Kepergian saya menuju bali bisa dikatakan tidak melalui persiapan yang matang. Bayangkan saja, flight jam stg 8. Saya pergi dulu menjenguk sahabat yang baru melahirkan jam 1 siang kemudian ngobrol-ngobrol sama seorang sahabat dan pulang pada pukul 5. Saat sampai kamar, saya cukup kaget juga kalau itu sudah jam 5. Gue yang tadinya mau nyobain damri thamrin city-bandara memutuskan untuk menelepon taksi untuk pukul stg 6. Bayangkan, gue hanya punya waktu setengah jam untuk packing. Sampai akhirnya charger kamera lupa dibawa sangking terburu2nya. Ajaibnya, gue sempet2nya berpikir bawa setrikaan buat ngerapihin baju2 yg kusut. Pada akhirnya setrikaan itu juga ga dipake *yaiyalah ngapain liburan bawa setrikaan*.
Kami langsung makan di restoran bernama Salty Seagull. Adik saya sudah pernah makan di sana dan suka sekali dengan french friesnya. Saya memesan fish and chips yang dimasak dengan bir dengan minuman total seharga Rp 122.000. Rasanya biasa saja, namun kentangnya benar-benar enak.
Saya dan chitto (adik saya) adalah dua pemalas yang ga bisa bangun pagi. Di hari pertama saya di bali ini, kami baru bangun jam 11 dan berangkat jam 12. Kami memutuskan akan pergi ke restoran bernama el kabron. Tempat ini memiliki view pantai yang sangat memukau dengan private pool menghadap ke arah pantai. Tempatnya agak jauh dari kota, sehingga kami nyasar berkali-kali meski sudah pake GPS.
Kami makan malam di nasi pedas Ibu Andika. Tempatnya sangat ramai dan mengantri. Tempat ini menyediakan berbagai lauk seperti nasi rames dan disajikan dengan bumbu super pedas. Menurut saya rasanya biasa saja, namun pedasnya yang membuat nikmat. Walau saya sempat kepedesan juga!
Perjalanan kami di bali berakhir pagi ini. Kami memesan fast boat (wahana gili ocean) dari bali menuju gili trawangan seharga 275000 per orang (cukup murah jika dibandingkan tiket pesawat bali-lombok plus nyeberang ke pelabuhan gili). Fast boat ini diisi oleh 90% bule. Perjalanan hanya memakan waktu 1.5 jam.
Di gili, pelabuhan sudah ramai diisi para expat. Kami pun menuju ke penginapan yang sudah kami pesan sebelumnya, Trawangan Dive (Rp 750000/malam). Fyi, di sini banyak penginapan dengan harga 200.000. Cocok untuk yang mau hemat. Dan saya dengar dari teman saya, penginapannya juga cukup bagus.
Setelah menaruh tas, kami makan di tempat terdekat, di Genius. Jujur, makanannya not recommended. Saat itu, untuk selanjutnya kami memutuskan untuk makan di tmp yang direkomendasikan oleh temannnya chitto dan pilihan trip advisor.
Habis makan kami berkeliling gili trawangan naik andong (Rp 150.000). Selain andong, bisa jg dengan menggunakan sepeda. Tapi karena saya ga bisa naik sepeda, ya mau gimana lagi. Hahahaa.
Ternyata gili trawangan dapat dikitari dalam waktu 30 menit. Kami menandai beberapa spot bagus untuk didatangi selanjutnya. Setelah berkeliling, kami duduk duduk cantik di Horizontal sambil menikmati pantai. Fyi, semua pantai di gili trawangan sudah dimiliki oleh restoran. Jadi kalo mau duduk duduk cantik pake payung, mau ga mau musti memesan makanan di tempat tersebut dengan kisaran harga 50000-100000 minimal. Ga heran kenapa duit banyak kebuang di gili trawangan.
Malamnya, kami makan di pasar malam. Letak pasar ini di seberang pelabuhan. Bentuknya seperti food court. Makanan cukup bervariasi dengan harga relatif lebih murah dibanding restoran di gili. Kami makan seafood dengan total Rp 45.000.
Sesudah itu, kami sempat berpikir untuk dugem di salah satu bar. Karena gili trawangan adalah party island! Tapi karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan, akhirnya dicancel dan kami duduk duduk di Pesona (view ke pantai) sambil menghisap shisha.
Hari ini kami mengikuti paket snorkeling ke 3 gili (Rp 120.000) dari pagi hingga sore. Kami berencana melihat penyu dan ikan di gili meno dan gili air. Karena ombak yang cukup besar, saya tidak bisa menikmati perjalanan tersebut. Bahkan saya muntah saat sedang snorkeling di gili meno. Pengalaman pertama muntah saat snorkeling! Underwater casing pun menjadi tak berguna karena saya tidak bisa fokus foto. Fokus berenang saja sudah cukup menyita energi! Dan ternyata si casing ga bisa dibawa ke laut dalam dengan ombak besar. Air sempat merembes sedikit ke dalam casing. Saya gagal melihat penyu di gili meno!
Sementara di gili air keadaan membaik. Saya bisa melihat beberapa ikan dengan ditarik dan dipegangin guide-nya. Hahahaha. (Kebayang betapa lemahnya saya kalo dibawa travelling model begini). Setelah itu, kami makan siang di gili air (not recommended). Kemudian snorkeling lagi dan pulang. Jujur menurut saya (dan chitto) biota bawah laut 3 gili jauh di bawah ekspektasi. Ga sekeren yang dibayangin.
Tepar karena snorkeling seharian, kami tidur di hotel dari pukul 4 hingga 8 malam. Malamnya, kami mencoba restoran nomor 3 versi trip advisor, Il Pirata. Pizzanya lebih enak daripada dolce vita. Di trip advisor, disebutkan kalau calzone-nya juga enak. Tapi tidak cocok di lidah saya karena terlalu banyak tomat.
Day 5
Setelah sarapan di hotel, kami mengunjungi beach lounge paling ciamik, pearl beach lounge. Tempatnya benar benar cozy dan teratur. Kami di sini hingga pukul 1 siang.
Tak terasa perjalanan kami di gili trawangan berakhir. Sebenarnya masih mau tidur tidur cantik di pantai, tapi petualangan yang lebih menakjubkan sudah menunggu.
Kami naik taksi dari bangsal ke mataram (Rp 160.000) menuju tempat kami menginap, wisma nusantara 2 (semalam Rp 160.000). Dalam perjalanan kami sempat berhenti di Malimbu.
Pingback: Sailing Komodo: Living on Boat. | see. taste. tell