih rute paling panjang itu dari Trondheim, Nowergia, yang memakan waktu 4 bulan. Waw! Sedikit sejarah, rute camino ini sudah ada sejak abad ke-8, banyak peziarah yang berjalan kaki menuju makam Santo Yakobus, namun mulai populer lagi di abad ke-16. Saat ini, rute camino ini banyak digemari oleh para traveler, dan banyak yang memang tujuannya bukan untuk ziarah, tapi untuk bersenang-senang, rekreasi dan menantang diri, termasuk gw! Hahaha.

Nah, camino ini memliki rules tersendiri, untuk mendapatkan sertifikat yang disebut Compostela, kita harus berjalan kaki minimal 100 km ke Santiago de Compostela. Jadi misalnya kita mau ambil rute Camino Frances tapi cuma 100 km terakhir (biasanya start di Sarria) itu boleh, atau mau ambil rute Camino Portuguese tapi cuma 100 km itu juga bisa. Biar ketawan kalo kita ga boong, kita dibekali yang namanya Paspor Compostela yang harus di-cap minimal 2 kali dalam sehari di perjalanan. Jadi di rute camino ini, hampir semua restoran, bar, gereja dan penginapan punya cap-nya masing-masing. Misalnya kita lewat bar A, nah kita bisa minta cap di situ (lebih bagus lagi emang kalo beli makanan, tapi kalo numpang minta cap doang juga boleh haha). Terus malamnya kita menginap di penginapan B, kita bisa minta cap lagi. Begitu terus setiap hari sampai tiba di Santiago de Compostela.

Ini yang namanya Paspor Compostela, nanti bakal diisi cap-cap kita sepanjang jalan untuk membuktikan kalo kita beneran jalan kaki sebanyak minimal 100 km. Bisa dibeli di Pilgrim Office titik-titik tertentu Rute Camino. Mau di-print di rumah juga bisa.

Gw tau ada yang namanya Camino de Santiago ini awalnya dari blog-nya Pergi Dulu. Kok kayanya seru ya, bisa jalan kaki sejauh itu, si pemilik blog, Mbak Susan sendiri udah pernah jalan 2 kali dan salah satunya adalah rute Camino Frances, 800 km jalan kaki sebulan! Wew! Terus ada temen juga yang emang pengen ke sana, cuma ya banyakan hanya wacana belaka. Di suatu siang di penghujung tahun 2018 gw mendapat whatsapp dari Laura “Cun, gw mau camino nih pas paskah taun depan, mau ikut ga?”. Jadi Laura ini salah satu teman SMA yang sekarang udah kerja di Jerman. Dia juga suka solo traveling keliling Eropa. Ya tentu saja jawaban dari whatsapp itu adalah “Mau dong!” Hahaha. Gw ga pernah mikir terlalu panjang kalo diajak jalan-jalan, apalagi ini Camino! Kapan lagi, gila.. Gw pribadi kalo disuruh Camino sendirian gitu, males banget, ini mumpung ada temennya ye kan. Jadilah kita merencanakan pergi bulan April 2019, kita ketemu dulu di Bilbao terus ke Santiago de Compostela, karena Laura mau nitip koper di sana, baru kita naik bis ke kota Ferrol, kota di mana kita memulai Camino. Yes, gw dan Laura akan berjalan di rute Camino Ingles sepanjang 113 km dengan target 6 hari perjalanan. Kami akan start di kota Ferrol pada hari minggu di Minggu Palma dan berakhir di Santiago de Compostela pas Jum’at Agung! O ya, gw dapet sedikit musibah sebelum Camino, jadi jempol gw habis operasi mata ikan. Jadi lah gw bakal jalan terpincang-pincang selama Camino. Jalan dengan kaki normal aja udah berat ye kan, gimana ini pincang hahaha. Cuma ya gw pikir jalanin aja dulu, kalo ga bisa ya tinggal stop. Hahhaa.

Rute Camino Ingles sejauh 113 km dari Ferrol ke Santiago de Compostela

 

Hari 1: Minggu, 14 April 2019. Ferrol-Neda. 15 km, 5.5 jam.

Perjalanan kita awali di kota Ferrol, ujung dari Camino Ingles. Kota ini terletak di sebelah utara Santiago de Compostela. Nah, hari ini adalah hari Minggu Palma, awal dari pekan suci bagi umat Katolik. Nah, kalo lagi pekan suci, di Spanyol itu ada parade yang bernama Semana Santa. Jadi ada prosesi di sepanjang jalan selama 1 jam. Prosesi ini adalah arak-arakan patung Yesus dan yang membawa memakai topeng kain yang bentuknya agak seram (banyak yang bilang mirip Ku Klux Klan, tapi sebenarnya ga ada hubungannya sama sekali sama itu), lalu diikuti dengan pemain-pemain musik di belakangnya. Pokoknya kalo lagi di Spanyol pas Semana Santa, jangan pernah ngelewatin prosesi ini. It was soooo coool!

Kita mulai perjalanan dari titik 0 Camino Ingles, di dekat pelabuhan Ferrol. Malam sebelumnya, gw menginap di penginapan bernama Hospedaje Ferrol, penginapan kecil seharga 20 Euro. Gw misah penginapan sama Laura, karena Laura sultan, dia menginap di Parador de Ferrol, hotel bintang 3 yang cantiiik banget, interiornya dibuat kaya kastil Spanyol jaman dulu. Pokoknya kalo ada uang lebih rekomen banget nginep di Parador. Jangan kaya gw, cuma numpang liat-liat doang! Hahahha.

Parador de Ferrol, hotelnya si sultan Laura.

Prosesi Minggu Palma saat Semana Santa di kota Ferrol. Yang ngebawa orang2 bertopeng kain di bawah itu.

Titik 0 Camino Ingles. Muka masih ceria sebelum memulai pertempuran. O ya, itu kostum baru beli semua di Decathlon Paris gara-gara ga pernah trekking hahha.

Pemandangan di KM ke-4. Lautnya cantikkkk banget. Kalo milih rute Camino Ingles ini awal-awalnya bisa ketemu laut kaya gini.

Foto dulu di KM ke 6. Ini barang bawaan selama Camino. Jadi jalan 100 km itu bawa backpack ya, gaes. Terus kita juga beli kerang kecil sebagai penanda bahwa kita adalah peziarah Camino. Kalo ketemu orang lain yang pake kerang itu juga di tasnya, berarti kita sama-sama lagi camino.

Perjalanan camino hari pertama ini benar-benar luar biasa, gw terus berjalan walaupun sangat lambat karena pincang. Gw bener-bener kasian sama Laura karena dia jalannya sebenernya cepet, tapi dia harus nungguin gw karena gw pincang. Di jalan juga ketemu orang-orang yang kasian liat gw pincang, mereka nawarin gw berbagai obat buat ngeredain sakit gw. Emang bener orang baik itu ada dimana-mana.

Setelah berjalan kaki 5.5 jam lamanya, akhirnya sampai juga kita di kota Neda. Kita sudah melewati 15 km dari Camino!

Pas akhirnya sampai di Neda, gw happy banget. Tapi waktu itu udah sore jadi kita ga dapat Albergue Municipal. Jadi, jenis penginapan di rute camino itu macam-macam. Kalo mau yang paling murah, kita bisa tinggal di Albergue Municipal, semacam hostel yang dikelola pemerintah Spanyol khusus untuk camino. Isinya sekamar sekitar 8-12 orang hanya dengan harga 7-8 Euro semalam. Tapi cara ngedapetinnya, musti cepet-cepetan. Jadi siapa yang nyampe duluan bakal dapet tempat dan ga bisa ngetag-in temennya. Kapasitas alburgue sendiri bermacam-macam tergantung lokasi. Nah, karena paling murah, udah pasti ini menjadi pilihan utama pejalan, cuma ya itu musti cepet-cepetan. Sepanjang rute camino, gw dan Laura punya target untuk menginap di Albergue, jadi kami ga booking penginapan, cuma pasrah sama takdir dan kekuatan kaki. Cuma karena sampai di Neda sudah sore, kita ga dapet Albergue, akhirnya Laura mencari penginapan lain dan untung nemu yang available! Namanya Hostal Maragoto, kalo ga salah harganya 30 Euro per kamar untuk 2 orang. Huff.. Puji Tuhan hari ini masih dikasih tempat menginap.

Hari ke-2: Senin, 15 April 2019. Neda-Pontedeume. 16 km, 7 jam.

Pagi ini badan gw rasanya remuk banget, ditambah kaki pincang yang ga terlihat membaik. Laura bilang ke gw dia mau berangkat pagi-pagi jam 9, sementara gw ga kuat, gw mau berangkat sebangunnya dan semampunya aja. Jadi hari itu kita memutuskan untuk berpisah, dengan harapan bisa ketemu lagi di penginapan, malam itu, yang bahkan kita juga belum tau bakal menginap di mana di Pontedeume haha. Gw sendiri baru berangkat jam 12 siang, setelah menulis vote di FB sebaiknya gw berangkat apa ga hahahaha (sebenernya ga guna juga sih votenya, secara gw bakal tetep jalan no matter what). Hari ini perjalanannya lebih berat dari kemarin, jalanannya banyak yang nanjak, naik turun bukit.

Sepanjang jalan camino ada batu ini, untuk menunjukan berapa km lagi kita bakal sampai di Santiago de Compostela. Angka di situ menunjukan 99,011 km lagi! Wow masih jauh!

Setelah 5 km pertama penuh tanjakan akhirnya ketemu tanda ini! Di situ tulisannya habis ini bakal ada restoran, dan kita bisa ngecap paspor Compostela di sana!

Fiuh, akhirnya ketemu juga restonya! Pas di saat udah keujanan basah kuyup, laper dan membutuhkan tempat berteduh (juga tempat bersandar, eaa~). Di depan resto ini ada patung Santiago besar, dan gw berpose di sana. Ada kejadian lucu, pas gw mau foto, mbak2 pelayannya nyamperin gw ngomong sesuatu dalam bahasa Spanyol dengan nada tinggi. Gw pikir gw bakal diomelin karena foto-foto di situ, secara kalo orang Prancis pasti bakal ngomel, ternyata.. dia malah nawarin buat motoin gw hahahaha. Kaget! Orang Spanyol ini emang ramah-ramah.

Makan tortilla sambil numpang ngecap di resto. Tortilla ini makanan favoritku selama camino. Harganya ga mahal2 amat plus isinya kentang semua, jadi kenyang dan nambah energi!

Setelah makan dan ngaso, perjalananpun dilanjutkan. Puji Tuhan, di luar udah ga ujan lagi, jadi tingkat kesulitannya agak berkurang dikit. Setelah jalanan yang dipenuhi rumah dan resto, masuklah gw ke dalam hutan. Jeng jeng jeng jeng! Di hutan ini medannya juga gila, naik turun.

Di hutan ketemu sama kakek-kakek berusia 70an, dia habis jalan kaki sepanjang 24 km dari Ferrol! OMG. Perjalanan yang gw lakukan selama 2 hari, dia bisa dalam waktu sehari. Hebat ya. Nanti kalo aku umur 70 juga pengen masih bisa camino kaya kakek2 itu. Uwu~

Di jalan ketemu papan penunjuk jalan dengan 2 batu. Yang kanan itu kalo mau jalan langsung menuju Pontedeume, yang kiri itu kalo mau ikut jalan tambahan yang berliku-liku. Gw udah di whatsapp sama Laura sebelumnya, pilih aja yang kanan biar cepet. Dan ya.. saat gw di persimpangan jalan ini, dia udah leyeh-leyeh di penginapan.

Setelah 16 km dan 7 jam perjalanan akhirnya sampai juga di Pontedeume!!

Pontedeume kotanya cantik banget. Di gerbangnya disambut sungai kaya gini.

Yak, perjalanan hari ini usai sudah. Meski terseok-seok gw berhasil melalui 16 km dalam waktu 7 jam perjalanan. Dan tebak berapa jam Laura jalan? Cuma 4 jam. Separuhnya gw hahha. Laura yang sudah sampai di Pontedeume duluan tidak berhasil mendapatkan Albergue Municipal lagi, jadi dia mencari penginapan biasa dan kita mendapat penginapan yang bernama Hostal Restaurante-Luis, penginapan ini jadi satu sama restoran, jadi bawahnya resto, atasnya penginapan. Dan.. penginapan ini di lantai 3, jadi naik tangga lagi buat masuk ke kamar. Fiuh, setelah perjalanan yang melelahkan, malam ini gw tidur di penginapan lagi bareng Laura.

Hari ke-3: Selasa, 16 April 2019. Pontedeume-Miño. 11 km, 5 jam.

Hari ini Laura jalan duluan lagi pagi-pagi, kita berencana untuk berjalan kaki sampai Betanzos sepanjang 22 km. Bakal jadi perjalanan yang sangaaaaaat lama dibandingkan kemarin, padahal kemarin saja sudah lama.

Perjalanan pagi ini dimulai dengan bertemu batu petunjuk jalan. 84 km lagi menuju Santiago de Compostela!

Dan pagi itu pula perjalanan gw langsung disambut tanjakan yang gilaaa.. tiada ujung. Gw berhenti sampai berkali-kali, rasanya udah ga kuat lagi.

Pemandangan di ujung tanjakan. Di sini gw bertemu dengan gerombolan anak muda Spanyol sekitar 10 orang, yang baik dan menyapa gw serta memberi semangat.

 

Dan di saat gw pikir tanjakannya udahan, di situlah ada tanjakan lagi dan masuk ke dalam hutan -.-

Gw bener-bener ga nyangka kalo hari itu tanjakannya langsung gila-gilaan, sementara Laura udah prediksi karena dia emang lebih prepare dari gw hahah. Dia udah liat di website Gronze.com di mana terdapat info tentang camino, beserta ketinggian tanjakan pada hari itu. Dan ini dia bentuknya..

Ini bacanya dari kanan ke kiri. Keliatan kalo begitu keluar Pontedeume jalanannya langsung menanjak sampe 180 m -.- (gambar: gronze.com)

Gw baru jalan 8 km aja rasanya udah mau mati, sementara masih ada 14 km lagi. Gw punya opsi untuk berhenti di kota selanjutnya yg bernama Miño. Ini adalah satu-satunya kota yang ada penginapan di antara Pontedeume dan Betanzos. Jadi seandainya gw memutuskan untuk nekat jalan setelah Miño, gw ga punya pilihan untuk berhenti hingga sampai Betanzos.

Gw pun sampai di kota Miño, di KM ke-11, gw cape secape-capenya, pengen nangis, kaki pincang, sendirian. Udah gatau mau gimana lagi.. dan 1 lagi, gw laper! Gw punya asam lambung dan jam makan gw ga bisa ditunda-tunda, atau gw bakal kena tuh asam lambung. Yaudah gw putusin buat makan dulu, habis makan ntar baru dipikirin lagi mau lanjut apa berhenti di Miño. Akhirnya…. setelah perjalanan tiada ujung, gw ketemu juga sama resto.

Makan ikan sambil ngecap sambil ngaso. Saat itu jam 4 sore. Gw udah berjalan selama 5 jam. Ini satu resto yang buka dari beberapa yang ada di kota kecil Miño. Maklum, beberapa resto di Eropa cuma buka kalo makan siang dan makan malam, jadi kalo dateng di tengah2 jam itu, ada kemungkinan dia tutup.

Saat makan itu kaki gw bener-bener mau copot, rasanya udah ga kuat lagi melanjutkan perjalanan. Dengan berat hati gwpun memutuskan berhenti di kota Miño. Hancur sudah impian gw untuk sampai di Santiago pas Jum’at Agung. Dan gw ga akan ketemu Laura lagi di jalan, sampai di Santiago. I am on my own from now. Rasanya sedih banget, gw cuma bisa menghibur diri “Ga semua yang lo inginkan bisa dicapai, itu yang namanya hidup. Sama kaya perjalanan ini, perjalanan yang banyak mengajarkan akan arti hidup.” (Gw beneran nulis ini sambil nangis T_T)

Tapi apapun yang terjadi, gw harus tetap melihat ke depan. Dan gw harus mencari penginapan di kota Miño. Di Miño ini cuma ada 1 albergue dan 2 penginapan. Tanya ke sana kemari katanya albergue-nya sudah penuh. Penginapan pertama juga udah penuh. Harapan gw tinggal di penginapan terakhir. Kalo yang ini penuh, gw terpaksa harus melanjutkan ke Betanzos, entah kapan nyampenya. Gw pun sampai di penginapan terakhir, dan ternyata masih ada kamar. Walo harganya agak mahal dan gw harus bayar sendiri, ga berdua sama Laura, tapi gw bersyukur banget dapet tempat tidur untuk hari ini. Perkenalkan, penginapan gw malam ini, dan mungkin yang paling bagus sepanjang gw camino, Hostal La Terraza.

La Terraza, Thanks God I found you!

Lalu, bagaimana dengan Laura? Tentu saja dia sudah sampai Betanzos. Malam ini dia berhasil dapet Albergue Municipal, perjuangannya bangun pagi ga sia-sia, Albergue di Betanzos saat itu lagi renovasi dan kapasitasnya cuma 6 orang. Dan dia sangat beruntung menjadi salah satu dari 6 orang yang dapat tempat di sana.

Hari ke-4: Rabu, 17 April 2019. Miño-Betanzos. 11 km, 5 jam.

Sebuah pagi yang baru, setelah hari yang melelahkan kemarin. Malam itu gw tidur sendirian, tanpa Laura. Ada hikmahnya juga sih, gw bisa nyuci baju dan kaos kaki terus dijemur di heater tanpa berebutan sama Laura hahaha. O ya, gw belum cerita, jadi karena baju kita terbatas, sepanjang camino itu kita bakal nyuci baju 1-3 hari sekali. Kalo pas lagi dapet penginapan yang ada heaternya, beruntung, bisa sekalian ngeringin baju yang habis dicuci (walo di beberapa penginapan dilarang). Kalo ga, ya udah, jemur aja tuh baju, berharap itu bisa kering haha.

Petunjuk jalan pertama setelah keluar dari penginapan. 74 km lagi menuju Santiago!

Pemandangan di awal perjalanan menuju Betanzos.

Setelah 4 KM berjalan kaki, gw mampir ke satu-satunya cafe yang ada dalam 10 KM pertama, Café Navedo, untuk makan siang sandwich. Di sana gw bertemu dengan 3 orang pilgrim yang berasal dari Amerika (tapi lagi kuliah bahasa di Prancis Selatan). Lucunya adalah, ternyata mereka menginap di penginapan yang sama kaya gw pas di Ferrol, tapi mereka sehari setelah gw. Ibu-ibu penjaga penginapan cerita ke mereka kalo kemarin ada orang Indonesia nginep di sini, dan ibu-nya kaya amaze gitu karena gw orang Indonesia pertama yang nginep hahaha. Sama kaya kemaren pemilik La Terraza juga bilang kalo gw adalah orang Indonesia pertama yang nginep di situ. Ya iyalah, sepanjang jalan aja gw ga nemu orang Asia sama sekali..

Cewe-cewe ini jalan dari Pontedeume, dengan tujuan yang sama kaya gw, Betanzos. Lucunya juga baju gw sama dengan cewe yang paling kiri. Yak, baju sejuta umat (Eropa) keluaran Decathlon hahaha. Asik rasanya ngobrol sama mereka, apalagi orang Amrik kan emang ramah. Kita pun berfoto bareng, tukeran nomer HP lalu berpisah jalan, berharap bertemu lagi di Betanzos.

Foto bersama 3 cewe Amrik, sesama pilgrim yang ketemu di café.

Petunjuk arah Camino di jalan. Petunjuk jalannya itu bentuknya macem-macem, ada juga yang kaya gini, bukan batu, dan ga ada tulisan KM-nya.

Finally, sampai juga di kota Betanzos. Disambut dengan jemuran di rumah sebelah kiri LOL.

Tujuan pertama adalah Albergue! Dan.. albergue-nya udah penuh, secara lagi renovasi dan cuma muat 6 orang.

Begitu sampai di Betanzos, gw langsung ke Albergue Municipal. Ibu-ibu penjaga di depan albergue bilang ke gw kalo di situ udah full. Tempatnya lagi direnov dan cuma bisa nampung 6 orang. Gw pun minta tolong ditelponkan penginapan yang masih kosong. Si ibu-ibu mencoba menelepon penginapan lain dari teleponnya. Gw juga mencoba mencari penginapan lewat handphone sendiri. Ga disangka-sangka, semua tempat di Betanzos sudah full. Katanya lagi high season karena Pekan Suci. Ada 1 tapi mahalll banget, dan agak di luar jalur camino (berarti harus balik lagi dan makan waktu buat ke jalur camino kalo habis dari sana). Cewe2 Amrik pun whatsapp gw, mereka bilang mereka udah dapet penginapan dan gw diminta buat nanya ke penginapan mereka apa masih ada tempat apa ga. Gw pun telepon, dan ternyata udah abis juga T___T

Jadi apa yang gw lakukan? Di mana gw akan tinggal malam itu?

Ibu-ibu menawarkan pada gw untuk menginap di aula olahraga (gymnas) sekolah deket situ (well, ga deket-deket amat sih) gratis. Dia bilang di situ ada matras, jadi bisa buat alas tidur. Sementara untuk selimut gw udah mempersiapkan sleeping bag, karena memang saat camino dianjurkan untuk membawa sleeping bag, karena di albergue tidak ada selimut dan seprei. Yasudah, mau gimana lagi, mau gamau gw nginep di aula sekolah. Gw ga mungkin melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya, gw sudah terlalu lelah dan kota selanjutnya juga sangat riskan, karena hanya ada 1 albergue tanpa penginapan lain di sana.

Gw pun berjalan ke sekolah, bersama dengan sepasang orang Spanyol. Mereka juga kehabisan penginapan dan disarankan tinggal di sana. Begitu sampai ke sekolah, si pasangan ini urung buat tidur di situ, mungkin menurut mereka ga proper. Mereka pun pergi, mungkin mencoba peruntungan di kota selanjutnya.

Di aula sudah ada 2 orang perempuan. Oh.. sudah ada orang lain ternyata. Gw pun menyiapkan matras dan sleeping bag gw untuk malam itu.

Beginilah kondisi tempat tidur gw malam itu.

Siapa sangka hari ini gw kehabisan penginapan dan harus tidur di aula sekolah? Perjalanan ini bener-bener ga terduga, tapi gw masih bersyukur bisa dapat tempat untuk tidur malam itu.

Habis itu gw pun mencari makan di luar, dan resto-nya cukup jauh dari sekolah. Pas baliknya hujan, jadi agak kehujanan pas balik lagi. Gw pun mandi di kamar mandi tempat anak-anak mandi habis olahraga, lalu beristirahat. Pas lagi leyeh-leyeh, gw ngobrol sama ibu-ibu Prancis. Kita pun ngobrol panjaaaaang… banget pake Bahasa Prancis. Dia keliatannya senang menemukan gw, kaya udah lama ga menemukan orang yang bisa ngomong Bahasa Prancis hahaha. Dan si ibu ini cukup relijius juga, dia nyari gereja malem-malem mau misa pilgrim. O ya, jadi di gereja tempat rute camino ini biasanya ada misa pilgrim. Misa ini memang ditujukan bagi peziarah yang lagi ada di camino. Cuma gw baru ngeh kalo ada, karena emang ya sedikit banget orang yang jalan kaki yang tujuannya bener-bener reliji, jadi ga ada yg pernah ngomongin sama sekali, sampai gw bertemu ibu itu. Haha. Si Ibu itu walaupun usianya sekitar 50an tapi enerjik banget, dia dalam sebulan ini udah ikut berbagai rute camino. Sebelum camino Ingles, dia udah nyelesaiin Camino Inverno, salah satu rute camino yang paling sulit. Gila dah, salut! Sayang gw ga sempet foto sama ibu itu, yah mungkin besok bakal ketemu lagi di jalan..

Malam itu, di aula sekolah, ada kira-kira 15 orang yang bernasip sama kaya gw, kehabisan penginapan di Betanzos. Kita pun tidur di situ, malam itu, di tengah dinginnya musim semi di Utara Spanyol, kira-kira di luar 11 derajat celsius. Gw beberapa kali kebangun kedinginan sambil ngebatin, “Yaampun ini perjalanan kok gini-gini amat ya….”

BERSAMBUNG KE BAGIAN KEDUA..